Industri kelapa sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pengembangan ekonomi indonesia. Industri kelapa sawit menjadi salah satu industri unggulan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan selama masa pandemi Covid-19 ini, industri kelapa sawit masih terus tumbuh dan berkembang positif yang mampu memberi kontribusi terbesar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Salah satu industri yang berkembang pesat adalah industri minyak kelapa sawit dimana minyak kelapa sawit dapat mendobrak peta persaingan minyak nabati secara global.
Pada tahun 2018 tercatat sebesar 48,68 juta ton, yang terdiri dari 40,57 juta ton crude palm oil (CPO) dan 8,11 juta ton palm kernel oil (PKO). Jumlah produksi tersebut berasal dari Perkebunan Rakyat sebesar 16,8 juta ton (35%), Perkebunan Besar Negara sebesar 2,49 juta ton (5%,) dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 29,39 juta ton (60%). Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan perkembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat pesat (World Growth, 2011).
Pertama, harga CPO dan minyak inti sawit (kernel oil) meningkat dengan tajam karena peningkatan konsumsi minyak makan dan lemak di Cina dan India. Hal ini telah mendorong investor untuk mengembangkan perkebunan dalam skala yang luas pada lahan yang sesuai yang terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Sejauh ini, perluasan areal kelapa sawit belum dihadapkan pada masalah hama dan penyakit yang parah.
Kedua, minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit adalah minyak nabati yang memiliki pasar yang luas di industri makanan dan kimia. Selain itu, minyak sawit diketahui mengandung komponen yang sangat sehat untuk diet. Ketiga, kelapa sawit merupakan pesaing yang tangguh terhadap minyak nabati dari tanaman lainnya karena memiliki produktivitas per hektar yang paling tinggi dan efisien dalam penggunaan energi matahari menjadi minyak.
Dengan berkembaang pesatnya industri minyak kelapa sawit menimbulkan berbagai isu publik diantaranya pada aspek sosial, ekonomi,lingkungan dan kesehatan. Berikut fakta dan mitos mengenai aspek industri minyak kelapa sawit indonesia :
A. Aspek Ekonomi
Industri Minyak Kelapa Sawit Hanya Mengekspor Bahan Mentah ?
Dari sumber www.palmoilina.asia.com, Dalam waktu lima belas tahun terakhir industri minyak sawit Indonesia mengalami lompatan yang signifikan dari perkembangan luas areal dan juga pada industrialisasi (hilirisasi). Industrialisasi minyak sawit Indonesia terlihat dari perubahan komposisi produk minyak sawit yang di ekspor, produk yang diekspor Indonesia sampai tahun 2011 memang masih didominasi oleh minyak sawit mentah (CPO).

Namun, setelah tahun 2011 mengalami perubahan dimana minyak sawit olahan sudah melampaui volume ekspor minyak sawit mentah. Dengan demikian industri minyak sawit Indonesia telah beralih dari pengekspor minyak sawit mentah kepada minyak sawit olahan. Faktanya minyak sawit olahan dan mentah meningkatkan dan memperluas perdagangan di masa depan. Dari data dan informasi diatas pengakuan bahwa industri minyak kelapa sawit hanya mengekspor bahan mentah terbukti mitos.
Industri Minyak Sawit Tidak Banyak Menyerap Tenaga Kerja Nasional ?
Menurut sumber www.palmoilina.asia.com industri minyak sawit khususnya perkebunan kelapa sawit merupakan suatu industri dengan teknologi relatif padat karya (labor intensive) dan bukan padat modal. Oleh karena itu, setiap pertambahan produksi minyak sawit hanya mungkin terjadi jika dilakukan peningkatan penggunaan tenaga kerja. Secara umum, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri minyak sawit mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni 2,1 juta orang tahun 2000 menjadi 8,2 juta orang tahun 2016. Hal ini menunjukan bahwa industri minyak sawit menyerap banyak tenaga kerja.

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja yang relatif meningkat dari tahun ke tahun dimana opini yang mengatakan industri minyak sawit tidak banyak menyerap tenaga kerja adalah mitos.
B. Aspek Sosial
Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) ?
Dari sumber www.palmoilina.asia.com Data Komisi Hak Asasi Manusia RI (2017), menunjukkan bahwa lima daerah provinsi asal pengaduan kasus HAM ke Komnas HAM (Tabel) adalah DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Barat. Aspek-aspek yang diadukan masyarakat kepada Komnas HAM mencakup hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak pengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak anak dan hak tidak diperlakukan diskriminatif. Tentu saja pengaduan kasus HAM tersebut belum tentu terbukti secara hukum sebagai pelanggaran HAM.
C. Aspek Lingkungan
Perkebunan kelapa sawit menyebabkan kekeringan di daerah-daerah perkebunan kelapa sawit dan boros akan air?
Tak dapat dipungkiri, tuduhan terhadap kelapa sawit dari aspek lingkungan cukup kompleks dan signifikan. Kehadiran kelapa sawit dianggap sebagai tanaman yang rakus dan boros air sehingga dapat menjadi ancaman bagi sumber air dan ketersediaan air suatu wilayah.
Faktanya data yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB, 2017) menunjukkan bahwa urutan provinsi yang paling sering mengalami bencana kekeringan dalam periode 2010-2016 berturut-turut adalah Jawa Timur (29 persen), Jawa Tengah (27 persen), Jawa Barat (20 persen), Sulawesi Selatan (15 persen) dan Aceh (9 persen). Berdasarkan data tersebut bencana kekeringan tidak berkaitan dengan adanya perkebunan kelapa sawit. Dalam pengecekan volume air pada tanaman diterapkan lah konsep water footprint. Penerapan konsep water footprint difungsikan untuk menghitung volume air yang digunakan untuk mendapatkan satu ton tandan buah segar (TBS).
Ada tiga sumber yang dikonsumsi tanaman diantaranya, blue water yang mengacu pada air permukaan dan air tanah (evaporasi), green water yang mengacu pada air hujan, dan grey water mengacu pada kebutuhan air yang diperlukan untuk mengasimilasi polutan berdasarkan standar kualitas air eksisting, di mana grey water juga dijadikan sebagai indikator dari volume polusi air. Faktanya water footprint pada tanaman kelapa sawit hanya 2 persen atau sebesar 1,097 m3 per ton, yang terdiri dari green water sebesar 96 persen dan grey water sebesar 4 persen.
Sementara itu, water footprint pada komoditas minyak nabati lainnya lebih tinggi dibandingkan minyak sawit seperti rapeseed sebesar 2,270 m3 per ton (75 persen green water, 10 persen blue water, dan 15 persen grey water) dan kedelai sebesar 2,144 m3 per ton (95 persen green water, 3 persen blue water, dan 2 persen grey water). Dari beberapa data diatas menunjukkan bahwa kelapa sawit tidak dapat menyebabkan kekeringan air tetapi malah sebaliknya perkebunan kelapa sawit menyerap lebih sedikit air dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti kedelai. Kelapa sawit juga menghasilkan lebih banyak minyak nabati dibandingkan dengan yang lainnya.
D. Aspek Kesehatan
Minyak kelapa sawit menyebabkan kolesterol?
Banyak beredar di kalangan masyarakat tentang minyak goreng yang biasa dikonsumsi menyebabkan kolesterol, berikut ulasan dan fakta menarik…
Banyak beredar dan persepsi bahkan telah menjadi mitos bahwa minyak goreng sawit mengandung kolesterol. Begitu kuatnya mitos tersebut sehingga masyarakat menjadi fobia bahwa mengonsumsi makanan makanan yang mengandung minyak seperti gorengan cenderung dihindari Karena takut kolesterol. Apakah benar minyak goreng sawit mengandung kolesterol?
Sejauh ini tak satupun ahli-ahli gizi di dunia yang pernah mengatakan bahwa minyak goreng dari nabati seperti minyak goreng sawit mengandung kolesterol. Kolesterol hanya dihasilkan oleh hewan dan manusia, sedangkan tanaman tidak memiliki kemampuan menghasilkan kolesterol (Calloway and Kurtz, 1956 USDA, 1979. Life Science Research Office, 1985, Cottrell, 1991. Muchtadi, 1998. Muhilal. 1998. Haryadi, 2010, Giriwono dan Andarwulan, 2016). Minyak goreng sawit yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit tidak mengandung kolesterol.
Bagaimana dengan konsumsi minyak goreng sawit apakah menyebabkan meningkatnya kolesterol tubuh? Hal ini juga sudah diteliti oleh para ahli gizi dan kesehatan. Ratusan hasil hasil penelitian didalam dan di luar negeri yang telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal Internasional (antara lain: American Journal of Clinical Nutrition, Journal Nutrition Biochemistry) menyatakan bahwa minyak kelapa sawit tidak menyebabkan kolesterol, bahkan sebaliknya, konsumsi minyak sawit justru memperbaiki kolesterol tubuh yakni meningkatkan kolesterol baik (HOL) dan menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida. Kok bisa? karena minyak sawit mengandung komposisi asam lemak yang seimbang mengandung asam lemak esensial, mengandung senyawa aktif dan proses pembuatan minyak goreng tidak mengalami hidrogenasi.
Selain meningkatkan kolesterol baik (HOL), kelapa sawit juga memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh yakni dapat menangkal radikal bebas karena akan tingginya kandungan antioksidan di dalam kelapa sawit, menjadikan tumbuhan ini baik dikonsumsi untuk menangkal efek radikal bebas berlebih yang berisiko merusak sel tubuh dan memicu berbagai penyakit. Selain itu kelapa sawit juga mengandung vitamin E yang baik bagi imunitas tubuh.
Kesimpulan : Industri kelapa sawit saat ini berkembang pesat di pasar global, sehingga banyak isu yang beredar untuk merusak citra kelapa sawit, dari beberapa isu diatas merupakan salah satu dari banyak isu yang beredar di kalangan masyarakat, untuk itu berbagai penelitian tentang kelapa sawit juga dilakukan untuk mencari bukti dan kebenaran isu tersebut.
semangat Desi!!!
Terimakasih informasi yang bermanfaat nya
Isi artikel, jelas dan mudah difahami. Mantap
Mantap, semangat dan terimakasih infonya desi
Pembahasan yang menarik.
Tingkatkan lagi, dan tetap semangat
Bagus
Sangat bermanfaat
Mantap Desi, semangat terus!
Masyaallah, bermanfaat sekali kak.
Bagus ,semangat terus desi
Keren
Bagus banget
kewrenn desii
Mantap
Sangat bermanfaat…
Sukses dan selalu berbagi ilmu ya..
Artikel yang mantabs.. Semangaatt