Limbah Sawit Sebagai Pengganti Bahan Bakar, Kok Bisa Sih?

Tau ga sih, kalau salah satu bagian dari sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar? Ternyata, bukan hanya daging buah sawit saja yang bisa diolah menjadi minyak sawit dan dimanfaatkan oleh orang banyak. Akan tetapi limbah dari pengolahan buah sawit sendiri yakni cangkangnya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang dapat dipakai oleh seluruh manusia. Berikut penjelasannya.

Sawit merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 15,98 juta Hektar per tahun 2021. Provinsi Aceh sendiri merupakan penyumbang terbanyak perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan mencapai 540.000 Hektare. Hal inilah yang membuat sawit dijuluki sebagai “Emas Hijau” untuk negara Indonesia, karena selain daging buahnya yang dapat dijadikan minyak sawit untuk kebutuhan sehari-hari dan memiliki nilai jual yang tinggi, ternyata limbah sawit yakni cangkang dari buah sawit juga dapat dimanfaatkan oleh orang banyak sebagai bahan bakar pengganti yang memiliki nilai jual ekonomis dan berkelanjutan atas ketersediaannya yang tidak dapat diragukan lagi.

Saat ini, Indonesia sendiri mengalami peningkatan dalam segi penggunaan kebutuhan energi listrik. Ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia, sehingga ditakutkan Indonesia akan mengalami masalah krisis sumber energi listrik. Hal ini didukung oleh semakin berkurangnya sumber energi konvensional yang kemudian banyak dari pembangkit listrik di Indonesia menjadikan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Sebagai solusi dari permasalahan ini ialah sumber energi pengganti, dimana diharapkan dapat menjadi bahan bakar pengganti yang efektif, efisien, ramah lingkungan, memiliki nilai ekonomis serta berkelanjutan.

Salah satu energi pengganti yang berkelanjutan dan pastinya memiliki nilai jual ekonomis adalah biomassa sawit. Biomassa sawit tersebut berasal dari limbah kelapa sawit yakni cangkang buah sawit yang sudah terkumpul di sekitar pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga tidak memerlukan pengeluaran besar-besaran pada saat melakukan kegiatan pengumpulan cangkang buah sawit tersebut. Bila dilakukan pengolahan, limbah cangkang buah sawit ini bisa digunakan sebagai energi pengganti bahan bakar fosil dan dapat digunakan sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Hal ini dibuktikan oleh berbagai penelitian tentang pemanfaatan cangkang buah sawit sebagai sumber pengganti bahan bakar fosil. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ya’ Suharnoto (2017) dimana beliau meneliti tentang Pemanfaatan Cangkang Sawit Sebagai Bahan Bakar PLTU Biomassa Di Kabupaten Landak.

Jika dibandingkan bahan bakar pengganti cangkang buah sawit dengan bahan bakar fosil, ternyata menunjukan perbedaan angka yang sangat signifikan dalam segi pengeluaran. Dimana menurut Syafruddin dan Rio (2013) untuk pembangkit listrik per 10 MWh menunjukan perbedaan tarif yang signifikan. Diantaranya pengeluaran yang paling murah dikeluarkan oleh bahan bakar yang berasal dari cangkang buah sawit dimana menunjukan harga pengeluaran sebesar Rp. 762.000,00, disusul dengan harga pengeluaran batubara sebesar Rp. 1.334.496,08, dan terakhir yaitu solar dengan harga pengeluaran sebesar Rp. 2.919.690,00. Artinya pengeluaran bahan bakar yang berasal dari limbah cangkang buah sawit lebih hemat dibandingkan jenis bahan bakar fosil lainnya.

Oleh karena itu, pemanfaatan limbah cangkang buah sawit sebagai bahan bakar pengganti, sangat efektif dilakukan. Hal ini ditinjau dari biaya pengeluaran yang sangat rendah dibandingkan jenis bahan bakar fosil lainnya, serta bahan bakar yang berasal dari limbah cangkang buah sawit ini sangat ramah lingkungan, memiliki nilai ekonomis dan berkelanjutan atas ketersediaannya. Sehingga setiap manusia dapat memanfaatkannya.