Pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2019), sektor pertanian berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 12,72%. Perkebunan termasuk dalam sektor pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk kontribusi tersebut. Salah satu komoditasnya adalah kelapa sawit. Hal tersebut dapat dilihat dari luas lahan kelapa sawit yang mencapai 14.858.300 ha dengan hasil produksi sebesar 47.120.247 ton pada tahun 2019.
Selain itu menurut Chan (2002), mengungkapkan bahwa dengan semakin tua umur kelapa sawit volume biomas yang terbentuk makin meningkat (Tabel 1).
Tanaman kelapa sawit umur 4 tahun, menghasilkan biomas sekitar 40 ton per hektar/tahun, kemudian meningkat menjadi sekitar 93 ton pada umur 15 tahun. Pada saat umur 24 tahun (umur peremajaan kembali) volume biomas mencapai puncak yakni sekitar 113 ton/ha/tahun. Hal ini menyatakan bahwa penambahan atau input yang diberikan untuk pertumbuhan kelapa sawit tidak terlalu signifikan tinggi seperti tanaman yang lain. Menurut PASPI (2022), kandungan biomas yang semakin meningkat bukan hanya pada permukaan tanah saja akan tetapi juga bersamaan di daerah biopori-biopori perakaran tanaman kelapa sawit.
Tabel 1. Volume Biomas dan stok karbon yang terus meningkat setiap tahunnya

Kesuburan tanah juga harus diimbangi dengan adanya kebutuhan air bagi tanaman kelapa sawit, akan tetapi bukan menjadi masalah besar karena perkebunan kelapa sawit justru memiliki keunggulan dalam tata air pada 3 indikator yakni dalam siklus evapotranspirasi, cadangan air tanah, dan penerusan curah hujan ke permukaan tanah tabel 2. Menurut PASPI (2022), dari beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa kebun sawit memiliki kebutuhan air yang jauh lebih hemat dibandingkan dengan tanaman hutan atau tanaman karet. Selain hemat air, tanaman kelapa sawit juga memiliki sistem perakaran yang serabut dan massif yang mana mampu membentuk biopori alamiah yang berfungsi menyimpan air dan bahan organik.
Tabel 2. Tata air pada perkebunan sawit jauh lebih unggul dibanding hutan tropis

Permasalahan konservasi tanah umum ditemukan di beberapa pertanaman budidaya pertanian di Indonesia baik tanaman semusim ataupun tahunan seperti kelapa sawit. Kelapa sawit yang masa hidup dan produktivitas yang lama menjadi rasa ragu para petani untuk terjun membudidayakan tanaman sawit. Karena konservasi air penting dilakukan pada tanaman tahunan agar tetap terjaga unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan tanaman dalam berkembang dan tumbuh.
Akan tetapi hal ini bukan halangan lagi, menurut PASPI (2022), terdapat tiga mekanisme dalam menjaga konservasi air pada perkebunan kelapa sawit, yakni pertama adanya pelepah sawit yang saling tumpang tindih justru menjadi pelindung bagi tanah ketika hujan turun yang mana tetap menjaga struktur tanah dari tetesan air hujan, kedua limbah pelepah yang tidak digunakan diletakkan di sekitar tanaman sawit sebagai penutup tanah ketika hujan dan menjaga kelembaban tanah serta sumber bahan organik ketika sudah terurai, ketiga, perakaran sawit yang serabut dan massif menguntungkan bagi tanah sebagai biopori alami baik mikro maupun makro yang mana mempermudah penyerapan air agar mengurangi keterjadian erosi tanah.
Kelapa sawit juga sering dikenal sebagai paru-paru ekosistem karena memiliki peran penting dalam menghasilkan O2 yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Selain itu perannya sebagai penyerap CO2 dari atmosfer yang dihasilkan dari asap kendaraan, pabrik, pembakaran yang besar-besaran, hal ini tentu mampu menjadi peluang untuk meminimalisir terjadi kerusakan ozon dan emisi gas rumah kaca sebab yang kita ketahui bahwa kelapa sawit dibudidayakan umumnya secara luas. Dengan adanya kelapa sawit selain menguntungkan aspek tanamannya sawit sendiri juga bermanfaat bagi lingkungan secara luas (PASPI, 2022).
Pandangan negatif terhadap perkebunan sawit sudah sangat umum dibicarakan karena yang ada di benaknya seperti lahan gambut, pembakaran hutan, dan deforestasi serta masih banyak lagi. Masyarakat umumnya belum tahu lebih dalam dari peran tanaman sawit itu sendiri yang menyebabkan pandangan negatif tersebut yang selalu muncul. Keuntungan dari limbah juga dapat menjadi peluang bagi masyarakat sebagai sumber penghasilan tambahan yang bernilai ekonomis yang cukup tinggi. Kontribusi kelapa sawit lainnya melalui pengembangan biodiesel salah satunya.
Adanya pengembangan ini mampu mengurangi adanya penggunaan minyak fosil yang sifatnya tidak dapat terbarukan. Beberapa laporan bahwa biodiesel yang dihasilkan memiliki kandungan bahan bakar alternatif lainnya yang rendah emisi yakni green diesel, green gasoline dan green avtur. Kemudian gas lain yang dapat dikembangkan yakni biogas dan biolistrik yang menerapkan pengolahan POME dengan dengan menggunakan cover lagoan yang mana teknologi tersebut menghasilkan gas metana dan dapat menjadi sumber listrik bagi masyarakat setempat, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk listrik (PASPI, 2020).
Salah satu limbah dari kelapa sawit yang ada di Indonesia yakni tandan kosong yang ada ketika biji sawit sudah dirontokkan dari tandan tersebut. Menurut PASPI (2020), limbah tandan kosong diciptakan sebagai bahan pembuatan kertas dan sudah direalisasikan oleh Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) berkolaborasi dengan konsorsium PIC Co., Ltd dan Taizen Co., Ltd yang bergerak bidang manufaktur serta penjualan mesin industri pulp dan kertas. Seperti yang kita tahu, bahwa tandan kosong justru hanya digunakan sebagai bahan organik dan dibiarkan terurai di tanah akan tetapi dengan adanya inovasi tersebut mampu mengurangi adanya penebangan hutan.
Masyarakat sekitar perkebunan sawit umumnya mendapatkan penghasilan sebagai tenaga pekerja di kebun yang bekerja baik sebagai buruh harian atau sebagai mitra. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ada beberapa masyarakat yang tidak bekerja karena keterbatasan dari karyawan yang dibutuhkan dan perlu adanya inovasi sebagai penghasilan tambahan dari masyarakat itu sendiri. Menurut PASPI (2020), limbah sawit seperti biomas yakni pelepah dan daun kelapa sawit memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak karena kandungan serat kasar yang cukup tinggi dengan kadar lignin sebesar 17,4% pada pelepah dan 27,6% pada daun sawit.
Hal ini menunjukkan bahwa peluang bagi masyarakat yang dapat kembangkan sebagai penghasilan tambahan.selain itu tandan kosong juga dapat digunakan sebagai media tanam jamur tiram yang tentunya dapat diproduksi secara masal dan tentunya bernilai ekonomis baik dari media tanam maupun produksi jamur tiram itu sendiri.
Pernyataan di atas harapannya dapat menjadi bahan bacaan bahwa tidak selalu perkebunan sawit memiliki nilai negatif yang memberikan dampak buruk bagi lingkungan maupun masyarakat di daerah perkebunan sawit. Bahkan limbah yang dihasilkan dapat dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dan tentunya menjadi nilai tambahan bagi masyarakat yang tidak hanya mengandalkan dari hasil sawit saja atau hanya sebagai pekerja. Maka dari itu, harapannya masyarakat dapat membentuk suatu kelompok yang mengembangkan beberapa produk dan diproduksi secara masal.
Keren
Keren sangat bermanfaat
Keren.
Kamu hebat!
opini yang menarik
Semanagt
Nice nice