Logo PASPI Indonesia 2023 | W-BG
Jurnal Sawit dan SDGs (2023)

Jurnal Sawit dan SDGs (2023)

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Share

Poin-Poin Utama Isu Sawit dan SDGs

  • Potensi Industri Sawit dalam Pencapaian SDGs: Industri kelapa sawit memiliki potensi besar sebagai solusi untuk mencapai tujuan-tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG-8 yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja yang inklusif.
  • Multifungsi Industri Sawit: Industri sawit memiliki fungsi multifungsi yang penting, termasuk dalam aspek ekonomi, sosial budaya, dan ekologi. Industri ini telah memberikan kontribusi pada pencapaian 16 dari 17 tujuan SDGs.
  • Kontribusi Industri Sawit pada SDGs: Industri kelapa sawit di tingkat nasional telah berkontribusi pada berbagai tujuan SDGs, seperti pengurangan kemiskinan (SDG-1), penghapusan kelaparan (SDG-2), pembangunan energi berkelanjutan (SDG-7), pertumbuhan ekonomi yang inklusif (SDG-8), kesehatan dan kesejahteraan (SDG-3), pendidikan berkualitas (SDG-4), kesetaraan gender (SDG-5), dan lainnya.
  • Pentingnya Data dan Riset: Pentingnya informasi yang akurat dan komprehensif mengenai kontribusi industri sawit terhadap SDGs sebagai alat promosi dan melawan kampanye negatif. Diperlukan penelitian yang komprehensif dengan data ter-update dari hulu hingga hilir serta pendekatan analisis yang komprehensif.
  • Kontribusi Industri Sawit pada SDG-8: Industri sawit dapat berkontribusi pada tujuan SDG-8 (“Decent Work and Economic Growth”) baik pada level lokal, nasional, maupun global. Industri sawit tidak hanya berdampak di negara produsen, tetapi juga di negara importir minyak sawit.
  • Multifungsi Pertanian dan SDGs: Multifungsi perkebunan sawit telah memenuhi prinsip-prinsip SDGs, dan sektor pertanian secara implisit telah memenuhi prinsip SDGs dan menjadi sektor yang berkelanjutan.
  • Kontribusi Industri Sawit pada Aspek Lingkungan: Industri sawit juga berkontribusi pada pencapaian tujuan SDGs yang berkaitan dengan lingkungan, seperti pengurangan dampak perubahan iklim (SDG-13), konservasi perairan (SDG-14), dan pengelolaan biodiversitas dan ekosistem daratan (SDG-15).
  • Pentingnya Riset dan Data yang Komprehensif: Pentingnya pemerintah melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kontribusi industri sawit pada SDGs dengan menggunakan dana riset yang dimiliki.
  • Pengaruh Impor dan Hilirisasi Minyak Sawit: Distribusi penciptaan kesempatan kerja dari kegiatan impor dan hilirisasi minyak sawit berbeda-beda di setiap negara importir, seperti India dan China.
  • Pengaruh Produksi CPO terhadap Penurunan Kemiskinan: Studi mengungkapkan bahwa laju penurunan kemiskinan pada daerah sentra sawit lebih cepat dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki kebun sawit.
  • Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja pada Perkebunan Kelapa Sawit: Jumlah tenaga kerja pada industri sawit mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun, dengan sebagian besar bekerja pada perkebunan kelapa sawit rakyat dan perusahaan perkebunan kelapa sawit negara-swasta.
  • Struktur Pendidikan Tenaga Kerja Pedesaan dan Petani Sawit: Komposisi pendidikan tenaga kerja pada perkebunan kelapa sawit cenderung akomodatif dengan komposisi tenaga kerja yang tersedia di pedesaan.
  • Perkembangan Luas Areal Panen Padi dan Perkebunan Kelapa Sawit: Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit tidak mengurangi luas areal pertanian padi di luar Pulau Jawa.
  • Produk Oleopangan Berbasis Sawit: Minyak sawit digunakan dalam berbagai produk pangan olahan, seperti minyak goreng, bakery oils/fats, chocolate and confectionery fats, dan lainnya.
  • Pentingnya Kontribusi Industri Sawit pada SDGs: Industri sawit berperan dalam mencapai berbagai tujuan SDGs, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Kontribusi ini penting untuk mempromosikan industri sawit secara positif dan melawan kampanye negatif.


Data Sawit dan Pengurangan kemiskinan (SDG-1)

Data Distribusi Penciptaan Kesempatan Kerja di Negara-Negara Importir Minyak Sawit

Distribusi Pencipataan Kesempatan Kerja di Negara Negara Importir Minyak Sawit
Gambar 1. Distribusi Penciptaan Kesempatan Kerja di Negara-Negara Importir Minyak Sawit (Sumber: Europe Economics, 2016, diolah PASPI, 2022)
  1. Distribusi penciptaan kesempatan kerja dari kegiatan impor dan hilirisasi minyak sawit berbeda-beda di setiap negara importir.
  2. India dan China menikmati job creation yang lebih besar dengan pangsa berturut-turut sebesar 40 persen dan 33 persen.
  3. Selain karena besarnya volume impor minyak sawit, besarnya kesempatan kerja yang tercipta karena teknologi hilirisasi sawit di kedua negara tersebut bersifat padat karya (labor intensive).
  4. Pilihan teknologi India dan China sesuai dengan kondisi kedua negara tersebut yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia sehingga tenaga kerja relatif melimpah dan murah.

Data Pengaruh Produksi CPO Terhadap Penurunan Kemiskinan

Pengaruh Produksi CPO Terhadap Penurunan Kemiskinan
Gambar 2. Pengaruh Produksi CPO Terhadap Penurunan Kemiskinan (Sumber: (a) PASPI, 2014; (b) Edwards, 2019)
  1. Studi PASPI (2014), Kasryno (2015), dan Edwards (2019) mengungkapkan bahwa laju penurunan kemiskinan pada kabupaten-kabupaten yang memiliki kebun sawit terbesar (sentra sawit) lebih cepat dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang tidak memiliki kebun sawit.
  2. Studi Alwarritzi et al. (2015) mengungkapkan bahwa peningkatan pendapatan dari perkebunan kelapa sawit telah berhasil mengangkat rumah tangga petani sawit dari garis kemiskinan.
  3. Studi Santika et al. (2019) mengungkapkan bahwa besarnya kontribusi perkebunan kelapa sawit dalam perbaikan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi di pedesaan dapat mengentaskan kemiskinan di daerah pedesaan.
  4. Studi Syahza et al. (2020) juga mengungkapkan pembangunan perkebunan kelapa sawit telah menciptakan multilpier effect ekonomi di pedesaan dan meningkatkan indeks kesejahteraan masyarakat pedesaan.
  5. Perkebunan kelapa sawit berperan dan berkontribusi besar dalam penurunan kemiskinan baik pada level desa, daerah, maupun nasional.

Data Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja pada Perkebunan Kelapa Sawit

Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja pada Perkebunan Kelapa Sawit
Gambar 3. Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja pada Perkebunan Kelapa Sawit (Sumber: Kementerian Pertanian, data diolah PASPI, 2022)
  1. Secara umum, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri sawit mengalami peningkatan yakni 12.5 juta orang pada tahun 2015 menjadi 16.5 juta orang pada tahun 2021.
  2. Dari 16.5 juta tenaga kerja yang terserap pada perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun 2021, sebanyak 9.7 juta orang merupakan tenaga kerja langsung pada perkebunan kelapa sawit.
  3. Angka tersebut terdiri dari 5.2 juta orang tenaga kerja perkebunan kelapa sawit rakyat dan 4.5 juta karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit negara-swasta.

Data Perbandingan Struktur Pendidikan Tenaga Kerja Pedesaan dengan Petani Sawit Tahun 2020

Perbandingan Struktur Pendidikan Tenaga Kerja Pedesaan dengan Petani Sawit Periode Tahun 2020
Gambar 4. Perbandingan Struktur Pendidikan Tenaga Kerja Pedesaan dengan Petani Sawit Periode Tahun 2020 (Sumber: PASPI, 2014; BPS, 2020 diolah PASPI, 2022)
  1. Berdasarkan data BPS tahun 2020, sebagian besar tenaga kerja di kawasan pedesaan berdasarkan struktur pendidikan terdiri dari SD ke bawah dengan proporsi sebesar 39 persen.
  2. Kemudian diikuti oleh proporsi tenaga kerja berpendidikan SMA/SMK ke bawah sebesar 46 persen serta Diploma dan Sarjana sebesar 15 persen.
  3. Sementara itu, sebagian besar latar belakang pendidikan tenaga kerja yang terserap pada perkebunan kelapa sawit secara rata-rata adalah berpendidikan SD ke bawah sebesar 50 persen.
  4. Kemudian disusul oleh SMA/SMK ke bawah (46 persen) dan Diploma/Sarjana (4 persen).
  5. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa komposisi rata-rata pendidikan tenaga kerja yang terserap pada perkebunan kelapa sawit akomodatif dengan dengan komposisi tenaga kerja yang tersedia di pedesaan.


Data Sawit dan Tanpa Kelaparan [SDG-2]

Data Perkembangan Luas Areal Panen Padi di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa

Perkembangan Luas Areal Panen Padi di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa
Gambar 1. Perkembangan Luas Areal Panen Padi di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa (Sumber: BPS, 2022)
  1. Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia yang hampir seluruhnya di luar Pulau Jawa ternyata tidak mengurangi luas areal padi nasional.
  2. Berdasarkan data BPS (2022), luas areal pertanian padi (luas areal dan luas panen) di luar Pulau Jawa masih meningkat sehingga total keseluruhan areal padi mengalami peningkatan.

Sawit dan SDGs PASPI – Data Industri Produk Oleopangan Berbasis Sawit

Pohon Industri Produk Oleopangan Berbasis Sawit
Gambar 2. Pohon Industri Produk Oleopangan Berbasis Sawit
  1. Selain minyak goreng sawit, masih banyak produk pangan olahan lainnya berbasis minyak sawit yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat dunia.
  2. Produk pangan yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit dapat dikelompokkan menjadi Culinary Oils/Fats, Bakery Oils/Fats, Chocolate and Confectionery Fats, Dairy Fats Alternatives dan Functional Oils/Fats.

Data Negara/Kawasan Importir Minyak Sawit Dunia

Negara Kawasan Importir Minyak Sawit Dunia
Gambar 3. Negara/Kawasan Importir Minyak Sawit Dunia (Sumber: Trademap; data diolah PASPI, 2022)
  1. Minyak sawit (Crude Palm Oil/CPOdan Crude Palm Kernel Oil/CPKO) merupakan minyak nabati yang banyak diperdagangkan secara internasional (USDA, 2022; FAO, 2022).
  2. Perdagangan minyak sawit global melibatkan hampir seluruh negara di dunia baik sebagai produsen maupun konsumen yakni sekitar 10 negara produsen, 39 negara eksportir, dan 220 negara importir/konsumen.
  3. Perdagangan minyak sawit dunia mencakup minyak sawit dalam bentuk produk antara (intermediate product) maupun produk jadi (finished product).


Data Sawit dan Kehidupan Sehat dan Sejahtera [SDG-3]

Data Perbandingan Kandungan Karotenoid (Setara Retinol) Minyak Sawit Dibanding Bahan Pangan Lainnya

Bahan Panganmg Setara Retinol/100 g (edible)
Jeruk21
Pisang50
Tomat130
Wortel400
Minyak Sawit Merah (refined)5.000
Minyak Sawit Kasar (CPO)6.700
Sumber: Hariyadi (2010)
  1. Selain sebagai sumber energi, minyak sawit juga mengandung vitamin A yang relatif tinggi dibandingkan dengan bahan pangan lainnya.
  2. Minyak sawit (CPO dan Minyak Sawit Merah) mengandung komposisi vitamin A yang besar.
  3. Untuk setiap volume yang sama, minyak sawit mengandung vitamin A sebanyak 15 kali lebih besar dari kandungan vitamin A pada wortel.
  4. Bahkan dibandingkan dengan kandungan vitamin A yang terdapat pada pisang, kandungan vitamin A minyak sawit hampir 100 kali lipat lebih besar.

Data Perbandingan Kandungan Vitamin E pada Minyak Sawit Versus Minyak Nabati Lainnya

Jenis Minyak NabatiKandungan Vitamin E (ppm)
Sawit1.172
Kedelai958
Jagung782
Biji Kapas776
Bunga Matahari546
Kacang Tanah367
Zaitun51
Kelapa36
Sumber: Slover, (1971); Gunstone (1986); Palm Oil Human Nutrition (1989)
  1. Vitamin E tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia sehingga harus diperoleh melalui asupan bahan makanan. Salah satu sumber pangan kaya vitamin E adalah minyak sawit.
  2. Kandungan vitamin E pada minyak sawit bahkan lebih besar dibandingkan dengan kandungan pada minyak nabati lainnya.
  3. Kandungan vitamin E pada minyak sawit mencapai 1.172 ppm, atau lebih tinggi dari kandungan vitamin E pada minyak kedelai (958 ppm), minyak bunga matahari (546 ppm) dan minyak jagung (782 ppm).

Data Komposisi Senyawa Bioaktif pada Minyak Sawit

Senyawa BioaktifKonsentrasi (ppm)
Carotenoids500-700
Vitamin E (tocopherols dan tocotrienols)600-1,000
Phystosterols300-620
Squalene250-540
Phospholipids20-100
Co-enzyme Q1010-80
Polyphenols40-70
Sumber: Mukherjee dan Mitra (2009), Longanathan et al. (2010, 2017), Hariyadi (2020)
  1. Senyawa bioaktif (sebagian menyebutnya sebagai fitonutrient atau mikronutrient) merupakan zat nutrisi yang penting bagi kesehatan.
  2. Minyak sawit merupakan salah satu sumber pangan yang kaya senyawa bioaktif seperti karoten, tocopherols dan tocotrienols, fitosterol, squalene, co-enzym Q10, phenolics, ubiquinone, dan komponen minor lainnya.
  3. Salah satu senyawa bioaktif yang konsentrasinya terbanyak setelah vitamin E (tocols) dan vitamin A (karotenoid) adalah fitosterol (phystosterols). 
  4. Fitosterol bermanfaat bagi kesehatan karena dapat mengurangi kadar kolesterol plasma darah dan meningkatkan ekskresi kolesterol (Miettinen et al., 2000; Zadak et al., 2006; Silalahi, 2006), cardio-protective effects (Hariyadi, 2020), serta dapat mencegah penyakit kanker (Awad dan Fink, 2000).
  5. European Journal of Clinical Nutrition tahun 2009 menyebutkan bahwa fitosterol dapat mencegah beberapa jenis kanker seperti kanker paru, kanker ovarium, dan kanker usus (Fauziati et al., 2019).

Data Komposisi Asam Lemak pada Minyak Sawit

 Asam LemakKisaran % Terhadap Asam Lemak TotalRata-rata % Terhadap Asam Lemak Total
Asam Laurat (C12:0)0.1 – 1.00.2
Asam Miristat (C14:0)0.9 – 1.51.1
Asam Palmitat (C16:0)41.8 – 45.844.0
Asam Palmitoleat (C16:1)0.1 – 0.30.1
Asam Stearate (C18:0)4.2 – 5.14.5
Asam Oleat (C18:1)37.3 – 40.839.2
Asam Linoleat (C18:2)9.1 – 11.010.1
Asam Linolenat (C18:3)0.0 – 0.60.4
Asam Arakidonat (C20:0)0.2 – 0.70.4
Sumber: Hariyadi (2010)
  1. Tuduhan tingginya kandungan asam lemak jenuh pada minyak sawit yang disampaikan oleh para pihak anti sawit tersebut dinilai misleading.
  2. Menurut para ahli gizi, minyak sawit mengandung proporsi asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid) dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fatty Acid) yang relatif seimbang.
  3. Proporsi asam lemak jenuh pada minyak sawit sekitar 50 persen, yang komposisinya terdiri atas: 44 persen asam lemak palmitat, 4.5 persen asam lemak strearat.
  4. 50 persen lainnya merupakan asam lemak tak jenuh, yang terbagi menjadi dua yaitu 40 persen asam lemak tak jenuh ikatan rangkap tunggal (Monounsaturated Fatty Acid/MUFA) dan 10 persen asam lemak tak jenuh ikatan rangkap jamak (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA).


Data Sawit dan Akses Air Bersih dan Sanitasi [SDG-6]

Data Distribusi Penggunaan CSR Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Distribusi Penggunaan CSR Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Gambar 1. Distribusi Penggunaan CSR Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia (Sumber: PASPI, 2014)
  1. perusahaan perkebunan kelapa sawit juga memiliki program untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
  2. Penyaluran CSR pada masyarakat sekitar terdistribusi pada pendidikan dan pelatihan (32 persen), sarana prasarana umum (21 persen) dan sisanya sebesar 53 persen untuk pembangunan sarana ibadah, pelayanan kesehatan, pelestarian alam dan bantuan korban bencana alam.


Data Grafis Sawit dan Energi Bersih dan Terjangkau [SDG-7]

Data Energi Baru dan Terbarukan Berbasis Sawit

Sawit dan sdgs
Gambar 1. Energi Baru dan Terbarukan Berbasis Sawit
  1. Industri sawit juga menghasilkan bahan baku energi baru dan terbarukan (renewable energy) bagi masyarakat dunia.
  2. Energi Terbarukan Generasi Pertama (First Generation Renewable Energy) yang merupakan hasil olahan minyak sawit (CPO+CPKO) seperti biodiesel/FAME, green diesel, green gasoline, green avtur.
  3. Energi Terbarukan Generasi Kedua (Second Generation Renewable Energy) yang merupakan hasil olahan biomassa sawit (tandan kosong, pelepah, cangkang, serat) seperti bioethanol, biopellet, briket arang, biocoal, biogas, biolistrik.
  4. Energi Terbarukan Generasi Ketiga (Third Generation Renewable Energy) merupakan hasil olahan dari limbah cair Palm Oil Mill Effluent/POME menghasilkan biogas (dengan teknologi methane capture) dan biodiesel algae (dengan teknologi kolam algae).

Data Volume Minyak Sawit sebagai Bahan Baku Industri Biodiesel Dunia

Volume Minyak Sawit yang Digunakan sebagai Bahan Baku Industri Biodiesel Dunia
Gambar 2. Volume Minyak Sawit yang Digunakan sebagai Bahan Baku Industri Biodiesel Dunia (Sumber: USDA, data diolah PASPI, 2022)
  1. Minyak sawit memiliki peran penting dalam industri biodiesel global.
  2. Volume penggunaan minyak sawit pada industri biodiesel dunia meningkat dari 3.9 juta ton tahun 2011 menjadi 15.2 juta ton pada tahun 2021.

Data Produksi dan Ekspor Biodiesel Sawit Indonesia

Produksi dan Ekspor Biodiesel Sawit Indonesia selama Periode Tahun 2011 2021
Gambar 3. Produksi dan Ekspor Biodiesel Sawit Indonesia selama Periode Tahun 2011-2021 (Sumber: Kementerian ESDM, APROBI)
  1. Dalam periode tahun 2011-2021, produksi biodiesel Indonesia meningkat dari 243 ribu kiloliter menjadi 8.9 juta kiloliter.
  2. Pengembangan biodiesel sawit di Indonesia utamanya ditujukan untuk konsumsi domestik dan sisanya diekspor.


Data Sawit dan Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi [SDG-8]

Data Perbandingan Indeks Pendapatan Petani Sawit dan Petani Non Sawit

Perbandingan Indeks Pendapatan Petani Sawit dan Petani Non Sawit
Gambar 1. Perbandingan Indeks Pendapatan Petani Sawit dan Petani Non Sawit (Sumber: data diolah PASPI, 2022)
  1. Studi PASPI (2014, 2022) mengungkapkan pendapatan petani sawit lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani non-sawit.
  2. Pendapatan petani sawit bukan hanya lebih tinggi tetapi juga bertumbuh lebih cepat dibandingkan pendapatan petani non-sawit.
  3. Berbagai studi (Euler et al., 2016; Qaim et al., 2020; Apresian et al., 2020; Chrisendo et al., 2021) mengungkapkan bahwa pendapatan petani sawit lebih tinggi dibandingkan petani komoditas lain.
  4. Proporsi peningkatan pendapatan yang diterima oleh petani sawit dari budidaya kelapa sawit akan terus naik seiring dengan umur tanaman kelapa sawit yang diusahakannya (Budidarsono et al., 2013).  

Data Indeks Multiplier Perkebunan Kelapa Sawit

Tabel 1. Indeks Multiplier Perkebunan Kelapa Sawit

Indeks MultiplierPerkebunan Kelapa Sawit
Output1.71
Pendapatan1.79
Tenaga Kerja2.64
Nilai Tambah1.59
Sumber: Tabel I-O, Statistik Indonesia, (2008)
  1. Indeks multiplier output, pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah perkebunan kelapa sawit lebih besar dari satu. Hal ini mencerminkan bahwa manfaat dari perkebunan kelapa sawit juga dinikmati oleh masyarakat luas.
  2. Peningkatan aktivitas ekonomi pada perkebunan kelapa sawit mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages) maupun keterkaitan ke depan (forward linkages) (Syahza, 2005; PASPI, 2014).
  3. Perkebunan kelapa sawit memiliki keterkaitan ke belakang dengan suplier input produksi perkebunan dan keterkaitan ke depan dengan industri pengguna minyak sawit (Rifin, 2011; PASPI, 2014; Edwards, 2019).

Data Sektor Ekonomi yang Bertumbuh Akibat Pertumbuhan Output, Income, dan Nilai Tambah Perkebunan Kelapa Sawit

Tabel 2. Top Ten Sektor Ekonomi yang Bertumbuh Akibat Pertumbuhan Output, Income, dan Nilai Tambah Perkebunan Kelapa Sawit

RankDampak OutputDampak IncomeDampak Nilai Tambah
1KeuanganJasa lainnyaJasa pertanian
2Jasa lainnyaKeuanganPerdagangan, hotel dan restoran
3Perdagangan, hotel dan restoranPerdagangan, hotel dan restoranPeternakan, kehutanan, perikanan
4Industri kimia, pupuk, dan pestisidaIndustri kimia, pupuk, dan pestisidaJasa lainnya
5Industri migas dan tambangTransportasiPertanian Pangan
6TransportasiInfratsrukturTransportasi
7InfratsrukturIndustri migas dan tambangKeuangan
8Industri makananInfrastruktur pertanianPerkebunan lainnya
9Mesin dan peralatan listrikJasa pertanianIndustri kimia, pupuk, dan pestisida
10Sektor LainSektor LainSektor Lain
Sumber: Tabel Input-Output, Statistik Indonesia, BPS
  1. Peningkatan konsumsi, investasi maupun ekspor sawit akan menciptakan manfaat yang lebih besar (melalui direct effect, indirect effect dan induced consumption effect) baik dalam bentuk output, pendapatan, nilai tambah dan penciptaan kesempatan kerja, bukan hanya pada perkebunan kelapa sawit saja tetapi juga dalam perekonomian secara keseluruhan.
  2. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit akan menciptakan “kue ekonomi” bagi sektor-sektor ekonomi nasional baik yang terkait langsung maupun yang terkait secara tidak langsung dengan perkebunan kelapa sawit.

Data Pertumbuhan Output Perkebunan Kelapa Sawit, Industri Minyak dan Lemak, dan Industri Sawit dalam PDB Indonesia

Pertumbuhan Output Perkebunan Kelapa Sawit Industri Minyak dan Lemak dan Industri Sawit dalam PDB Indonesia Periode Tahun 2000 dan 2021
Gambar 2. Pertumbuhan Output Perkebunan Kelapa Sawit, Industri Minyak dan Lemak, dan Industri Sawit dalam PDB Indonesia Periode Tahun 2000 dan 2021 (Sumber: BPS, diolah PASPI)
  1. Kontribusi industri sawit dalam PDB dapat dilihat dari kontribusi perkebunan kelapa sawit serta industri minyak dan lemak.
  2. Berdasarkan data Input-Output menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai output perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat relatif cepat dari Rp 5 triliun tahun 2000 menjadi Rp 367 triliun pada tahun 2021.
  3. Industri minyak dan lemak juga mengalami peningkatan output dari Rp 48 triliun menjadi Rp 752 triliun.
  4. Secara total, nilai output industri sawit meningkat relatif cepat dari Rp 54 triliun menjadi Rp 1,119 triliun, atau meningkat lebih dari 20 kali lipat pada periode tahun tersebut.

Data Pertumbuhan Nilai Tambah Perkebunan Kelapa Sawit, Industri Minyak dan Lemak, dan Industri Sawit

Pertumbuhan Nilai Tambah Perkebunan Kelapa Sawit Industri Minyak dan Lemak dan Industri Sawit dalam PDB Indonesia Periode Tahun 2000 dan 2021
Gambar 3. Pertumbuhan Nilai Tambah Perkebunan Kelapa Sawit, Industri Minyak dan Lemak, dan Industri Sawit dalam PDB Indonesia Periode Tahun 2000 dan 2021 (Sumber: BPS, diolah PASPI)
  1. Nilai tambah perkebunan kelapa sawit meningkat dari Rp 4 triliun menjadi Rp 270 triliun.
  2. Industri minyak dan lemak juga mengalami peningkatan nilai tambah dari Rp 19 triliun menjadi Rp 240 triliun.
  3. Sehingga total peningkatan nilai tambah pada industri sawit yakni dari Rp 23 triliun menjadi Rp 510 triliun.

Data Pengaruh Produksi CPO terhadap Produk Domestik Regional Bruto

The Effect of CPO Production on Gross Regional Domestic Product
Gambar 4. Pengaruh Produksi CPO terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Sumber: PASPI, 2014)
  1. Hasil studi PASPI (2014) dan Hariyanti et al. (2022) menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi minyak sawit (CPO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah-daerah sentra sawit

Data Perbandingan PDRB Kabupaten Sentra Sawit dengan Kabupaten Non-Sentra Sawit

Perbandingan PDRB Kabupaten Sentra Sawit dengan Kabupaten Non Sentra Sawit
Gambar 5. Perbandingan PDRB Kabupaten Sentra Sawit dengan Kabupaten Non-Sentra Sawit (Sumber: PASPI, 2022)
  1. Hasil studi PASPI (2022) menunjukkan bahwa perekonomian daerah-daerah sentra sawit bertumbuh lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan daerah-daerah bukan sentra sawit.
  2. Pertumbuhan PDRB antara daerah sentra sawit dibandingkan dengan daerah bukan sentra sawit berbeda secara signifikan.

Data Devisa Ekspor Produk Sawit Tahun 2000-2021

Devisa Ekspor Produk Sawit Tahun 2000 2021
Gambar 6. Devisa Ekspor Produk Sawit Tahun 2000-2021 (Sumber: BPS, data diolah PASPI, 2022)
  1. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan devisa ekspor produk sawit relatif berfluktuasi dengan tren yang meningkat.
  2. Devisa ekspor produk sawit pada tahun 2000 hanya sebesar USD 1.08 miliar kemudian meningkat menjadi USD 36.2 miliar pada tahun 2021.

Data Akumulasi Pungutan Ekspor Minyak Sawit

Akumulasi Pungutan Ekspor Minyak Sawit Periode Juli 2015 2021
Gambar 7. Akumulasi Pungutan Ekspor Minyak Sawit Periode Juli 2015-2021 (Sumber: BPDPKS, 2022)
  1. Akumulasi penerimaan pemerintah dari pungutan ekspor yang mulai diimplementasikan pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan yakni dari Rp 6.9 triliun menjadi Rp 139.2 triliun pada tahun 2021.


Data Sawit dan Infrastruktur, Industri dan Inovasi [SDG-9]

Data Komponen Investasi Perkebunan Kelapa Sawit Pada Tahap Awal di Kawasan Pedesaan

Komponen Investasi Perkebunan Kelapa Sawit Pada Tahap Awal di Kawasan Pedesaan
Gambar 1. Komponen Investasi Perkebunan Kelapa Sawit Pada Tahap Awal di Kawasan Pedesaan (Sumber: PASPI, 2014)
  1. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada awalnya dilakukan pada daerah terbelakang, pinggiran, pelosok, terisolir, dan degraded land.
  2. Pembangunan perkebunan kelapa sawit dalam konteks pembangunan kawasan pedesaan merupakan kegiatan ekonomi pioner.
  3. Mengingat daerah yang bersangkutan masih terisolasi maka pada awal pembangunan perkebunan kelapa sawit, pembangunan jalan/jembatan masuk (acces road) dan jalan usaha tani (farm road) menjadi bagian dari investasi perkebunan.

Data Strategi Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit

Strategi Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit
Gambar 2. Strategi Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit (Sumber: Sipayung, 2011, 2018)
  1. Dari segi peningkatan produksi minyak sawit (supply side), perkebunan kelapa sawit Indonesia sedang bergeser dari peningkatan produksi minyak sawit yang dihela oleh perluasan lahan (factor-driven) kepada pemanfaatan modal/emboided technology (capital-driven) dan kemudian pemanfaatan inovasi (innovation-driven).

Data Tiga Jalur Hilirisasi Kelapa Sawit Indonesia

Tiga Jalur Hilirisasi Kelapa Sawit Indonesia
Gambar 3. Tiga Jalur Hilirisasi Kelapa Sawit Indonesia (Sumber: Sipayung, 2018)
  1. Percepatan hilirisasi kelapa sawit Indonesia dimulai sejak tahun 2011.
  2. Pertama, Jalur Hilirisasi Oleopangan (Oleofood Complex) yakni pendalaman industri-industri yang mengolah minyak sawit (CPO dan CPKO) menjadi bahan pangan baik produk olahan antara (refined palm oil) maupun produk akhir berbasis minyak sawit (palm oil-based product).
  3. Kedua, Jalur Hilirisasi Oleokimia (Oleochemical Complex) yakni industri-industri yang mengolah kelapa sawit untuk menghasilkan produk oleokimia dasar maupun produk oleokimia lanjutan.
  4. Ketiga, Jalur Hilirisasi Biofuel/Bioenergi (Biofuel/Bioenergy Complex) yakni industri-industri yang mengolah/menggunakan kelapa sawit (minyak dan biomassa) untuk menghasilkan produk energi.


Data Sawit dan Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab [SDG-12]

Data Prinsip Tata kelola Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan

Prinsip Tata kelola Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan ISPO
Gambar 1. Prinsip Tata kelola Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan (ISPO)
  1. Tata kelola perkebunan kelapa sawit Indonesia berkelanjutan (ISPO) merupakan pengintegrasian pelaksanaan tata kelola mulai dari level kebijakan, industri dan level usaha perkebunan.
  2. Secara umum, ISPO terdiri dari tujuh prinsip sebagai berikut:
    • Ketujuh prinsip ISPO pada Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2020, lebih komprehensif untuk memastikan dan meningkatkan pengelolaan serta pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, perluasan ISPO sepanjang rantai pasok minyak sawit, meningkatkan keberterimaan dan daya saing produk sawit Indonesia baik di pasar domestik maupun pasar global, serta turut berkontribusi dalam penurunan emisi GRK.
    • Prinsip dan tujuan penguatan ISPO tersebut telah mengakomodir dan bersinergi dengan komitmen global dalam rangka pembangunan berkelanjutan seperti SDGs dan Paris Agreement, termasuk Nationally Determined Contributions (NDCs).

Data Perkembangan Luas Kebun Sawit dan Volume Minyak Sawit yang Tersertifikasi ISPO

Perkembangan Luas Kebun Sawit dan Volume Minyak Sawit yang Tersertifikasi ISPO Tahun 2015 2022
Gambar 2. Perkembangan Luas Kebun Sawit dan Volume Minyak Sawit yang Tersertifikasi ISPO Tahun 2015-2022* (Sumber: Kementerian Pertanian, 2022) *luas hingga April 2022, produksi hingga September 2022
  1. Sertifikasi ISPO pada perkebunan kelapa sawit Indonesia menunjukkan peningkatan selama periode tahun 2015-2022.
  2. Luas areal perkebunan kelapa sawit yang telah tersertifikasi ISPO meningkat dari 1.17 juta hektar menjadi 5.19 juta hektar.
  3. Volume produksi minyak sawit tersertifikasi ISPO meningkat dari 4.73 juta ton menjadi 21.9 juta ton.

Data Perkembangan Luas Areal dan Produksi Minyak Sawit Tersertifikasi Berkelanjutan

Perkembangan Luas Areal dan Produksi Minyak Sawit Tersertifikasi Berkelanjutan
Gambar 3. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Minyak Sawit Tersertifikasi Berkelanjutan (Sumber: RSPO, 2022)
  1. Untuk menjamin terpenuhinya preferensi konsumen global terhadap produksi minyak sawit yang berkelanjutan, kemudian diperkenalkan suatu standar produksi minyak sawit yang berkelanjutan yakni Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) yang berlaku secara global.
  2. Luas dan produksi minyak sawit dunia yang tersertifikasi RSPO menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Data Distribusi Negara Minyak Sawit Bersertifikat Berkelanjutan

Distribusi Negara Minyak Sawit Bersertifikat Berkelanjutan
Gambar 4. Distribusi Negara Minyak Sawit Bersertifikat Berkelanjutan (Sumber: RSPO, 2022)
  1. Sertifikasi berkelanjutan tidak hanya dilakukan pada perkebunan kelapa sawit Indonesia, tetapi juga dilakukan negara-negara produsen minyak sawit lainnya.
  2. Data distribusi jumlah minyak sawit dunia tersertifikasi berkelanjutan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara produsen minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia dengan pangsa mencapai sekitar 61 persen.
  3. Negara produsen minyak sawit tersertifikasi berkelanjutan lainnya adalah Malaysia (26.7 persen), kemudian disusul oleh Papua Nugini.

Data Minyak Sawit Sertifikasi Berkelanjutan (CSPO + CSPK) dalam Minyak Nabati Global Tahun 2021

Tabel 1. Minyak Sawit Sertifikasi Berkelanjutan (CSPO + CSPK) dalam Minyak Nabati Global Tahun 2021 (Juta Ton)

Jenis Minyak NabatiVolume Belum Tersertifikasi BerkelanjutanVolume Tersertifikasi BerkelanjutanSub Total
Sawit56.618.975.5
Kedelai61.3061.3
Rapeseed27.9027.9
Bunga Matahari22.1022.1
Inti Sawit4.54.28.7
Kacang Tanah6.506.5
Minyak Biji Kapas5.205.2
Kelapa3.603.6
Zaitun2.802.8
Total190.520213.6
Sumber: RSPO, USDA (2022)
  1. Dengan volume produksi minyak nabati dunia tahun 2021 sebesar 213.6 juta ton, baru sekitar 11 persen minyak nabati yang telah memperoleh sertifikasi berkelanjutan.
  2. Seluruh minyak nabati tersertifikasi berkelanjutan tersebut adalah minyak sawit (CSPO+CSPKO). Artinya minyak sawit menjadi satu-satunya minyak nabati dunia yang telah memiliki dan melakukan sertifikasi berkelanjutan.
  3. Sebaliknya negara-negara produsen minyak nabati dunia lainnya, perlu mengikuti jejak dan belajar dari sertifikasi minyak sawit berkelanjutan.


Data Sawit dan Penanganan Perubahan Iklim [SDG-13]

Data Carbon Sink Perkebunan Kelapa Sawit Versus Hutan Tropis

IndikatorHutan TropisKebun Sawit
Asimilasi kotor (ton CO2/ha/tahun)163.5161.0
Total respirasi (ton CO2/ha/tahun)121.196.5
Asimilasi neto (ton CO2/ha/tahun)42.464.5
Produksi oksigen (ton O2/ha/tahun)7.0918.70
Indeks luas daun7.35.6
Efisiensi fotosintesis (%)1.733.18
Efisiensi konversi radiasi (g/mj)0.861.68
Total biomas di area (ton/ha)431100
Incremental biomas (ton/ha/tahun)5.88.3
Produktivitas bahan kering (ton/ha/tahun)25.736.5
Sumber: Henson (1999); PPKS (2004, 2005)
  1. Berdasarkan studi Henson (1999), secara rataan besarnya carbon sink dari perkebunan kelapa sawit secara neto mencapai 64.5 ton CO2 per hektar per tahun.
  2. Penyerapan neto CO2 pada perkebunan kelapa sawit tersebut lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis.
  3. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit secara neto mampu menyerap karbon dioksida dari atmosfer bumi dan menghasilkan oksigen (PASPI Monitor, 2021af).

Data Energi Baru dan Terbarukan Berbasis Sawit

Energi Baru dan Terbarukan Berbasis Sawit
Gambar 1. Energi Baru dan Terbarukan Berbasis Sawit
  1. Industri sawit juga menghasilkan bahan baku energi baru dan terbarukan (renewable energy) bagi masyarakat dunia.
  2. Renewable energy yang dihasilkan dari industri sawit mencakup :
    • (1) Energi Terbarukan Generasi Pertama (First Generation Renewable Energy) yang merupakan hasil olahan minyak sawit (CPO+CPKO) seperti biodiesel/FAME, green diesel, green gasoline, green avtur;
    • (2) Energi Terbarukan Generasi Kedua (Second Generation Renewable Energy) yang merupakan hasil olahan biomassa sawit (tandan kosong, pelepah, cangkang, serat) seperti bioethanol, biopellet, briket arang, biocoal, biogas, biolistrik;
    • (3) Energi Terbarukan Generasi Ketiga (Third Generation Renewable Energy) merupakan hasil olahan dari limbah cair Palm Oil Mill Effluent/POME menghasilkan biogas (dengan teknologi methane capture) dan biodiesel algae (dengan teknologi kolam algae).

Data Perbandingan Emisi Karbon antara Sumber Minyak Nabati Dunia

Figure 1. Comparison of Carbon Emissions Between Vegetable Oil Crops at the Global Ecosystem Level
Gambar 2. Perbandingan Emisi Karbon antara Sumber Minyak Nabati Dunia (Sumber: Beyer et al., 2020; Beyer dan Rademacher, 2021; PASPI Monitor, 2021b)
  1. Berdasarkan studi Beyer et al. (2020) serta Beyer dan Rademacher (2021) menemukan bahwa pada level ekosistem global, untuk setiap ton minyak nabati yang dihasilkan, sumber minyak nabati yang paling boros emisi adalah minyak kedelai.
  2. Kemudian disusul oleh minyak kacang tanah, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari.
  3. Sedangkan sumber minyak nabati yang paling hemat emisi adalah minyak sawit.

Data Emisi GRK pada Berbagai Kondisi Pengelolaan, GAP dan Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit, dan CPO-Mill

Emisi GRK CO2 eq pada Berbagai Kondisi Pengelolaan GAP dan Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit dan CPO Mill 1
Gambar 3. Emisi GRK (CO2 eq) pada Berbagai Kondisi Pengelolaan, GAP dan Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit, dan CPO-Mill
  1. Berbagai studi (Yee et al., 2009; Matthews dan Ardianto, 2015; Seng dan Tamahrajah, 2021; Vicenza, 2021) menunjukkan bahwa perbaikan tata kelola dan optimalisasi Good Agricultural Practices (GAP) pada perkebunan kelapa sawit serta teknologi pengolahan pada CPO-Mill mampu menurunkan emisi GRK secara signifikan.
  2. Aplikasi teknologi berupa implementasi GAP, teknologi methane capture, serta penggunaan biomassa sawit dan biogas POME sebagai sumber energi bagi CPO-Mill, mampu menurunkan emisi sekitar 96 persen.
  3. Jika emisi ini digabungkan dengan kemampuan carbon sink pada hasil neto fotosintesis, maka akan semakin memperbesar kontribusi perkebunan kelapa sawit terhadap pencapaian target NCS.


Data Sawit dan Menjaga Ekosistem Air [SDG-14]

Data Rataan Kebutuhan Air untuk Memproduksi Setiap Giga Joule Bioenergi

Rataan Kebutuhan Air untuk Memproduksi Setiap Giga Joule Bioenergi
Gambar 1. Rataan Kebutuhan Air untuk Memproduksi Setiap Giga Joule Bioenergi (Sumber: Gerbens – Leenes et al., 2009)
  1. . Studi Gerbens-Leenes et al. (2009) mengungkapkan bahwa kelapa sawit termasuk yang paling hemat (setelah tebu) dalam menggunakan air untuk setiap Giga Joule (GJ) bioenergi yang dihasilkan.
  2. Tanaman penghasil bioenergi yang paling rakus air adalah rapeseed, disusul oleh kelapa, ubi kayu, jagung, kedelai, dan bunga matahari.
  3. Untuk menghasilkan setiap Giga Joule bionergi (minyak), tanaman rapeseed memerlukan sebesar 184 m3 air. Sementara kelapa memerlukan air dengan rata-rata sebesar126 m3.
  4. Tanaman ubi kayu sebagai penghasil etanol juga memerlukan air dengan rata-rata sekitar 118 m3. Sedangkan tanaman kedelai memerlukan rata-rata 100 m3 air.
  5. Tebu dan kelapa sawit ternyata paling hemat dalam menggunakan air untuk setiap bioenergi yang dihasilkan.

Data Perbandingan Penggunaan Input dan Polutan yang Dihasilkan untuk Menghasilkan Satu Ton Minyak Nabati

IndikatorMinyak SawitMinyak KedelaiMinyak Rapeseed
Penggunaan Input Produksi
Nitrogen (kg/ton minyak)4731599
Phosphate (kg/ton minyak)87742
Pestisida/Herbisida (kg/ton minyak)22911
Polusi Air/Tanah
N (kg/ton minyak)53210
Phospor P2O5 (kg/ton minyak)22313
Pestisida/Herbisida (kg/ton minyak)0.4239
Sumber: FAO (2013)
  1. Dalam proses produksi minyak nabati, tanaman tersebut menggunakan input produksi yaitu pupuk Nitrogen (N), Fosfat (P2O5), dan pestisida.
  2. Berdasarkan data FAO (2013) untuk menghasilkan setiap ton minyak nabati, penggunaan pupuk dan pestisida diantara ketiga tanaman minyak nabati ternyata berbeda-beda.
  3. Secara umum untuk setiap ton minyak nabati yang dihasilkan, tanaman kedelai lebih banyak menggunakan pupuk (Nitrogen dan Phospate) dan pestisida dibandingkan tanaman rapeseed maupun kelapa sawit.
  4. Penggunaan pupuk dan pestisida pada tanaman rapeseed juga lebih tinggi dibandingkan kelapa sawit.


Data Sawit dan Menjaga Ekosistem Darat [SDG-15]

Data Fungsi High Conservation Value (HCV) Hutan Lindung dan Konservasi di Indonesia

No.Fungsi Kawasan KonservasiJumlah (Unit)Luas (Ha)
1Cagar Alam2124,178,626
2Suaka Margasatwa804,895,320
3Taman Nasional5416,247,460
4Taman Wisata Alam133798,323
5Taman Hutan Raya36373,089
6Taman Buru11171,821
7KSA/KPA34384,294
Total56027,048,933
Sumber: Statistik Kementerian Kehutanan, 2021
  1. Dalam fungsi hutan lindung/konservasi di Indonesia dikenal dengan Cagar Alam (Strict Nature Reserve) dan Suaka Margasatwa (Wildlife Sanctuary).
  2. Selain itu, terdapat juga Hutan Konservasi Sumber Daya Alam (Nature Conservation Area) yang terdiri dari Taman Nasional (National Park), Taman Wisata Alam (Nature Recreational Park), Taman Hutan Rakyat (Grand Forest Park), dan Taman Buru (Hunting Park).

Data Luas Kawasan Lindung dan Konservasi Biodiversitas Versus Perkebunan Kelapa Sawit pada Sentra Sawit Indonesia

Taska / EkosistemSumatera Utara Prov. RiauSumatera SelatanKalimantan BaratKalimantan TengahSulawesi
Barat
MAMALIA
– Benchmark*
– Kebun sawit
– HCV/NKT

2-4
3-5
2-4

0-7
0-5
2-6

3
4
4

0-4
3-4
3-7

0-3
1-4
3-6

0-2
1
3
BURUNG
– Benchmark*
– Kebun sawit
– HCV/NKT

12-21
17
10-24

9-32
14-21
9-27

35
26
33

7-26
11-19
14-23

13-30
9-22
17-33

12-36
17-33
20-22
HERPETOFAUNA
– Benchmark*
– Kebun sawit
– HCV/NKT

7-9
9-14
6-7

3-13
6-16
2-11

11
18
6

2-13
7-12
4-11

4-12
9-13
9-15

4-5
3-11
6
KUPU-KUPU
– Benchmark*
– Kebun sawit
– HCV/NKT

17-22
13-23
10-19

11-29
12-31
9-22

14
30
12

3-21
11-20
6-26

5-19
14-28
15-37

10-23
10-19
12
TUMBUHAN
– Benchmark*
– Kebun sawit
– HCV/NKT

51-66
61-75
73-85

25-120
55-59
8-129

8
n.a
15

31-71
16-61
34-99

5-22
n.a
6-51

25-53
31-39
45-50
Sumber: Erniwati et al. (2017), Santosa et al. (2017), Santosa dan Purnamasari (2017), Suharto et al. (2019)
  1. Studi diatas menunjukkan perbandingan tingkat biodiversitas di perkebunan kelapa sawit, Ecosystem Benchmark (lahan sebelum dijadikan perkebunan kelapa sawit), dan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) atau High Conservation Value (HCV) di 23 perkebunan kelapa sawit besar yang tersebar di enam provinsi sentra sawit utama.
  2. Hasil studi menunjukkan:
    • Jumlah jenis tumbuhan yang hidup di areal kebun sawit (16-75 jenis) relatif lebih kecil dibandingkan dengan areal HCV/NKT (8-129 jenis) atau ecosystem benchmark (8-120 jenis)
    • Jumlah jenis mamalia yang hidup di areal kebun sawit (0-5 jenis) relatif lebih kecil dibandingkan dengan areal HCV/NKT (2-7 jenis) atau ecosystem benchmark (0-7 jenis).
    • Jumlah jenis kupu-kupu yang hidup di areal kebun sawit (10-31 jenis) relatif lebih banyak dibandingkan dengan areal ecosystem benchmark (3-29 jenis) meskipun masih lebih sedikit dibandingkan yang hidup di areal HCV/NKT (6-37 jenis).
    • Jumlah jenis burung yang hidup di areal kebun sawit sama dengan di areal HCV/NKT (9-33 jenis), meskipun relatif lebih kecil dibandingkan ecosystem benchmark (7-36 jenis).
    • Jumlah jenis herpetofauna yang hidup di areal kebun sawit (3-16 jenis) relatif lebih banyak dibandingkan dengan areal ecosystem benchmark (2-13 jenis) dan HCV/NKT (4-11 jenis).
    • Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jenis biodiversitas di kebun sawit tidak selalu lebih rendah dibandingkan dengan biodiversitas yang ada di Ecosystem Benchmark atau HCV/NKT. Bahkan pengembangan kebun sawit di beberapa daerah lokasi penelitian, justru meningkatkan jumlah jenis biodiversitas seperti herpetofauna (di enam provinsi) dan kupu-kupu (Sumut, Riau, Sumsel) dibandingkan jumlah jenis biodiversitas di Ecosystem Benchmark atau HCV/NKT.
  3. Perusahaan perkebunan sawit besar yang mengalokasikan lahannya untuk dibiarkan tetap berhutan (HCV/NKT) maka akan memiliki jumlah jenis biodiversitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah jenis di areal NKT saja atau di areal ecosystembenchmark atau lahan sebelum dijadikan kebun sawit.

Data Komparasi Biodiversity Loss pada Produksi Minyak Sawit Versus Minyak Nabati Lain

Figure 1. Comparison of Spice Richness Loss Between Vegetable Oils
Gambar 1. Komparasi Spices Richness Loss Minyak Sawit Versus Minyak Nabati Lain (Sumber: Beyer et al., 2020; Beyer dan Rademacher, 2021)
  1. Beyer et al. (2020) dan Beyer & Rademacher (2021) melakukan studi tentang komparasi biodiversity loss global pada produksi minyak nabati dunia.
  2. Indikator yang digunakan untuk mengukur jejak (footprint) biodiversity loss adalah Species Richness Loss (SRL) per liter minyak yang dihasilkan.
  3. Secara relatif dengan SRL minyak sawit sebagai pembanding menunjukkan bahwa indeks SRL minyak kedelai 284 persen, indeks SRL minyak rapeseed 179 persen dan indeks SRL minyak bunga matahari 144 persen.
  4. Artinya minyak sawit adalah minyak nabati yang paling rendah biodiversity loss-nya, sedangkan minyak nabati yang paling besar biodiversity loss-nya adalah minyak kedelai.


Jurnal Terkait Sawit dan SDGs

KONTRIBUSI INDUSTRI SAWIT PADA SDGs-8 “DECENT WORK AND ECONOMIC GROWTH” PADA LEVEL DUNIA – Jurnal PASPI Nomor 37 Tahun 2021

Industri sawit dapat memberikan kontribusi penting pada pencapaian SDGs, terutama pada tujuan SDG-8 yang berkaitan dengan “Decent Work and Economic Growth”. Industri sawit menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan di seluruh dunia melalui kegiatan hilirisasi minyak sawit seperti oleofood, bioenergy, dan oleochemical di negara-negara konsumen.


SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) DAN STANDAR KEBERLANJUTAN UNTUK MINYAK NABATI DUNIA – Jurnal PASPI Nomor 7 Tahun 2021

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai platform baru pembangunan dunia dari 2015 hingga 2030. SDGs terdiri dari 17 tujuan utama yang dikelompokkan menjadi tiga pilar yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebijakan perdagangan internasional dan sistem sertifikasi keberlanjutan harus mengadopsi konsep SDGs agar tidak menghambat pencapaian SDGs. Dalam hal ini, minyak nabati yang lebih berkelanjutan dapat mendorong seluruh minyak nabati untuk berkontribusi pada pencapaian SDGs.


MULTIFUNGSI PERKEBUNAN SAWIT DAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS – Jurnal PASPI Nomor 1 Tahun 2021

Sektor pertanian memiliki multifungsi penting dan perkebunan sawit sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki empat fungsi penting, yang semuanya merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan.


INKLUSIFITAS PERKEBUNAN SAWIT – Jurnal PASPI Nomor 36 Tahun 2020

Perkebunan sawit di Indonesia termasuk industri strategis yang harus memperhatikan prinsip inklusifitas secara ekonomi, sosial, dan ekologi. Industri ini memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan ekonomi, sosial, dan ekologi yang dirasakan oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, inklusifitas perkebunan sawit dapat dijadikan bagian solusi dari pencapaian SDGs dan dapat digunakan sebagai counter issue atas kampanye hitam yang menyerang sawit.


KONTRIBUSI INDUSTRI SAWIT TERHADAP PENCAPAIAN SDGs – Jurnal PASPI Nomor 31 Tahun 2020

Industri kelapa sawit nasional secara proaktif berkontribusi pada pencapaian 16 tujuan SDGs baik level lokal/daerah, nasional maupun global pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

  • Aspek ekonomi, industri sawit telah mencapai SDG-1, SDG-2, SDG-7, SDG-8, SDG-9, SDG-10 dan SDG-12.
  • Aspek sosial, industri sawit telah berkontribusi pada pencapaian SDG-3, SDG-4, SDG-5, SDG-6, SDG-11 dan SDG-16.
  • Aspek lingkungan, industri sawit juga berkontribusi pada pencapaian SDG-13, SDG-14 dan SDG-15.

Penelitian dengan data komprehensif dan pendekatan yang komprehensif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi industri kelapa sawit terhadap SDGs sebagai bahan promosi sawit dan melawan kampanye negatif serta kebijakan yang mendiskriminasi sawit.


KONTRIBUSI INDUSTRI SAWIT PADA SDGS-7 :
KETERSEDIAAN ENERGI SECARA BERKELANJUTAN –
Jurnal PASPI Nomor 35 Tahun 2019

Biofuel berbasis sawit dapat mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil, mendukung ketahanan energi yang berkelanjutan, dan mengurangi emisi GHG global. Industri sawit juga merupakan solusi dalam mencapai SDGs baik dalam tingkat regional, nasional maupun internasional.


KONTRIBUSI INDUSTRI SAWIT PADA SDGs :
HIDUP SEHAT UNTUK SEMUA (SDGs-3) –
Jurnal PASPI Nomor 40 Tahun 2018

Industri sawit berkontribusi pada pencapaian SDGs-3 karena sebagian besar hasil kelapa sawit diolah menjadi minyak goreng sawit yang memiliki harga terjangkau dan sehat karena mengandung vitamin A, vitamin E, dan komposisi asam lemak esensial yang mirip dengan ASI.

Industri sawit juga meningkatkan akses kesehatan masyarakat pedesaan melalui peningkatan pendapatan dan CSR yang ditujukan untuk pelayanan kesehatan sebesar 13%.

32% dari CSR perusahaan perkebunan sawit ditujukan untuk pendidikan dan pelatihan.


KONTRIBUSI INDUSTRI SAWIT PADA SDGs :
PENGHAPUSAN KELAPARAN, PERBAIKAN GIZI DAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (SDGs-2) –
Jurnal PASPI Nomor 38 Tahun 2018

Industri sawit dapat berkontribusi pada penghapusan kelaparan, perbaikan gizi, dan pertanian berkelanjutan melalui perkebunan yang menghasilkan minyak sawit berkualitas, sistem tata kelola pertanian berkelanjutan, dan penerapan teknologi Agriculture 4.0.


KONTRIBUSI INDUSTRI SAWIT PADA SDGs :
PENGHAPUSAN KEMISKINAN (SDGs-1) –
Jurnal PASPI Nomor 36 Tahun 2018

Industri sawit dapat diposisikan sebagai bagian dari solusi untuk mencapai tujuan SDGs pertama di Indonesia, yaitu penghapusan kemiskinan, dengan memberikan dampak positif pada pembangunan daerah melalui kontribusi dalam menciptakan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, dan pengurangan kemiskinan.


Share
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x