Logo PASPI Indonesia 2023 | W-BG
Back to Top
Rating & Comment

KONTRIBUSI SAWIT SEBAGAI SUMBER DEVISA DAN SURPLUS NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Bagikan Jurnal

Resume

Kontribusi industri sawit sebagai sumber devisa ditunjukkan melalui dua mekanisme yakni devisa ekspor maupun devisa substitusi impor. Devisa ekspor produk sawit terus mengalami peningkatan hingga berhasil mencetak surplus besar pada neraca perdagangan non-migas. Demikian juga, penghematan devisa substitusi impor (akibat implementasi program biodiesel sawit) juga terus meningkat sehingga dapat memperkecil defisit neraca perdagangan migas. Efek netto “Dengan Biodiesel dan Sawit” mampu menghasilkan surplus besar pada neraca perdagangan Indonesia. Sebaliknya “Tanpa Biodiesel dan Sawit”, neraca perdagangan Indonesia akan mengalami defisit.


Pendahuluan

Bagi negara berkembang (developing countries) seperti Indonesia, surplus perdagangan merupakan variabel penting untuk memperbesar kapasitas dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Surplus perdagangan diperoleh dari net ekspor yang positif yakni jika nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impor. 

Surplus perdagangan tersebut dapat digunakan untuk membiayai sektor-sektor ekonomi. Dampak lanjutannya adalah peningkatan “kue ekonomi” yang diterjemahkan dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja, peningkatan produksi barang/jasa, dan peningkatan pendapatan. Uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya suatu negara memiliki sektor unggulan yang mampu menciptakan surplus perdagangan dan menambah cadangan devisa.

Kontribusi industri sawit dalam neraca perdagangan Indonesia ditunjukkan melalui perannya sebagai sumber devisa ekspor. Selain ditujukan untuk pasar ekspor, perkembangan hilirisasi sawit domestik juga merupakan bagian dari strategi substitusi impor yang berkontribusi dalam penghematan devisa (PASPI Monitor, 2023). Pengembangan biodiesel sawit dengan kebijakan mandatori biodiesel yang semakin intensif berpotensi besar untuk semakin meningkatkan penghematan devisa impor solar.

Dengan kata lain, industri sawit menjadi sumber devisa baik devisa ekspor minyak sawit dan produk turunannya maupun penghematan devisa solar impor akibat implementasi kebijakan mandatori biodiesel. Kedua sumber devisa sawit tersebut berkontribusi secara signifikan pada perbaikan neraca perdagangan (trade account) Indonesia.

Artikel dalam tulisan ini akan mendiskusikan bagaimana kinerja industri sawit sebagai sumber devisa. Kinerja industri sawit tersebut juga akan menunjukkan kontribusi sawit dalam neraca perdagangan migas dan non-migas yang akan bermuara pada neraca perdagangan Indonesia.


BESARNYA DEVISA EKSPOR SAWIT

BESARNYA DEVISA EKSPOR SAWIT Peran industri sawit sebagai sumber devisa bagi Indonesia telah banyak diungkapkan oleh berbagai studi empiris (World Growth, 2011; Rifin, 2012; Sipayung, 2018; Edward, 2019). Terlebih sejak kebijakan perdagangan sawit Indonesia yang berorientasi ekspor pada tahun 2000, industri sawit menjadi sumber devisa yang handal. Hal tersebut terkonfirmasi dari tren peningkatan devisa ekspor produk sawit dari tahun ke tahun (PASPI, 2023).

Gambar 1. Pertumbuhan Devisa dan Komposisi Ekspor Produk Sawit Periode Tahun 2000-2023 (Sumber: BPS, data diolah PASPI, 2024)

sawit sumber devisa

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk sawit mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam dua puluh tahun terakhir. Nilai ekspor produk sawit tahun 2000 hanya sebesar USD 1.08 miliar pada tahun 2000 dan meningkat menjadi USD 31 miliar pada tahun 2023. Bahkan nilai ekspor sawit pada tahun 2022 telah berhasil mencetak rekor devisa sawit tertinggi sepanjang sejarah industri sawit nasional (PASPI Monitor, 2022a).

Selain menghasilkan devisa yang besar dan mengalami peningkatan, devisa ekspor tersebut juga dinilai lebih berkualitas karena komposisi ekspor lebih didominasi produk olahan (refined dan palm oil-based product) dibandingkan produk mentah (crude). Sebelum tahun 2010, hilirisasi minyak sawit Indonesia sebagian besar terjadi di negara-negara importir minyak sawit sedangkan hilirisasi sawit di dalam negeri berjalan lambat sehingga ekspor tahun 2010 lebih didominasi oleh produk mentah (52 persen), produk olahan (44 persen) dan produk akhir (4 persen).

Kemajuan hilirisasi yang cukup pesat dan signifikan terjadi setelah tahun 2015, setelah diintegrasikannya kebijakan hilirisasi sawit domestik dengan kebijakan perdagangan internasional yakni pungutan ekspor minyak sawit (PASPI Monitor, 2024). Keberhasilan hilirisasi sawit domestik tersebut ditunjukkan oleh komposisi ekspor sawit Indonesia tahun 2023 yang lebih didominasi oleh produk olahan (75 persen) dan produk akhir (14 persen), sedangkan ekspor produk mentah hanya sebesar 11 persen.

Hal lainnya yang menarik untuk dibahas terkait perkembangan kinerja ekspor khususnya pada periode tahun 2022-2023 (Tabel 1). Nilai ekspor produk sawit mengalami penurunan dari USD 39 miliar menjadi USD 30.9 miliar. Sebaliknya, volume ekspor produk sawit mengalami peningkatan dari 34 juta ton menjadi 35.5 juta ton. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga ekspor. Dengan menggunakan export unit price (nilai ekspor dibagi volume ekspor) sebagai proxy harga ekspor, menunjukkan bahwa terjadi penurunan export unit price yang diterima Indonesia dari USD 1,147.1 per ton menjadi USD 871.7 per ton.

Tabel 1. Perkembangan Kinerja Ekspor Produk Sawit Indonesia dan Komposisinya Tahun 2020-2023

geser untuk melihat semua data

Komposisi Ekspor (Juta Ton) 2020 2021 2022 2023
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen
Crude (CPO + PKO) 7.5 7.5 2.6 22.0 3.6 10.5 3.7 10.5
Refined (RPO + RPKO) 22.6 22.6 27.6 66.5 25.7 75.8 26.8 75.3
Palm Oil-based Product (Biodiesel + Oleochemical) 3.9 3.9 4.4 11.5 4.6 13.7 5.0 14.1
Total Volume Ekspor 34.0 34.0 34.6 100.0 34.0 100.0 35.5 100.0
Total Nilai Ekspor (Miliar USD) 23.0 23.0 36.3 100.0 39.0 100.0 31.0 100.0
Unit Ekspor value (USD/ton) 675.4 675.4 1,050.6 1,147.1 871.7

Sumber: BPS (data diolah PASPI, 2024)

Penurunan harga ekspor produk sawit juga sesuai dengan tren penurunan rata-rata harga CPO dunia (CIF Rotterdam) USD 1,276 per ton tahun 2022 menjadi USD 886.5 per ton tahun 2023 (World Bank, 2024). Tren harga CPO dunia yang sangat tinggi pada tahun 2021-2022 merupakan fenomena anomali sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina (PASPI Monitor, 2022, 2023a). Sedangkan tren harga CPO dunia pada tahun 2023 menunjukkan pergerakan harga yang normal, dimana peningkatan permintaan minyak sawit (dan minyak nabati lainnya) juga direspon dengan produksi minyak sawit (dan minyak nabati lainnya) yang juga mengalami peningkatan (USDA, 2024).


PENGHEMATAN DEVISA SUBSTITUSI IMPOR MELALUI BIODIESEL SAWIT

Sejak tahun 2004, Indonesia berubah dari net exporter minyak bumi menjadi net importer minyak bumi, termasuk net importer solar fosil. Impor solar fosil Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan dalam negeri yang juga meningkat akibat pertumbuhan populasi maupun pertumbuhan ekonomi. Jika tidak dilakukan substitusi solar impor di dalam negeri, maka ketergantungan Indonesia pada solar impor akan semakin tinggi sehingga berpotensi menyebabkan instabilitas sosial-ekonomi.

Upaya untuk mengurangi ketergantungan tersebut adalah dengan memproduksi biodiesel sawit yang dapat mensubstitusi penggunaan solar fosil, khususnya yang bersumber dari impor. Penggunaan biodiesel sawit untuk menggantikan solar fosil impor mampu menghemat devisa yang digunakan untuk mengimpor solar fosil (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021, 2023b). Penghematan devisa substitusi impor solar fosil semakin meningkat seiring dengan penggunaan biodiesel sawit di dalam negeri dan semakin intensif kebijakan mandatori biodiesel (Gambar 2).

Gambar 2. Perkembangan Penyerapan Domestik dan Penghematan Solar Impor Akibat Biodiesel Sawit Periode Tahun 2014-2023 (Sumber: APROBI, 2024; BPS, 2023, data diolah PASPI, 2024)

Perkembangan Penyerapan Domestik dan Penghematan Solar Impor Akibat Biodiesel Sawit Periode Tahun 2014 2023
Gambar 2. Perkembangan Penyerapan Domestik dan Penghematan Solar Impor Akibat Biodiesel Sawit Periode Tahun 2014-2023 (Sumber: APROBI, 2024; BPS, 2023, data diolah PASPI, 2024)

Penghematan devisa substitusi impor solar fosil impor mengalami peningkatan signifikan dari sekitar USD 456 juta tahun 2015 menjadi sekitar USD 11.2 miliar tahun 2023. Peningkatan devisa substitusi impor tersebut searah dengan peningkatan substitusi impor solar yang tercermin dari peningkatan penyerapan biodiesel domestik yakni dari 1.8 juta ton menjadi 12.3 juta ton pada periode tahun yang sama.


INDUSTRI SAWIT MEMPERBESAR SURPLUS PERDAGANGAN INDONESIA

 Kontribusi industri sawit dalam neraca perdagangan (trade account) Indonesia (Tabel 2) dapat dilihat neraca perdagangan non-migas dan neraca perdagangan migas (PASPI, 2023). Devisa ekspor produk sawit (Gambar 1) mempengaruhi neraca perdagangan non-migas Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri sawit pada neraca perdagangan migas ditunjukkan dari penghematan devisa substitusi solar impor akibat implementasi program biodiesel di Indonesia (Gambar 2).

Tabel 2. Kontribusi Sawit sebagai Sumber Devisa pada Neraca Perdagangan Indonesia

geser untuk melihat semua data

Uraian (Miliar USD) 2015 2020 2022 2023
Devisa Ekspor Sawit 18.6 23.0 39.0 31.0
Devisa Substitusi Impor (Biodiesel) 1.1 3.1 10.4 11.2
Devisa Ekspor Sawit + Devisa Substitusi Impor (Biodiesel) 19.7 26.1 49.4 42.2
Neraca Perdagangan Migas
– Tanpa Biodiesel -6.4 -9.1 -34.7 -30.4
– Dengan Biodiesel -5.9 -5.9 -24.4 -19.9
Neraca Perdagangan Non-Migas
– Tanpa Sawit -5.0 4.7 39.8 25.9
– Dengan Sawit 13.64 27.7 78.8 56.8
Total Neraca
– Tanpa Biodiesel dan Sawit -11.4 -4.4 5.1 -4.5
– Dengan Biodiesel dan Sawit 7.7 21.7 54.7 36.9

Sumber: APROBI, 2023; BPS, 2023 (data diolah PASPI)

Pengaruh devisa substitusi impor akibat implementasi program biodiesel pada neraca perdagangan migas terlihat pada perbedaan antara “Tanpa Biodiesel” versus “Dengan Biodiesel”. Defisit neraca perdagangan migas senantiasa mengalami defisit dari tahun ke tahun. Melalui penghematan devisa substitusi impor, defisit neraca perdagangan migas “Dengan Biodiesel” lebih rendah dibandingkan dengan defisit “Tanpa Biodiesel”. Misalnya pada tahun 2023, defisit neraca perdagangan migas “Dengan Biodiesel” sebesar USD 19.9 miliar atau lebih rendah defisit “Tanpa Biodiesel” (USD 30.4 miliar). Hal ini menunjukkan bahwa mandatori biodiesel menjadi instrumen penting dalam mengurangi defisit neraca perdagangan migas Indonesia.

Sementara itu, pengaruh devisa ekspor produk sawit dapat dilihat pada perbedaan neraca perdagangan non-migas “Dengan Sawit” versus “Tanpa Sawit”. Pada kondisi “Tanpa Sawit”, neraca perdagangan non-migas mengalami surplus dengan nilai yang relatif kecil bahkan pernah defisit pada tahun 2015. Sementara pada kondisi “Dengan Sawit”, devisa ekspor sawit berhasil menciptakan surplus neraca perdagangan non-migas dengan nilai yang besar. Misalnya pada tahun 2023, surplus neraca perdagangan non-migas “Tanpa Sawit” hanya sebesar USD 25.9 miliar, namun dengan memperhitungkan devisa ekspor sawit maka surplus neraca perdagangan non-migas “Dengan Sawit” melonjak hampir dua kali lipat menjadi USD 56.8 miliar.

Efek neto dari kedua sumber devisa sawit tersebut ditunjukkan oleh perbedaan total neraca perdagangan antara “Tanpa Biodiesel dan Sawit” versus “Dengan Biodiesel dan Sawit”. Pada kondisi “Tanpa Biodiesel dan Sawit”, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit di beberapa tahun. Sedangkan pada kondisi “Dengan Biodiesel dan Sawit”, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus besar setiap tahun.

Uraian di atas kembali menegaskan bahwa industri sawit berkontribusi besar dalam memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan menutup defisit maupun memperbesar surplus perdagangan. Peran industri sawit sebagai sumber devisa bukan hanya semakin penting dalam dalam menjaga kesehatan neraca perdagangan Indonesia, tetapi juga bermanfaat untuk menjaga stabilitas ekonomi. 

Surplus neraca perdagangan tersebut memberikan peluang menutup neraca jasa (service account) yang senantiasa defisit. Dengan nilai surplus perdagangan yang besar, akan membuat neraca transaksi berjalan (current account) juga menikmati surplus. Surplus tersebut merupakan injeksi darah baru yang memperbesar volume perekonomian dalam menciptakan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan (Palley, 2012; Kang, 2015; Murugesan, 2019). Surplus tersebut sangat diperlukan dalam perekonomian di tengah situasi ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia seperti saat ini.


Kesimpulan

Kontribusi industri sawit sebagai sumber devisa dapat dilihat melalui dua mekanisme yakni devisa ekspor dan devisa substitusi impor. Devisa ekspor yakni devisa hasil ekspor minyak sawit serta produk turunannya. Sedangkan devisa substitusi impor adalah penghematan devisa akibat substitusi solar fosil impor dengan biodiesel sawit domestik. 

Ekspor produk sawit menunjukkan tren peningkatan dan semakin berkualitas karena didominasi oleh produk olahan/hilir yang bernilai tambah lebih tinggi. Besarnya devisa ekspor produk sawit menyebabkan neraca perdagangan non-migas terus mencetak surplus besar. Demikian juga dengan penghematan devisa substitusi impor yang semakin besar seiring dengan pengembangan biodiesel sawit di dalam negeri yang semakin intensif di dalam negeri. Kondisi ini berimplikasi pada perbaikan neraca migas yang ditunjukkan dengan defisit migas yang semakin berkurang. Efek netto dari kedua mekanisme tersebut semakin menegaskan bahwa industri sawit berkontribusi besar dalam memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan menutup defisit hingga memperbesar surplus perdagangan.

ACKNOWLEDGEMENT

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam penyusunan artikel jurnal ini.


  1. [APROBI] Asosiasi Produsen Biodiesel. 2024. Realisasi Data Produksi, Distribusi, dan Ekspor Biodiesel.
  2. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2024. Exim Perdagangan Ekspor-Impor Produk Sawit.
  3. Edward R. 2019. Export Agriculture and Rural Poverty: Evidence from Indonesia Palm Oil. Dartmouth College. Hannover.
  4. ITC Trademap. 2023. Palm Oil and Its Products Exports.
  5. Kang H. 2015. Agricultural Exports and Economic Growth: Empirical Evidence from the Major Rice Exporting Countries. Agri Econ. 61(2): 81–87.
  6. Murugesan B. 2019. An Empirical Analysis of Agricultural Exports on Economic Growth in India. Economic Affair. 64(3): 481-486.
  7. Palley TI. 2012. The Rise and Fall of Export-led Growth. Investigació Economica. 21(280): 141-161.
  8. [PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. 2023. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global. Edisi Keempat. Bogor (ID): PASPI.
  9. PASPI Monitor. 2021. Multiple Benefits of the Palm Oil Biodiesel Mandatory. Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(16): 369-376.
  10. PASPI Monitor. 2022a. Devisa Sawit dan Neraca Perdagangan Indonesia Capai Rekor Tertinggi. Palm O’Journal Analisis Isu Strategis Sawit. 3(2): 601-606.
  11. PASPI Monitor. 2022b. Fenomena Peningkatan Harga Minyak Sawit dan Kelayakan Program Mandatori Biodiesel. Palm O’Journal Analisis Isu Strategis Sawit. 3(4): 589-594.
  12. PASPI Monitor. 2023a. Kaleidoskop 2022: Industri Sawit Nasional Bergejolak. Berita Sawit.
  13. PASPI Monitor. 2023b. Peran Strategis Kebijakan Mandatori Biodiesel Sawit dalam Ekonomi Indonesia. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(3).
  14. PASPI Monitor. 2024. Strategi dan Kebijakan Hilirisasi Sawit Domestik. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(13).
  15. Riffin A. 2012. The Contribution of Palm Oil Industry to Indonesia Economy. Input-Output Analysis. 20(1): 72-83.
  16. Sipayung T. 2018. Politik Ekonomi Perkelapasawitan Indonesia. Bogor (ID): PASPI.
  17. [USDA] United States Department of Agriculture. 2024. Oilseeds: World Markets and Prices.
  18. World Growth. 2011. The Economic Benefit of Palm Oil to Indonesia. World Growth.
Bagikan Jurnal
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x