Abstrak
Perkebunan kelapa sawit merupakan rantai utama dari sistem rantai pasok industri minyak kelapa sawit. Pada tahun 2019 tercatat usaha perkebunan rakyat memproduksi 50 juta CPO dan PKO, produksi ini digunakan untuk memasok industri hilir yang diolah menjadi berbagai produk olahan yang selanjutnya masuk ke pasar domestik maupun ekspor. Industri pengolahan kelapa sawit berperan penting dalam menumbuhkan perekonomian nasional. Industri ini mampu menyerap hasil produksi petani rakyat,meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya,hingga menambah perolehan devisa bagi negara.
Teknologi relatif pada karya (labor intensive) dan bukan pada modal. Oleh karena itu, setiap pertambangan produksi minyak sawit hanya mungkin terjadi jika dilakukan peningkatan penggunaan tenaga kerja. Hal ini tentu akan berkaitan erat dengan topik yang akan kita bahas yaitu bagaimana kontribusi industri sawit apabila dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungannya.
Peranan sektor pertanian dalam peningkatan ekonomi sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditunjukkan untuk selalu meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap petani dengan menambah modal, skill, dan campur tangan manusia.
Kata kunci : New Normal, Peningkatan Ekonomi, Produktivitas, Eksistensi.
Pendahuluan
Hingga tahun 2020 luas areal kelapa sawit mencapai 1.374.543 Ha yang terdiri dari 373.479 Ha sebagai tanaman plasma / rakyat, 14.402 Ha milik BUMN sebagai inti dan 986.662 Hak milik Perkebunan Besar Swasta.Produksi TBS (Tandan Buah Segar) yang diolah pada tahun 2020 sebesar 17.721.970 ton atau setara dengan 3,8 juta ton Crude Palm Oil (CPO). Dari sejumlah perusahaan perkebunan besar swasta yang telah memperoleh izin pencadangan (ijin lokasi) sementara ini yang telah beroperasi membangun kebun dalam skala yang luas baru sebanyak ± 393 perusahaan.
Areal pertanaman kelapa sawit yang cukup luas saat ini terpusat di Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian disusul oleh kabupaten aceh singkil dan aceh selatan dengan luas tanam 30.710 Ha dan produksi kelapa sawit sebesar 74.885 ton (BPS provinsi Aceh tahun 2016).
Perkebunan kelapa sawit jadi primadona seiring manfaat positif pertumbuhan ekonomi yang dirasakan. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sumber penghasilan yang kebanyakan dari pulau sumatera. Memang dewasa ini tidak dapat kita pungkiri bahwasanya banyak masyarakat berbondong-bondong untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Hal ini tidak lain karena dengan memiliki perkebunan sawit kehidupan perekonomian masyarakat dapat meningkat dari hasil perkebunan tersebut.
Selain itu untuk dalam pekerjaannya serta dalam mengambil hasil sawit lebih mudah daripada karet. Kenapa dengan karet? Karena sebelum datangnya sawit ke permukaan, karet yang merupakan sumber pendapatan petani terutama di pulau sumatera. Jika dibandingkan kebun sawit dengan kebun karet secara pendapatan dan juga kemudahan dalam prosesnya, memang lebih unggul sawit. Hal ini sesuai dengan ketetapan dinas perkebunan provinsi Aceh (2010) diharapkan pendapatan petani rata-rata mencapai $2,000,00 per KK per tahun.
Keberlanjutan(sustainability) dan keberlangsungan (continuity) industri kelapa sawit aceh pada saat masa new normal tetap berjalan dengan baik. Sebab disegala sektor pertanian dari hulu hingga hilir sektor kelapa sawit tersebutlah yang memiliki ketahanan yang lebih unggul pada saat terjadinya pandemi pada tahun 2020 lalu dari pada sektor pertanian lainnya. Provinsi Aceh menyatakan bahwa pandemi yang melanda pada tahun 2020 turut menekan sektor pertanian dan sektor ekonomi. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional mengalami kontraksi hingga ke titik minus 2,07 persen. Perekonomian aceh pada tahun 2021-2022 justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang sedikit membaik yaitu sekitar 0,37 persen dari pada tahun sebelumnya.
Eksistensi Aspek Ekonomi
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis) adalah komoditas penyumbang devisa terbesar yang mencapai US$ 22,9 miliar. Tercatat total nilai ekspor produk sawit pada 2017 sebesar Rp 239 triliun lebih besar dari pada sektor minyak dan gas.
Selain kontribusi perekonomian makro, suatu industri disebut sebagai industri strategis jika memiliki perang penting dalam pembangunan daerah. Industri sawit hadir dan menjadi salah satu menyongsong perekonomian daerah dikarenakan evolusi pembangunan dari daerah terbelakang/terisolir ke perkebunan kelapa sawit menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi baru di kawasan kabupaten dan kota. Beberapa kabupaten atau kota yang berdampak kemajuan lingkungan dan ekonomi yaitu kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat,Kabupaten Aceh Besar, Pidie,Bireuen,Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya,Bener Meriah,Pidie Jaya,Banda Aceh,Sabang,Langsa,Lhokseumawe,Dan Subulussalam (BPS aceh 2016).
Beberapa hal kontribusi industri sawit terlihat dari berbagai aspek yaitu memacu pertumbuhan ekonomi skala nasional maupun daerah, strategis dalam pengurangan kemiskinan.
Eksistensi Aspek Sosial
Kontribusi industri sawit apabila dilihat dari aspek sosial digunakan untuk mengukur social sustainability antara lain adalah dampaknya pada pembangunan pedesaan atau atau biasa disebut rural development, dan pengurangan kemiskinan (poverty eradication). Dua indikator sosial yang inklusif itu sangat penting khususnya pada negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang seperti Indonesia.
Dua indikator sosial eksklusif dalam perkebunan kelapa sawit yang penting adalah:
1. Berapa besar penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan yang tercipta dalam perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, baik itu milik pribadi, negara, atau swasta.
2. Berapa besar petani sawit berkembang akibat berkembangnya perusahaan perkebunan sawit baik dalam bentuk kemitraan (inti-plasma), maupun bentuk kemitraan koordinasi (kepastian pemasaran hasil maupun akses teknologi dan manajemen usaha). Apabila kedua indikator ini dapat tercapai dengan baik, maka tentu tingkat kesejahteraan sosial petani akan ikut terpengaruh.
Berdasarkan kedua indikator tersebut, sudah banyak studi-studi empiris yang mengungkapkannya. Teknologi perkembangan kelapa sawit yang padat karya (labor intensive) tentu saja menyerap banyak tenaga kerja dengan berbagai latar belakang keahlian. Studi PASPI (2015) menemukan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap pada perusahaan perkebunan sawit sekitar 67% merupakan tenaga kerja berpendidikan SLTP ke bawah dan sisanya merupakan lulusan SLTA ke atas. Ini membuktikan bahwa lapangan pekerjaan kian terbuka dengan banyaknya industri sawit yang ada dikarenakan pekerja yang dipakai dalam perusahaan-perusahaan industri sawit juga memberikan peluang para lulusan SLTA kebawah, bukan hanya lulusan sarjana.
Disamping itu, pada masa new normal ini pertumbuhan kebun sawit juga menarik pertumbuhan usaha produksi bahan pangan (tanaman pangan, peternakan, perikanan) di sekitarnya. Karena itu dampak multiplier (output, nilai tambah, pendapatan, penyerapan tenaga kerja) dari pertumbuhan perkebunan kelapa sawit menarik perkembangan (khususnya pendapatan dan penyerapan lapangan kerja) banyak sektor- sektor pembangunan pedesaan.
Dari uraian- uraian tersebut membuktikan bahwa kontribusi industri sawit ditinjau dari aspek sosial tentu sangat banyak. Dapat kita bayangkan bagaimana jika industri sawit ini tidak ada? Tentu akan menekan angka pengangguran dan menimbulkan masalah-masalah sosial lebih banyak lagi.
Eksistensi Aspek Lingkungan
Daerah dengan penanaman kelapa sawit dapat terbesar di pulau sumatera khususnya daerah aceh dapat menjadi pemicu strategis dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GHG) yang tentu berkontribusi terhadap aspek lingkungan. . Setiap hektar kebun sawit menyerap sekitar 161 ton karbondioksida setiap tahun dan menghasilkan oksigen sekitar 18,7 ton. Keuntungan lain dari dengan adanya perkebunan kelapa sawit akan terhindar dari bencana tanah longsor,juga tentu akan menjadikan daerah tersebut menjadi alam yang sejuk serta menjadi paru paru ekosistem.
Paru- paru memiliki peran sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia yang berfungsi untuk menyerap oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2 ). Karbondioksida merupakan sampah beracun dari metabolisme tubuh yang akan meracuni tubuh kita jika kita tidak membuangnya. sementara oksigen sangatlah diperlukan untuk metabolisme yang ada didalam tubuh. Paru-paru menyerap oksigen yang nantinya akan disebarluaskan ke seluruh tubuh manusia,oleh sebab itu jika ingin memiliki paru paru dan tubuh yang sehat tentunya kita membutuhkan oksigen yang sehat juga bukan?.
Kita seharusnya patut bersyukur tuhan yang maha esa menciptakan tanaman kelapa sawit (termasuk semua tumbuhan) di bumi sebagai paru-paru oksigen. Sebab belakangan ini sering terjadi penebangan pohon yang dimana tanaman kelapa sawit ini dapat menggantikan posisi tanaman yang lainnya dalam peran memberikan oksigen kepada manusia sebagai pengganti pohon pohon yang sudah ditebangi,serta dapat menahan tergerusnya tanah dari pada saat musim hujan.
Kesimpulan
Saat ini banyak sekali tantangan- tantangan yang perlu dihadapi terkhususnya provinsi aceh kedepannya seperti menurunkan angka kemiskinan, percepatan pembangunan daerah pedesaan dan pelosok yang masih tertinggal jauh, mengatasi pengangguran, peningkatan pendapatan,dan lain sebagainya.
Untuk melengkapi atau membersamai dunia yang semakin modern dan penuh tantangan tersebut, kita juga perlu peningkatan SDM yang cukup memadai sehingga kita dapat memanfaatkan segala Sumber Daya Alam ( SDA) yang disediakan oleh bumi, tidak terkecuali Pohon sawit dengan industrinya.
Industri minyak sawit nasional merupakan industri strategis dalam perekonomian makro, pembangunan ekonomi daerah, pengurangan kemiskinan, dan pengurangan emisi GHG. Dalam perekonomian makro, industri minyak sawit berperan cukup strategis yakni sebagai penghasil devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, membangun kedaulatan energi, ekonomi kerakyatan, serta dalam penyerapan lapangan kerja guna meminimalisir angka pengangguran.
Dalam pembangunan ekonomi daerah, industri minyak sawit berperan cukup strategis membangun daerah pinggiran atau pelosok yang bahkan belum tersentuh menjadi pusat pertumbuhan baru dan memacu pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Peningkatan produksi CPO dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan di daerah sentra – sentra sawit. Industri minyak sawit juga industri yang sangat strategis dalam pengurangan angka kemiskinan yang ada. Selain itu, industri minyak sawit juga bagian penting dalam penurunan emisi GHG baik Secara nasional maupun global yakni melalui pengurangan emisi GHG (dengan pergantian solar menjadi biodiesel sawit) serta kontribusi dari faktor lingkungan yang paling penting yaitu penyerapan kembali CO2 oleh tanaman kelapa sawit dari atmosfer bumi.
Mantap
Sangat menginspirasi karyanya kak
Makasih Ami
Join
Bagus
Thanks
Kagum melihat isinya yg informatif
Terimakasih
Penyusunan kata perkatanya sangat baik, isinya sangat menambah wawasan saya, penyusunannya sangat rapi,dan judulnya juga keren.
Terimakasih atas positifnya
Mantap
Makasih yana si paling baik
Thank u
Keren abis
Sangat berguna artikelnya
Pemilihan isi dan judulnya keren sih,suka banget liatnya
Untuk judulnya bagus,tata bahasa Kalimat per kalimat nya bagus, isinya informasi, update dan bermanfaat bgt tentunya
Keren
Mantap
Sangat menarik
Menarik
Nice info
Nice artikel, terimakasih
Keren
The best artikel sih ini,kerennnn