Perdagangan bebas antar negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam keanggotaan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam kebijakan ekonomi ASEAN pada 2005 silam, Indonesia mengambil kesempatan dan manfaat dalam kebijakan ekonomi tersebut melalui peningkatan daya saing produk-produk hasil industri dalam negeri untuk dapat menghasilkan sumber devisa yang lebih besar bagi Indonesia. Khusus di sektor agroindustri, perlu mendapatkan perhatian mengingat sebagian besar penduduk Indonesia sampai saat ini masih tergantung pada lapangan usaha di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih dominan, dilihat berdasarkan komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat tahun 2016,sektor ini telah memberikan kontribusi sebesar 23,10%. Secara rinci dapat diuraikan untuk sub sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian memberikan kontribusi sebesar 18,44%, sub sektor kehutanan dengan kontribusi sebesar 1,36% dan sub sektor perikanan dengan kontribusi sebesar 3,29%. Sementara merupakan sub sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang paling besar adalah sub sektor tanaman perkebunan sebesar 6,57% Sub sektor tanaman perkebunan yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Sumatera Barat adalah komoditi kelapa sawit.
Dilihat dari luas tanam dan produksi tanaman perkebunan di Sumatera Barat Tahun 2016, kelapa sawit menduduki peringkat pertama jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain seperti karet dan kakao yang menduduki peringkat kedua dan ketiga. Kelapa sawit memiliki rata-rata luas tanam dan produksi terbesar dengan total luas tanam sebesar 384.237,68 Ha dan total produksi sebesar 1.184.692,79 ton yang menyebar hampir di seluruh kabupaten / kota dalam Provinsi Sumatera Barat, sedangkan karet alam hanya memiliki rata-rata luas tanam sebesar 181.002,32 Ha dengan produksi sebesar 163.800,80 ton dan kakao memiliki rata-rata luas tanam sebesar 145.761,38 Ha dengan produksi sebesar 67.843,6 ton. Sehingga dapat dikatakan bahwa komoditi kelapa sawit merupakan komoditi unggulan di Sumatera Barat pada sub sektor perkebunan.
Dilihat dari permintaan dunia terhadap minyak sawit Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia yang membutuhkan minyak sawit sebagai bahan baku pembuatan produk-produk turunan seperti minyak goreng, margarin, coklat, kosmetik, bio diesel dan untuk kebutuhan sehari-hari. Pada tahun 2017 hampir sebagian besar negara tujuan utama ekspor Indonesia mengalami lonjakan permintaan minyak sawit Indonesia dibandingkan tahun 2016.
Gabungan Asosiasi Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (2017) mencatat tahun 2017 India meningkatkan permintaannya sebesar 7,63 juta Ton dibandingkan tahun 2016 (meningkat sebesar 32%), Afrika (meningkat sebesar 50%), Cina (meningkat sebesar 16%), negara uni Eropa (meningkat sebesar 15%), Pakistan (meningkat sebesar 7%) dan negara Timur Tengah (meningkat sebesar 7%). Peningkatan permintaan minyak sawit dunia tersebut, direspon oleh Indonesia dengan meningkatkan produksi minyak sawitnya.
Pada tahun 2017 produksi minyak sawit Indonesia mencapai 41,22 juta ton, yang terdiri dari crude palm oil (CPO) sebesar 38,17 juta dan palm kernel oil (PKO) sebesar 3,05 juta ton, dimana tahun 2016 hanya sebesar 35,57 juta ton minyak sawit (terdiri dari CPO sebesar 32,52 juta ton dan PKO sebesar 3,05 juta ton), mengalami peningkatan sebesar 16% (GAPKI, 2017).
Permintaan ekspor minyak sawit Sumatera Barat juga menunjukkan peningkatan, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa permintaan ekspor minyak sawit Sumatera Barat terus meningkat. Menyikapi kondisi tersebut, di satu sisi Eksporter berusaha meningkatkan volume ekspor minyak sawitnya. Selain buah sawitnya sebagai ekspor minyak sawit unggulan ada produk unggulan lainnya seperti bungkil. Bungkil ini adalah salah satu olahan dari sawit di sumatera barat yang memiliki nilai ekspor tinggi.
Sumatera Barat yang dikenal sebagai penghasil komoditas pertanian telah mampu menjadikan bungkil kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor. Belum lama ini, 10 ribu ton bungkil sawit senilai Rp12,24 miliar dikapalkan ke Selandia Baru dari Sumatera Barat. Bungkil sawit merupakan olahan dari inti sawit yang biasa digunakan untuk pakan ternak.
Dari informasi diatas industri kelapa sawit berkontribusi besar di sumatera barat, Berikut aspek yang berpengaruh terhadap kontribusi kelapa sawit diantaranya :
A. Aspek Ekonomi (Ekspor Bungkil Kelapa Sawit Sumatera Barat)

Dari segi aspek ekonomi Sumatera Barat dikenal sebagai pengekspor bungkil sawit, dimana komoditas bungkil sawit ini menjadi komoditas unggulan ekspor. Terbukti bahwa beberapa waktu lalu, 10 ribu ton bungkil sawit senilai Rp12,24 miliar dikapalkan ke Selandia Baru dari sumatra barat. Bungkil kopra copra meal atau bungkil kelapa adalah pakan sumber protein yang berasal dari pengolahan kopra menjadi minyak kelapa. Bungkil Inti Sawit ini merupakan salah satu hasil samping dari pengolahan Inti Sawit dengan kadar 45-46 dari Inti Sawit itu sendiri Meskipun kadar proteinnya rendah namun Bungkil Sawit ini mempunyai Serat kasar yang tinggi.
Beberapa tahun belakangan ini menjadi pilihan bagi Peternak sebagai salah satu elemen konsentrat penggemukan ternak Sapi. Tidak hanya Selandia Baru, bungkil sawit juga biasa diekspor ke Vietnam, Italia, Filipina, Afrika Selatan, Singapura, Belanda, China, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Pada 2018, ekspor bungkil sawit mencapai Rp 301 miliar. Pada awal 2019, Karantina Pertanian Padang telah menerbitkan sertifikat kesehatan atau phytosanitary certificate (PC) terhadap 23 jenis komoditas dengan total Rp 356,67 miliar, dengan rincian pada Januari nilai ekspor Rp200,47 miliar dan Februari dengan nilai Rp156,20 miliar.
Kepala Karantina Pertanian Padang Jhoni Anwar menyampaikan, bersamaan dengan ekspor bungkil sawit tersebut, enam komoditas lainnya juga diekspor dengan total nilai Rp59,387 miliar, di antaranya 32 ribu ton cangkang sawit (PKS) tujuan Korea Selatan. Dari bungkil inilah peningkatan devisa negara semakin tinggi di daerah sumatra barat, banyak negara -negara yang menginginkan bungkil yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
B. Aspek Sosial (Penyerapan Tenaga Kerja Wilayah Provinsi Sumatera Barat)
Dari luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perubahan yang cukup pesat yakni dari 327.653 Ha pada tahun 2008 menjadi 389.577 Ha pada tahun 2012 angka estimasi yang berarti luas areal perkebunan kelapa sawit Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 61.924 mulai tahun 2008 sampai tahun 2012. Hal ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas kelapa sawit yang masing- masing memiliki peningkatan nilai sebesar 245.095 ton dan 341 kg selama empat tahun. Perkebunan kelapa sawit juga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja petani pada sektor ini yakni mengalami perubahan peningkatan sebesar 77.292 orang.
Dari jenis tanamannya, tanaman belum menghasilkan TBM mempunyai pertumbuhan rata-rata per tahun tertinggi, yaitu sebesar 5,45 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan kelapa sawit baik perkebunan rakyat, perkebunan negara maupun perkebunan swasta ingin meningkatkan produksi kelapa sawit dengan memperluas areal perkebunan yang kemudian ditanami bibit kelapa sawit. Selain itu, perkebunan kelapa sawit Sumatera Barat juga mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun yang cukup tinggi terhadap produksi kelapa sawit dan penyerapan tenaga kerja dengan nilai masing-masing sebesar 6,41 persen dan 9,11 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa sektor kelapa sawit berpotensi menjadi komoditas yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat menjadi lapangan pekerjaan atau usaha di Provinsi Sumatera Barat. Begitu berpengaruh industri kelapa sawit terhadap penyerapan tenaga kerja bukan hanya di Sumatera Barat tetapi di daerah-daerah yang terdapat perkebunan kelapa sawit.
C. Aspek Lingkungan
Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi perkebunan sawit yang cukup besar. Saat ini luas perkebunan sawit di Sumbar mencapai 345 ribu Ha yang tersebar di Kabupaten sentra sawit yaitu Pasaman Barat, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Agam dan Solok Selatan. Selain itu daerah Sumatera Barat juga menjadi salah satu daerah potensial pengembangan Sapi Potong dalam mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014. Berdasarkan hasil sensus 2011 jumlah sapi di Sumatera Barat tercatat sebanyak 327.009 ekor. Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%.
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan yang berkualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai (Mathius et al, 2004). Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga menentukan biaya produksi dalam usaha. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan Tanaman Pakan ternak (TPT) namun hijauan yang diberikan sangat tergantung pada ketersediaan lahan pakan hijauan. Lahan TPT yang terbatas menyebabkan ketersediaan hijauan juga yang terbatas.
Saat ini harga bahan pakan konsentrat seperti jagung dan kedelai semakin meningkat, oleh karena itu penggunaan bahan pakan alternatif patut dipertimbangkan. Apapun bahan pakan yang akan digunakan, paling tidak harus mempertimbangkan beberapa aspek antara lain ekonomis, ketersediaan, kontinuitas dan nutrisi. Dari aspek ekonomis, bahan pakan harus tersedia dengan mudah dan harga yang relatif murah. Melihat potensi perkebunan sawit dengan hasil ikutannya yang cukup melimpah dan dapat dijadikan pakan ternak di Sumatera Barat maka perlu dipertimbangkan diadakannya integrasi ternak sapi dengan tanaman sawit sesuai dengan spesifik lokasinya.
Dalam satu hektar perkebunan sawit biasanya terdapat sebanyak 120-130 batang pohon sawit. Dalam satu batang pohon sawit itu bisa menghasilkan sekitar 20-25 tandan pelepah sawit dalam satu tahun. Sementara itu dari hasil pengolahan sawit pada pabrik pengolahan sawit, dalam satu hektar kebun sawit mampu menghasilkan Lumpur Sawit (Solid) sebanyak 1.132 kg dan Bungkil Inti Sawit (BIS) sebanyak 514 kg (mathius et al, 2004). Ketiga jenis hasil ikutan perkebunan sawit yang biasanya tidak termanfaatkan ini bisa dijadikan sebagai pakan sapi berkualitas tinggi karena kandungan gizinya yang baik.
Pelepah Sawit (OPF = Oil Palm Fronds)
Pelepah Sawit (OPF) dapat menggantikan fungsi rumput sebagai hijauan karena kandungan gizi yang terdapat pada OPF tidak terlalu jauh beda dengan rumput, namun untuk tahap awal pemberian sebaiknya pemberian OPF diberikan 50% dari pakan hijauan dan akan lebih baik hasilnya jika didampingkan pemberiannya dengan pakan konsentrat.

Keuntungan pemberian pelepah sawit sebagai pengganti hijauan rumput antara lain:
- Ketersediaan pelepah sawit di daerah perkebunan sawit cukup banyak untuk dijadikan pakan ternak sapi
- Peternak sapi tidak terlalu sulit dalam hal pencarian pelepah sawit dibanding menyabitkan rumput untuk ternaknya karena pelepah sawit mudah di ambil di kebun sawit terutama saat panen. Satu tandan pelepah sawit yang dikupas kulitnya bisa mencapai berat 2,2 kg. Sehingga peternak lebih hemat waktu dan tenaganya.
- Limbah perkebunan sawit berupa pelepah sawit yang biasanya terbuang saat panen bisa termanfaatkan menjadi pakan sapi sehingga areal perkebunan lebih bersih dari pelepah yang biasanya berserakan.
Bungkil inti sawit / BIS (Palm kernel cake)
Bungkil inti sawit (palm kernel cake) atau BIS merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses fisik (expeller). (BIS) mengandung kadar protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 15,73-17,19%.
Keuntungan Pemakaian BIS sebagai pakan konsentrat pada ternak sapi antara lain:
- Kandungan proteinnya yang mencapai 17% sangat membantu peningkatan produktivitas berat badan sapi
- Cenderung lebih mudah dalam aplikasi pemberian pakan terhadap sapi dan tidak membutuhkan waktu lama bagi sapi dalam penyesuaian proses mengkonsumsinya.
- Bernilai cukup ekonomis, karena jika dibandingkan dengan dedak, harga BIS masih lebih murah Rp. 500 â 1.000,-/kg
- Hasil ikutan pemisahan minyak inti sawit yang berupa (BIS) ini dapat termanfaatkan sebagai pakan ternak dan tidak menumpuk menjadi limbah di pabrik.
Berdasarkan uraian diatas sawit memiliki sejuta manfaat salah satunya adalah bungkil sawit yang bisa diolah menjadi pakan ternak yang kaya akan protein, produksi bungkil sawit juga merupakan komoditas unggulan ekspor yang diminati oleh berbagai negara.
Kesimpulan
Sumatera Barat tahun 2016, telah memberikan kontribusi sebesar 23,10%. Secara rinci dapat diuraikan untuk sub sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian memberikan kontribusi sebesar 18,44%, sub sektor kehutanan dengan kontribusi sebesar 1,36% dan sub sektor perikanan dengan kontribusi sebesar 3,29%. Sementara merupakan sub sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang paling besar adalah sub sektor tanaman perkebunan sebesar 6,57% sub sektor tanaman perkebunan yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Sumatera Barat adalah komoditi kelapa sawit.
Dari potensi kelapa sawit inilah sumatra barat dikenal sebagai pengekspor bungkil sawit unggulan yang mengekspor bungkil ke berbagai negara yaitu Selandia Baru, Vietnam, Italia, Filipina, Afrika Selatan, Singapura, Belanda, China, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Bungkil sawit ini sendiri merupakan pakan sumber protein yang berasal dari pengolahan kopra menjadi minyak kelapa. Dengan adanya bungkil sawit sumatera barat mengembangkan sebuah peternakan sapi potong dalam mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014.
Berdasarkan hasil sensus 2011 jumlah sapi di Sumatera Barat tercatat sebanyak 327.009 ekor. Melihat potensi perkebunan sawit dengan hasil yang cukup melimpah dan dapat dijadikan pakan ternak di Sumatera Barat maka perlu dipertimbangkan diadakannya integrasi ternak sapi dengan tanaman sawit sesuai dengan spesifik lokasinya.
Info yang bermanfaatâ¤
Tq kak atas informasinya
Semangat terus
yuk semangat yuk, keren desiiii!
Sangat informatif, semangat untuk penulis