Industri perkebunan kelapa sawit membentuk multifungsi yang mampu mengakomodir pilar-pilar sustainabilitas. Perspektif sustainabilitas dilandaskan pada tiga fungsi yaitu fungsi ekonomi (white function), fungsi sosial (yellow function) dan fungsi lingkungan (green function and blue function) (PASPI, 2022).
Berdasarkan laporan pelaksanaan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37, Kementerian Perdagangan mencatat 10 produk yang paling banyak diminati negara-negara global, salah satunya yakni kelapa sawit. Kelapa sawit menjadi urutan pertama produk yang paling diminati dengan persentase sebesar 20,43% di atas produk kertas, batu bara maupun produk-produk unggulan lainnya (BPDPKS, 2022).
Saat ini, minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) menyumbang lebih dari 30% minyak nabati yang dikonsumsi di seluruh dunia (Susanti & Maryudi, 2016). Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak yang memiliki produktivitas delapan kali lebih banyak daripada tanaman penghasil minyak terkemuka lainnya (Nomanbhay dkk, 2017). Ditambah produksi minyak yang stabil sepanjang tahun serta biaya produksinya yang relatif rendah, tak heran bahwa industri sawit sangat diminati dan telah berkembang melintasi sabuk tropis Asia Tenggara, Afrika dan Amerika.
Aspek Ekonomi
Keberadaan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 190 kabupaten memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah sentra sawit. Peningkatan produksi CPO berkorelasi positif terhadap signifikansi pertumbuhan perekonomian daerah-daerah sentra sawit. Industri perkebunan sawit memiliki dampak yang besar terhadap pembangunan pedesaan (rural development) sektor non-farm. Di Riau contohnya, peningkatan produktivitas CPO sebesar 10% meningkatkan 14% Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di kawasan tersebut (Purba, 2018). Hal ini menjadi salah satu bukti empiris bahwasanya industri sawit berkontribusi positif terhadap peningkatan ekonomi regional.
Sawit menjadi produk unggulan ekspor yang mampu menyumbang devisa terbesar untuk Indonesia hingga saat ini. Sawit menjadi minyak nabati primadona yang permintaannya (demand) tidak pernah turun karena berbagai produk turunan sawit merupakan kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan grafik kebutuhan minyak nabati dunia yang dikeluarkan oleh USDA, minyak sawit menempati 42% sebagai komoditas paling produktif dari total supply dan demand minyak nabati dunia. Indonesia merupakan penyuplai lebih dari separuh permintaan minyak sawit dunia (Jelsma dkk, 2017). Tak heran nilai ekspor sawit selalu mengalami kenaikan yang dulunya sebesar USD 1,08 M sampai dengan level USD 22,97 M, sehingga industri sawit selalu berkontribusi positif terhadap neraca perdagangan Republik Indonesia.
Berdasarkan informasi dari PASPI (2021), eksistensi industri sawit mampu mempertahankan tren positif ekspor Indonesia di tengah krisis ekonomi global. Pandemi Covid-19 contohnya, ketika semua sumber pendanaan difokuskan untuk penanganan kesehatan nasional dan semua sektor lumpuh karenanya, industri sawit tetap eksis dengan nilai ekspor yang bahkan lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan angka kenaikan sebesar 11.3%. Hal ini semakin membuktikan bahwa industri sawit memiliki peran vital di dalam pertumbuhan positif ekonomi Indonesia.
Dalam koridor makro ekonomi, industri sawit memegang peranan strategis yang mampu menghasilkan devisa terbesar, membangun negara yang berkedaulatan energi, menggerakkan lokomotif perekonomian nasional dan pendorong ekonomi regional, serta penyerapan tenaga kerja yang begitu masif pada tiap-tiap sudut negeri. Tren positif yang ditimbulkan dari eksistensi sawit ini perlu dipertahankan melalui berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas CPO, diversifikasi produk dan pengelolaan sawit yang berkelanjutan.
Aspek Sosial
Industri sawit telah terbukti secara empiris mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 16,2 juta orang yang terbagi menjadi 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga tidak langsung. Sebanyak 60% dari total tenaga kerja langsung merupakan petani swadaya.

Bahkan, petani swadaya hampir menguasai separuh dari total kawasan perkebunan sawit. Ini menjadi bukti bahwasanya industri sawit membuka peluang kerja di pedesaan secara masif. Dampaknya, masyarakat pedesaan yang notabene memiliki track record pendidikan yang rendah, mampu untuk mendapatkan peluang kerja yang layak karena industri menerapkan skema kerja padat karya (labor intensive). Perkebunan kelapa sawit mampu menyerap 40-60 tenaga kerja per km2 (Susanti & Maryudi, 2016). Dari total area perkebunan sawit, sebesar 40% dibudidayakan oleh petani kecil (smallholders), sehingga memang kelapa sawit menawarkan peluang kerja bagi banyak orang untuk meningkatkan kesejahteraan (Ma’ruf dkk, 2019).

Penghasilan yang diperoleh masyarakat dari industri sawit tergolong lebih besar dibandingkan sektor pertanian lain. Hal ini tentu mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara akumulatif mampu untuk memajukan kesejahteraan dalam pembangunan kawasan pedesaan. Keberadaan kebun sawit yang tersebar di berbagai wilayah pedesaan di seluruh Indonesia mampu mengakomodir pelibatan multietnis. Pelibatan multietnis dalam kegiatan perekonomian atau dalam hal ini industri kelapa sawit merupakan suatu wadah pelestarian keragaman interaksi sosial antar etnis dan budaya (Purba & Sipayung, 2018).
Aspek Lingkungan
Pengenalan biofuel minyak sawit sebagai alternatif terbarukan yang rendah bahan bakar karbon telah menciptakan pangsa pasar baru untuk industri sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (Susanti & Maryudi, 2016). Minyak sawit sebagai biofuel telah diidentifikasi sebagai sumber energi utama untuk mendiversifikasi bahan bakar transportasi dan untuk mengurangi emisi GRK (Wirawan, 2010). Hal tersebut selaras dengan ambisi pemerintah Indonesia yang berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK nasional sebesar 29% dengan skema business as usual (BAU).
Potensi perkebunan sawit memiliki potensi sebagai instrumen dalam pencapaian target carbon net sink. Seluas 16.3 juta ha kawasan perkebunan sawit diperkirakan mampu untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfir sebanyak 1.03 Giga ton (PASPI, 2021). Biosequestrasi pada perkebunan sawit mampu berkontribusi positif dalam mengurangi dampak perubahan iklim global. Dengan menerapkan Good Agriculture Practices (GAP), industri perkebunan sawit mampu untuk menjadi salah satu sektor yang berperan di dalam pemenuhan target net sink serta perbaikan kualitas lingkungan.
Industri kelapa sawit dewasa ini memang banyak mendapati isu-isu negatif dari black campaign maupun tindakan sejenisnya. Namun, tidak menepis fakta bahwasanya industri perkebunan sawit mampu mengakomodir aspek ekonomi dan sosial secara jelas dan signifikan dengan penyerapan tenaga kerja yang begitu banyak dan pemberian upah yang layak. Hal tersebut tentunya perlu menjadi poin pertimbangan penting untuk terus melakukan intensifikasi agar produktivitas sawit dapat meningkat dan memberikan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pembangunan industri perkebunan sawit yang berkelanjutan perlu untuk terus dibumikan, agar harga TBS tetap tinggi karena pangsa pasar internasional dewasa ini mewajibkan label sustainabilitas pada setiap produk yang dijualnya. Selain itu keterjaminan lingkungan juga akan semakin pasti. Sehingga eksistensi industri perkebunan sawit ini akan mencapai titik kulminasi, dimana sebuah industri mampu mengakomodir aspek lingkungan, ekonomi dan sosial dalam satu koridor yang secara konstituen juga diarahkan sebagai pemenuhan Sustainable Development Goals (SDG’s).
Pulau Kalimantan memiliki luas perkebunan sawit sebesar 5,7 juta ha atau sekitar 34,2% dari total kawasan perkebunan sawit di Indonesia. Dari 5,7 juta ha tersebut, seluas 449.000 ha merupakan kawasan perkebunan sawit rakyat. Dengan luas kawasan yang cukup besar tersebut, diharapkan mampu untuk mengakomodir pilar-pilar sustainabilitas seperti yang telah disebutkan di atas. Dengan eksistensi sawit yang terus menunjukkan citra positif di setiap tahunnya, Pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Barat menjadi sangat mungkin menjadi kawasan sentra sawit yang mampu secara berdaulat melakukan pembangunan kawasan pedesaan menjadi lebih maju dan menjadi pusat-pusat perekonomian regional bahkan nasional.
manteuppp
insightfull bgt
wadidaww mantep
Mantap gan
nice info
kewreen
sangat manfaat
nice
mantep king
keren bangettt. manifesting sawit yang berkelanjutan
keren bangettt artikelnya. sukseskan sawit untuk Indonesia tanpa hoax dan black campaign
keren banget artikelnya dan lanjutkan bang bil
keren bgt
insightful banget dan semua orang harus tau artikel ini sih
sawit mantap
keren bangettt artikelnya nice info
Keren mak, hidup sawit!
keren lanjutkan
artikel yang mantap
manteppp banget
Hidup sawit Indonesiaa
siapp
keren kak
“ Penghasilan yang diperoleh masyarakat dari industri sawit tergolong lebih besar dibandingkan sektor pertanian lain.” setuju banget sama ini. komoditas sawit emang berkontribusi besar dalam sektor pertanian
keren bangett artikelnya
the best article. nice infoo