Logo PASPI Indonesia 2023 | W-BG
Jurnal Kelapa Sawit dan Inovasi Tata Kelola (2023)

Jurnal Kelapa Sawit dan Inovasi Tata Kelola (2023)

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Share

Poin-poin Utama Isu Sawit dan Inovasi Tata Kelola

  1. Kontribusi Industri Sawit: Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki dampak besar terhadap perekonomian nasional. Revolusi perkebunan sawit rakyat, dengan 41 persen lahan dimiliki oleh petani sawit swadaya, telah terjadi. Meskipun demikian, para petani sawit masih menghadapi berbagai tantangan seperti masalah produktivitas rendah, legalitas, dan tata kelola yang berkelanjutan.
  2. Pentingnya SDM: Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor kunci untuk menciptakan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Namun, pengelolaan SDM sawit di Indonesia masih belum efektif dan belum dianggap sebagai investasi. Kelompok SDM sawit, termasuk pelaku usaha, peneliti, dan aparatur sipil negara (ASN), memiliki peran dan fungsi yang saling mempengaruhi dalam perkembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan berdaya saing global.
  3. Sawit 4.0 dan Digitalisasi: Digitalisasi dalam sektor pertanian, khususnya kebun sawit, diterapkan melalui teknologi Sawit 4.0, termasuk precision agriculture (PA). Aplikasi PA pada Sawit 4.0 menghasilkan budidaya sawit terpadu pada pemupukan dan pengendalian hama sehingga menerapkan prinsip tepat jenis, dosis, waktu, dan cara. Meskipun demikian, keberhasilan Sawit 4.0 masih terkendala oleh masalah seperti kepemilikan lahan dan keterbatasan modal.
  4. Peran Pekebun Sawit Rakyat: Solusi untuk memperkuat peran petani sawit rakyat adalah melalui partisipasi dalam industri hilir sawit, khususnya pengembangan PKS Biohidrokarbon. PKS Biohidrokarbon adalah produksi biodiesel dari PKS dengan teknologi ramah lingkungan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit rakyat dan menciptakan lapangan kerja baru.
  5. Kebutuhan Produk Bahan Baku Kelapa Sawit: Kebutuhan produk berbahan baku kelapa sawit diproyeksikan akan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dunia. Peningkatan konsumsi minyak sawit harus terpenuhi agar tidak terjadi trade-off antara pangan dan bahan bakar di Indonesia.
  6. Fase Kebijakan dan Kemitraan: Lima fase kebijakan dan kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan perkebunan sawit nasional. Kebijakan ini memberikan kepastian investasi dan meningkatkan investasi pada perkebunan kelapa sawit.
  7. Tahapan Pembangunan Teknologi: Tahapan pembangunan perkebunan kelapa sawit dari sisi teknologi mengalami perkembangan dari peningkatan produktivitas hingga peningkatan nilai tambah tinggi melalui inovasi. Perkembangan ini mendukung pembangunan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
  8. Revolusi Industri 4.0: Revolusi industri 4.0 memberikan dampak pada sektor pertanian, termasuk pertanian kelapa sawit. Digitalisasi dan teknologi berbasis Industry 4.0 dapat diterapkan dalam pertanian (Agriculture 4.0).
  9. Inovasi Teknologi Kebun Kelapa Sawit dan PKS: Pengembangan metode budidaya sawit dari Sawit 1.0 hingga Sawit 4.0 menunjukkan evolusi dalam industri kelapa sawit. Inovasi teknologi seperti Sawit 3.0 telah memberikan dampak besar pada pelaku usaha perkebunan.
  10. Kemitraan dan Revolusi Perkebunan Sawit Rakyat: Kebijakan kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit membawa perubahan revolusioner, terutama dalam meningkatkan pangsa sawit rakyat. Petani sawit swadaya memiliki peran penting dalam mengembangkan perkebunan sawit rakyat yang berkelanjutan.
Daftar Isi

Data Lima Fase Kebijakan Kemitraan dan Perkembangan Luas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Sawit dan Inovasi Tata Kelola
Gambar 1. Lima Fase Kebijakan Kemitraan dan Perkembangan Luas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia
  1. Rangkaian lima fase kebijakan dan implementasi kemitraan tersebut mewarnai perkembangan perkebunan sawit nasional.
  2. Kebijakan kemitraan tersebut pada kenyataannya diterima pelaku investasi sebagai ekosistem yang memberi kepastian pada investasi perkebunan sawit, sehingga investasi pada perkebunan kelapa sawit meningkat dari tahun ke tahun.

Data Tahapan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit dari Sisi Teknologi

Tahapan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit dari Sisi Teknologi
Gambar 2. Tahapan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit dari Sisi Teknologi (Supply Side)
  1. Upaya naik kelas dimana peningkatan produksi minyak sawit per hektar dicapai melalui peningkatan produktivitas (capital-driven) dan selanjutnya tahap peningkatan produktivitas total dan nilai tambah tinggi (innovation-driven).
  2. Pada era innovation-driven akan menghasilkan perkembangan industri yang makin sustainable.
  3. Hal ini dikarena peningkatan produktivitas pada era tersebut memanfaatkan dua faktor produksi yang penting yaitu riset/ilmu pengetahuan dan SDM kompeten.

Data Tahapan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit dari Sisi Teknologi

Perkembangan Metode Produksi Industri Pertanian 0.0 Hingga Industri Pertanian 4.0
Gambar 3. Perkembangan Metode Produksi Industri/ Pertanian 0.0 Hingga Industri/Pertanian 4.0 (Sumber : Tekinerdoğan, 2018)
  1. Revolusi industri pertama (Industry 1.0) yang berlangsung sekitar tahun 1760-1820 di Inggris dan Amerika Utara, ditandai dengan ditemukannya teknologi tenaga air, teknologi uap (steam power), mesin uap, saluran air, dan mulai bekembang mekanisasi dan pabrik pemintalan benang.
  2. Pada periode yang sama juga dikembangkan mekanisasi pertanian baik mengolah lahan maupun mengolah hasil pertanian (Agriculture 1.0).
  3. Mekanisasi pertanian (combustion engine) juga semakin berkembang dan intensifikasi pertanian mulai berkembang yang ditandai dengan Revolusi hijau (green revolution) di Amerika Serikat, Mexico pada era Agriculture 2.0.
  4. Era Industry 3.0 juga mempengaruhi Agriculture 3.0 yang terjadi mulai tahun 1980-an hingga awal 2000-an.
  5. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur. Sistem teknologi basis Industry 4.0, juga dapat diaplikasikan bentuk digitalisasi pertanian/conecting farming pada sektor pertanian (Agriculture 4.0).

Data Inovasi Teknologi Kebun Kelapa Sawit dan PKS

Paket Inovasi Teknologi Kebun Kelapa Sawit dan PKS
Gambar 4. Paket Inovasi Teknologi Kebun Kelapa Sawit dan PKS (Sumber: PPKS/RPN, 2019)
  1. Kelapa sawit merupakan salah satu produk pertanian yang sudah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1980.
  2. Sama seperti sektor pertanian, metode budidaya sawit juga mengalami revolusi yakni dari Sawit 1.0 hingga Sawit 4.0, bahkan saat ini juga sudah mulai dikembangkan pilot project Sawit 5.0.
  3. Paket teknologi Sawit yang saat ini banyak digunakan oleh pelaku usaha perkebunan khususnya pekebun rakyat adalah Sawit 3.0.

Jurnal Terkait Sawit dan Inovasi Tata Kelola

Kemitraan Lahirkan Revolusi Perkebunan Kelapa Sawit – Jurnal PASPI Nomor 21 Tahun 2021

Kebijakan pengembangan pola kemitraan pada perkebunan kelapa sawit telah berhasil membuka akses petani untuk memasuki bisnis perkebunan sawit. Bahkan juga mampu menciptakan revolusi perkebunan sawit rakyat, dimana pangsa sawit rakyat mencapai 41 persen dari total luas perkebunan sawit nasional.

Aktor utama yang membawa perubahan revolusioner dari perkebunan sawit rakyat Indonesia adalah petani sawit swadaya dengan sistem self-financing yang tidak membebani anggaran pemerintah. Namun, dibalik keberhasilan perkembangan perkebunan sawit rakyat yang revolusioner tersebut, petani sawit masih menghadapi berbagai masalah seperti produktivitas dibawah potensi, masalah legalitas dan tata kelola berkelanjutan.


Penguatan Capacity Building SDM Sawit untuk Industri Sawit yang Makin Sustainable – Jurnal PASPI Nomor 48 Tahun 2019

SDM merupakan salah satu faktor penting pada era innovation driven untuk menciptakan industri sawit yang makin sustainable. Namun saat ini, pengelolaan SDM sawit belum efektif bahkan belum dianggap sebagai modal/investasi industri sawit. Padahal ketiga kelompok SDM sawit yakni SDM Pelaku Usaha (pekebun, karyawan perusahaan perkebunan dan karyawan industri hilir, SDM IPTEK (peneliti dan pendidik) dan SDM-ASN memiliki peran dan fungsi masing-masing yang saling mempengaruhi satu sama lain dan saling bersinergi untuk berkontribusi dalam perkembangan industri kelapa sawit nasional yang makin sustainable dan berdaya saing di pasar global.


SAWIT 4.0 Sebagai Upaya Mengembangkan Industri Sawit Nasional yang Berkelanjutan – Jurnal PASPI Nomor 47 Tahun 2019

Digitalisasi dalam sektor pertanian khususnya kebun sawit diaplikasikan kedalam paket teknologi Sawit 4.0 adalah precision agriculture (PA). Aplikasi precession agriculture (PA) pada Sawit 4.0 juga menghasilkan budidaya sawit yang terpadu (integrated) pada aktivitas pemupukkan dan pemberantasan hama dan penyakit sehingga budidaya/kultur teknisnya menerapkan prinsip 4T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara) dan tailor made (spesifik kebun).

Aplikasi Sawit 4.0 merupakan upaya “naik kelas” melalui strategi peningkatan produktivitas (intensifikasi) dalam rangka mengembangkan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan ditengah inpres moratorium kebun sawit, tuduhan isu negatif, perubahan iklim global hingga kesulitan mencari tenaga kerja lapang di perkebunan sawit.


Era Baru Pengembangan Sawit Rakyat: Pengelolaan Sekawasan dan Basis Energi Biohidrokarbon – Jurnal PASPI Nomor 44 Tahun 2019

Sawit rakyat melalui perannya sebagai salah satu aktor penting dalam perkebunan dan industri sawit nasional telah berkontribusi besar terhadap perekonomian regional dan nasional. Namun, pekebun sawit rakyat harus menghadapi berbagai masalah seperti status kepemilikkan, keterbatasan modal dan akses yang berimplikasi pada rendahnya produktivitas dan kualitas TBS yang dihasilkan dan inefisiensi tata niaga yang berpotensi menurunkan tingkat kesejahteraannya.

Solusi dari masalah yang dihadapi oleh pekebun sawit rakyat adalah dengan cara memperkuat peran pekebun melalui partisipasi dalam industri hilir sawit yakni pengembangan PKS Biohidrokarbon.


Revitalisasi Peran Peran Kebun Sawit Rakyat dalam Industri Sawit – Jurnal PASPI Nomor 50 Tahun 2018

Kebutuhan terhadap produk – produk berbahan baku kelapa sawit di masa depan diproyeksikan akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia yang diperkirakan berjumlah 9.5 miliar jiwa pada tahun 2045. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong semakin tingginya konsumsi bahan pangan seperti minyak goreng sawit. Kebutuhan minyak sawit terutama untuk produksi bahan pangan dan energi tersebut harus dapat terpenuhi agar trade off food-fuel tidak terjadi di Indonesia.


Kewajiban Perusahaan Memfasilitasi Kewajiban Pembangunan Kebun Masyarakat – Jurnal PASPI Nomor 49 Tahun 2018

Kewajiban perusahaan perkebunan memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sebesar 20 persen dari luas area perkebunan dimuat dalam Undang-Undang Perkebunan. Namun belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut kewajiban ini sehingga menyebabkan terjadinya multitafsir perhitungan 20 persen diantara kementerian – kementerian terkait. Multitafsir ini membuat perusahaan perkebunan di Indonesia kebingungan mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Kementerian-kementerian tersebut.


Pelaksanaan Keputusan Mahkamah Konstitusi No.138/2015 – Jurnal PASPI Nomor 46 Tahun 2018

Masalah legalitas lahan masih menjadi penghambat pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Permasalahan ini menjadi semakin rumit setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-XIII/2015 yang mewajibkan perusahaan memiliki dua izin berupa IUP dan HGU sekaligus sebelum membangun kebun kelapa sawit. Padahal berdasarkan mekanisme yang sudah ada, pembangunan perkebunan sudah dapat dilakukan setelah ada Izin Prinsip yang menjadi dasar pengajuan Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan kemudian pengajuan HGU.


Legalitas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia – Jurnal PASPI Nomor 34 Tahun 2018

Perkembangan budidaya kelapa sawit Indonesia dapat dikatakan sebagai perkembangan yang revolusioner. Pengembangan pada sektor budidaya tersebut juga menarik perkembangan industri hulu (up-stream agribusiness) perkebunan sawit dan mendorong perkembangan industri hilir (down-stream agribusiness) maupun industri/lembaga yang menyediakan jasa (services for agribusiness). Namun pengelolaan industri sawit masih banyak menghadapi permasalahan yang salah satunya terkait dengan legalitas lahan kebun sawit.


Agriculture 4.0 Sebagai Metode Produksi Baru Pertanian – Jurnal PASPI Nomor 30 Tahun 2018

Industri sawit Indonesia sepanjang sejarah perkembangannya telah mengalami berbagai revolusi baik dari segi luas lahan, produksi, pangsa pengusahaan kebun sawit dan komposisi ekspor sawit Indonesia. Revolusi Agriculture 4.0 ini merupakan metode produksi baru pada pertanian yang memanfaatkan perkembangan teknologi. Penerapan Agriculture 4.0 pada industri sawit Indonesia akan memaksimumkan manfaat sosial ekonomi dan jasa lingkungan sekaligus sehingga akan meminimumkan biaya sosial dan dampak negatif terhadap lingkungan.


Industri Sawit Menghadapi Revolusi Industri 4.0 – Jurnal PASPI Nomor 26 Tahun 2018

Industri 4.0 merupakan konsep baru perkembangan dunia industri setelah dalam sejarahnya telah terjadi tiga revolusi industri. Revolusi yang keempat ini didorong dengan semakin berkembangnya teknologi berupa Cyber-Physical System (CPS), Internet of Things (IoT), dan big data yang memungkinkan terciptanya peningkatan efektivitas dan efisiensi. Dunia industri termasuk industri sawit Indonesia akan menghadapi tantangan perubahan cara kerja perusahaan secara fundamental pada era industri 4.0.


Strategi dan Kebijakan Industrialisasi Sawit Menuju 2050 – Jurnal PASPI Nomor 34 Tahun 2017

Industrialisasi kebun sawit dari factor-driven ke capital-driven akan meningkatkan produktivitas dari 4 ton menjadi 6 ton minyak/hektar. Selanjutnya industrialisasi lanjutan dari tahap capital-driven ke innovation-driven akan meningkatkan produktivitas kebun sawit dari 6 ton menjadi 8 ton minyak/hektar. Industrialisasi kebun sawit maupun hilir sawit yang didukung riset riset multidisiplin yang berkelanjutan akan mengantarkan Indonesia dari “raja” CPO (saat ini) naik kelas menjadi “raja” oleofood, biopelumas, biosurfactant, bioplastik dan biofuel dunia menuju 2050.


Urgensi Pembentukan Badan Sawit Nasional – Jurnal PASPI Nomor 2 Tahun 2018

Sawit Indonesia telah berkembang revolusioner, bukan hanya dalam luas perkebunan kelapa sawit saja, tetapi juga Indonesia telah berhasil merebut posisi sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia. Pembentukan Badan Sawit Nasional tersebut dimaksudkan untuk percepatan pengembangan industri minyak sawit sebagai industri strategis di Indonesia; mengintegrasikan kebijakan lintas kementerian, daerah dan global; mengurangi lembaga dan beban kementerian serta mengurangi biaya transaksi.


Sumber Daya Manusia Yang Kreatif Kunci Daya Saing Berkelanjutan Industri Sawit – Jurnal PASPI Nomor 13 Tahun 2017

Modal dan sumberdaya alam yang tersedia bagi perkebunan kelapa sawit makin lama makin terbatas, sehingga tidak bisa diandalkan sebagai sumber pertumbuhan (driver) maupun keunggulan. Pengembangkan perkebunan kelapa sawit yang berdaya saing secara berkelanjutan akan ditentukan (driver) sumber pertumbuhan baru yakni SDM (pengusaha, ilmuwan, birokrat) perkebunan kelapa sawit, dengan tiga kemampuan yakni Toleransi, Talent dan Teknologi/inovasi (3T).


FAQs

Apa kontribusi industri perkebunan kelapa sawit terhadap perekonomian nasional Indonesia?

Mengapa pentingnya pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dalam industri kelapa sawit?

Apa itu Sawit 4.0 dan bagaimana aplikasi precision agriculture (PA) dalam Sawit 4.0?

Sawit 4.0 adalah konsep digitalisasi dalam sektor pertanian, khususnya kebun sawit, yang diterapkan melalui teknologi presisi pertanian (precision agriculture atau PA). Aplikasi PA pada Sawit 4.0 menghasilkan budidaya sawit terpadu pada pemupukan dan pengendalian hama sehingga menerapkan prinsip tepat jenis, dosis, waktu, dan cara. Meskipun demikian, keberhasilan Sawit 4.0 masih terkendala oleh masalah seperti kepemilikan lahan dan keterbatasan modal.

Bagaimana solusi untuk memperkuat peran petani sawit rakyat dalam industri kelapa sawit?

Solusi untuk memperkuat peran petani sawit rakyat adalah melalui partisipasi dalam industri hilir sawit, khususnya pengembangan PKS Biohidrokarbon. PKS Biohidrokarbon adalah produksi biodiesel dari PKS dengan teknologi ramah lingkungan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit rakyat dan menciptakan lapangan kerja baru.

Bagaimana perkembangan metode budidaya sawit dari Sawit 1.0 hingga Sawit 4.0?

Kelapa sawit telah mengalami revolusi dalam metode budidaya dari Sawit 1.0 hingga Sawit 4.0. Pengembangan metode ini menunjukkan evolusi dalam industri kelapa sawit. Inovasi teknologi seperti Sawit 3.0 telah memberikan dampak besar pada pelaku usaha perkebunan. Bahkan saat ini, pilot project Sawit 5.0 sudah mulai dikembangkan untuk terus meningkatkan kualitas dan efisiensi budidaya kelapa sawit.

Share
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x