Poin-Poin Utama dalam Isu Kelapa Sawit dan Kebakaran Hutan Lahan
- Karhutla di Indonesia: Karhutla terjadi di enam provinsi Indonesia dengan luas mencapai 328.724 hektar pada Januari-Agustus 2019. Terdapat 2.984 titik api pada 17 September 2019 yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan fenomena anomali iklim.
- Faktor Anomali Iklim: Letak geografis Indonesia antara dua samudera membuatnya rentan terhadap fenomena iklim yang memperparah karhutla. Fenomena seperti El Nino dan IOD positif dapat menyebabkan kekeringan dan rendahnya curah hujan di Indonesia. Tahun-tahun dengan IOD positif lebih mempengaruhi karhutla dibandingkan dengan El Nino.
- Dampak Global dan Nasional: Perbandingan data kebakaran hutan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Eropa. Meskipun karhutla juga terjadi di negara-negara ini, rata-rata luas kebakaran hutan lebih tinggi daripada di Indonesia.
- Tidak Terkait Sistematis dengan Kelapa Sawit: Data menunjukkan bahwa kebakaran hutan tidak secara sistematis terkait dengan perkebunan kelapa sawit. Provinsi-provinsi yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit juga mengalami karhutla yang signifikan.
- Dampak Sosial dan Ekonomi: Karhutla memiliki dampak negatif terhadap sektor ekonomi dan sosial, termasuk hilangnya sumber penghasilan bagi masyarakat, penurunan produksi perkebunan, peningkatan biaya produksi, dan risiko hilangnya kebun sawit akibat kebakaran.
- Solusi Pembenahan Tata Kelola: Perlunya solusi yang menyeluruh dan berjangka panjang dalam pembenahan tata kelola hutan dan lahan. Solusi harus mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan serta melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Solusi juga harus mengatasi permasalahan mendasar pada tata kelola hutan dan lahan.
- Poin-Poin Utama dalam Isu Kelapa Sawit dan Kebakaran Hutan Lahan
- Data Kebakaran Hutan Lahan Indonesia 2019
- Data Rataan Kebakaran Hutan Lahan Global 2010-2014
- Data Distribusi Hotspot di Lahan Gambut dan Luar Lahan Gambut 2015
- Data Distribusi Titik Api di Indonesia 2015
- Data Distribusi Kebakaran Hutan Lahan di Eropa dan Afrika Utara
- Data Pengaruh Kekeringan dan Kabut Asap Terhadap Kelapa Sawit
- Jurnal Terkait Sawit dan Kebakaran Hutan Lahan
- FAQs
Data Kebakaran Hutan Lahan Indonesia 2019
- Berdasarkan update data BPNB per 17 September 2019, total luas hutan dan lahan yang terbakar sebesar 328.724 hektar (Januari-Agustus) dengan 2.984 titik api.
- 6 provinsi yang paling parah terdampak karhutla 2019 adalah Kalimantan Barat (622 titik), Sumatera Selatan (226 titik), Kalimantan Tengah (195 titik), Kalimantan Selatan (178 titik), Jambi (81 titik) dan Riau (76 titik).
Data Rataan Kebakaran Hutan Lahan Global 2010-2014
- Secara rataan luas kebakaran hutan lahan di Amerika Serikat 491.4 ribu hektar per tahun.
- Kawasan Eropa 202.4 ribu hektar per tahun, dan di Australia sebesar sekitar 233 ribu hektar.
- Rataan luas hutan/lahan terbakar pada negara-negara/kawasan tersebut lebih besar dibandingkan dengan di Indonesia yakni 12.15 ribu hektar per tahun.
- Fenomena kebakaran hutan/lahan bukanlah spesifik Indonesia bahkan lebih parah (lebih luas) di negara maju.
Data Distribusi Hotspot di Lahan Gambut dan Luar Lahan Gambut 2015
- Kebakaran terjadi di lahan gambut maupun non gambut.
- Hal tersebut tercermin dari distribusi hotspot di lahan gambut dan di luar lahan gambut Indonesia.
Data Distribusi Titik Api di Indonesia 2015
- Sebagian besar titik api terjadi di kawasan hutan yakni hutan negara, konsesi logging, maupun HTI.
Data Distribusi Kebakaran Hutan Lahan di Eropa dan Afrika Utara
- 70 persen kebakaran yang terjadi di Eropa dan Afrika Utara adalah berupa hutan, hutan tanaman dan lahan kosong (natural land) dan sekitar 29 persen kebakaran terjadi pada lahan pertanian.
- Hal ini menunjukan bahwa kawasan hutan adalah land use yang paling luas dominan terbakar disetiap negara.
Data Pengaruh Kekeringan dan Kabut Asap Terhadap Kelapa Sawit
Tabel 1. Pengaruh Kekeringan dan Kabut Asap Terhadap Produktivitas dan Rendemen Kelapa Sawit
Uraian | Kekeringan dan Kabut Asap |
---|---|
A. Penurunan Produktivitas (%) | 0.2-5.5* |
Umur 9-20 tahun | 28-31** |
Lebih dari 20 tahun | 29-41** |
B. Penurunan Rendemen (%) | 0.6-2.5** |
- Hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit, mengungkapkan bahwa dampak kekeringan saja dapat menurunkan 28-41 persen produktivitas dan 0.6-2.5 persen rendemen.
- Akibat kabut asap membuat proses pembentukan dan pertumbuhan buah kelapa sawit terganggu sehingga menurunkan produktivitas sekitar 0.2-5.5 persen.
- Sulit diterima akal sehat bahwa perkebunan kelapa sawit baik secara individu maupun secara kolektif melakukan pembakaran yang justru akan merugikan dirinya sendiri.
Jurnal Terkait Sawit dan Kebakaran Hutan Lahan
Anomali Iklim Dan Pengaruhnya Pada Karhutla Indonesia 2019 (34/2019)
- Karhutla terjadi di enam provinsi Indonesia dengan luas mencapai 328.724 hektar pada Januari-Agustus 2019.
- Terdapat 2.984 titik api pada 17 September 2019 yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dan fenomena anomali iklim.
- Letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudera membuatnya rentan terhadap fenomena iklim yang memperparah karhutla.
- Fenomena iklim seperti El Nino dan IOD positif dapat menyebabkan kekeringan dan rendahnya curah hujan di Indonesia.
- Karhutla pada tahun lebih dipengaruhi oleh adanya IOD positif, sedangkan El Nino tergolong lemah.
- Karhutla pada tahun 1997/1998 dan 2015 diperparah oleh fenomena El Nino yang dahsyat.
- Bencana karhutla memerlukan penanganan yang serius dari pemerintah dan masyarakat.
Jangan Kanalisasi Isu Kebakaran Hutan Untuk Memojokkan Industri Sawit Nasional (35/2016)
- Kebakaran hutan/lahan terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Indonesia.
- Rata-rata kebakaran hutan/lahan di Amerika Serikat, Australia, dan Eropa lebih tinggi daripada di Indonesia.
- Luas kebakaran hutan negara jauh lebih besar daripada luas kebakaran lahan pertanian di hampir setiap negara di dunia.
- Data kebakaran hutan di Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa kebakaran hutan tidak terkait secara sistematis dengan perkebunan kelapa sawit.
- Provinsi-provinsi yang tidak memiliki kebun sawit juga mengalami kebakaran hutan yang cukup besar.
- Kebakaran hutan dan lahan merugikan kebun sawit baik karyawan dan keluarganya, penurunan produksi, peningkatan biaya bahkan terancam kehilangan kebun jika terbakar.
- Kebakaran hutan dan lahan tidak boleh dikanalisasi untuk memojokkan kebun sawit yang telah menjadi korban kebakaran.
Memahami Dan Mencari Penyebab Kebakaran Hutan Dan Perkebunan (24/2015)
- Kebakaran hutan/lahan terjadi di Indonesia secara acak dan bersifat fenomena.
- Data kebakaran hutan di Indonesia menunjukkan bahwa kebakaran hutan tidak terkait secara sistematis dengan perkebunan kelapa sawit.
- Provinsi-provinsi yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit juga mengalami kebakaran hutan yang cukup besar.
- Provinsi-provinsi yang sedang mengembangkan kebun sawit memiliki luas kebakaran hutan yang relatif kecil.
- Perkebunan kelapa sawit dan masyarakat menjadi korban dari kebakaran hutan.
- Kebakaran hutan/lahan tidak terkait secara spesifik dengan negara, ekosistem, masyarakat, lokasi, atau pemerintahan.
- Fenomena kebakaran hutan/lahan bersifat acak dan berbahaya bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat Indonesia.
Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Fenomena
Kebakaran Hutan Dan Lahan (34/2015)
- Fenomena kebakaran hutan dan lahan terjadi di semua negara dan provinsi, tanpa terkecuali pada ekosistem, land use, industri, dan komoditi.
- Kebakaran hutan dan lahan tidak secara spesifik terkait dengan lahan gambut.
- Tidak ada cukup data untuk mendukung pengaitan antara kebakaran hutan dan lahan dengan perkebunan kelapa sawit.
- Diperlukan solusi yang menyeluruh dan berjangka panjang untuk membenahi tata kelola hutan dan lahan dengan melibatkan seluruh stakeholder.
- Solusi yang diperlukan harus mengatasi permasalahan yang mendasar dan sistemik pada tata kelola hutan dan lahan.
- Pembenahan tata kelola hutan dan lahan harus dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
- Solusi pembenahan tata kelola hutan dan lahan harus menghindari pendekatan yang bersifat top-down dan menekankan partisipasi dari masyarakat lokal.
FAQs
Apa yang menjadi fokus utama dalam isu tentang kelapa sawit dan kebakaran hutan lahan?
Fokus utama dalam isu tentang kelapa sawit dan kebakaran hutan lahan adalah memahami dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap ekosistem, lingkungan, ekonomi, dan sosial di Indonesia. Isu ini mencakup data tentang luas kebakaran, distribusi titik api, faktor anomali iklim, dan dampak global serta nasional dari kebakaran hutan.
Bagaimana dampak fenomena iklim terhadap kebakaran hutan dan kelapa sawit di Indonesia?
Indonesia memiliki letak geografis yang membuatnya rentan terhadap fenomena iklim seperti El Nino dan IOD positif. Fenomena ini dapat menyebabkan kekeringan dan rendahnya curah hujan di Indonesia, memperparah kondisi kebakaran hutan dan lahan. Terlebih lagi, tahun-tahun dengan IOD positif memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kebakaran hutan daripada fenomena El Nino.
Apakah kebakaran hutan dan lahan terkait dengan perkebunan kelapa sawit?
Data menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan tidak secara sistematis terkait dengan perkebunan kelapa sawit. Bahkan, provinsi-provinsi yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit juga mengalami kebakaran hutan yang signifikan. Oleh karena itu, tidak dapat disimpulkan bahwa perkebunan kelapa sawit adalah penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan.
Bagaimana dampak sosial dan ekonomi dari kebakaran hutan dan lahan terhadap masyarakat dan industri kelapa sawit?
Kebakaran hutan dan lahan memiliki dampak negatif terhadap sektor ekonomi dan sosial di Indonesia. Dampak tersebut meliputi hilangnya sumber penghasilan bagi masyarakat, penurunan produksi perkebunan kelapa sawit, peningkatan biaya produksi, dan risiko hilangnya kebun sawit akibat kebakaran. Hal ini mempengaruhi keberlangsungan industri kelapa sawit dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Apa solusi yang diperlukan untuk mengatasi isu kebakaran hutan dan lahan serta pembenahan tata kelola?
Solusi yang diperlukan harus bersifat menyeluruh dan berjangka panjang. Pembenahan tata kelola hutan dan lahan harus melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Partisipasi masyarakat lokal juga harus diutamakan dalam proses ini. Solusi harus mampu mengatasi permasalahan mendasar pada tata kelola hutan dan lahan, serta menghindari pendekatan yang bersifat top-down. Dengan demikian, upaya pembenahan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia