Industri sawit atau industri minyak sawit khususnya perkebunan kelapa sawit merupakan suatu industri dengan teknologi relatif pada karya (labor intensive) dan bukan pada modal. Oleh karena itu, setiap pertambangan produksi minyak sawit hanya mungkin terjadi jika dilakukan peningkatan penggunaan tenaga kerja. Hal ini tentu akan berkaitan erat dengan topik yang akan kita bahas yaitu bagaimana kontribusi industri sawit apabila dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungannya.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, industri kelapa sawit telah menyediakan lapangan pekerjaan sebesar 16 juta tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri minyak sawit mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni 2,1 juta orang tahun 2000 menjadi 8,4 juta orang pada tahun 2015. Hal ini menunjukan industri minyak sawit adalah padat karya yang menyerap tenaga kerja. Apa jadinya jika industri di hilangkan? Tentu banyak sekali masyarakat menjadi pengangguran, mengingat kontribusi industri sawit dalam aspek sosial memberikan banyak peluang kerja bagi masyarakat Indonesia.
Selain kontribusi perekonomian makro, suatu industri disebut sebagai industri strategis jika memiliki perang penting dalam pembangunan daerah. Industri sawit hadir dan menjadi salah satu menyongsong perekonomian daerah dikarenakan evolusi pembangunan dari daerah terbelakang/terisolir ke perkebunan kelapa sawit menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi baru di kawasan pedesaan.
Menurut kementerian transmigrasi dan tenaga kerja (2014), sampai tahun 2013 setidaknya 50 kawasan pedesaan yang terbelakang/terisolir telah berkembang menjadi Kawasan pertumbuhan baru dengan basis sentra produksi yang menghasilkan minyak sawit (CPO) antara lain: Sungai Bahar (Jambi), Pematang Panggang dan Peninjauan (Sumatera Selatan), Arga Makmur (Bengkulu), Sungai Pasar dan Lipat Kain (Riau), Parenggean (Kalimantan Tengah) dan kawasan lain. Sebagian besar dari kawasan sentra produksi CPO tersebut telah berkembang menjadi kecamatan dan kabupaten baru di kawasan pedesaan.
Beberapa hal kontribusi industri sawit terlihat dari berbagai aspek yaitu memacu pertumbuhan ekonomi skala nasional maupun daerah, strategis dalam pengurangan kemiskinan, strategis dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GHG) yang tentu berkontribusi terhadap lingkungan dan sebagainya.
Kontribusi industri sawit apabila dilihat dari aspek sosial digunakan untuk mengukur social sustainability antara lain adalah dampaknya pada pembangunan pedesaan atau atau biasa disebut rural development, dan pengurangan kemiskinan (poverty eradication). Dua indikator sosial yang inklusif itu sangat penting khususnya pada negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang seperti Indonesia.
Dua indikator sosial eksklusif dalam perkebunan kelapa sawit yang penting adalah :
1. Berapa besar penyerapan tenaga kerja , dan kesejahteraan yang tercipta dalam perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, baik itu milik pribadi, negara, atau swasta.
2. Berapa besar petani sawit berkembang akibat berkembangnya perusahaan perkebunan sawit baik dalam bentuk kemitraan (inti-plasma), maupun bentuk kemitraan koordinasi (kepastian pemasaran hasil maupun akses teknologi dan manajemen usaha). Apabila kedua indikator ini dapat tercapai dengan baik, maka tentu tingkat kesejahteraan sosial petani akan ikut terpengaruh.
Berdasarkan kedua indikator tersebut, sudah banyak studi-studi empiris yang mengungkapkannya. Teknologi perkembangan kelapa sawit yang padat karya (labor intensive) tentu saja menyerap banyak tenaga kerja dengan berbagai latar belakang keahlian. Studi PASPI (2015) menemukan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap pada perusahaan perkebunan sawit sekitar 67% merupakan tenaga kerja berpendidikan SLTP ke bawah dan sisanya merupakan lulusan SLTA ke atas. Ini membuktikan bahwa lapangan pekerjaan kian terbuka dengan banyaknya industri sawit yang ada dikarenakan pekerja yang dipakai dalam perusahaan-perusahaan industri sawit juga memberikan peluang para lulusan SLTA kebawah, bukan hanya lulusan sarjana.
Disamping itu, pertumbuhan kebun sawit juga menarik pertumbuhan usaha produksi bahan pangan (tanaman pangan, peternakan, perikanan) di sekitarnya. Karena itu dampak multiplier (output, nilai tambah, pendapatan, penyerapan tenaga kerja) dari pertumbuhan perkebunan kelapa sawit menarik perkembangan (khususnya pendapatan dan penyerapan lapangan kerja) banyak sektor- sektor pembangunan pedesaan.
Dari uraian- uraian tersebut membuktikan bahwa kontribusi industri sawit ditinjau dari aspek sosial tentu sangatlah banyak dan beragam. Dapat kita bayangkan bagaimana jika industri sawit ini tidak ada? Tentu lebih banyak lagi pengangguran dan tentunya masalah-masalah sosial lebih banyak lagi.
Kemudian kontribusi sawit apabila ditinjau dari aspek lingkungan atau ekologis dapat dilihat secara ekofisiologi kebun sawit seperti hal nya hutan, juga bagian dari paru-parunya ekosistem. Paru- paru memiliki peran sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia yang berfungsi untuk menyerap oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2 ). Karbondioksida merupakan sampah beracun dari metabolisme tubuh yang jika tidak dibuang akan meracuni tubuh kita. Sementara oksigen sangatlah diperlukan untuk metabolisme yang ada didalam tubuh agar kita dapat hidup dan bertubuh. Kita seharusnya patut bersyukur tuhan yang maha esa menciptakan tanaman kelapa sawit (termasuk semua tumbuhan) di bumi sebagai paru-paru oksigen.
Masih kontribusi dari aspek lingkungan dimana melalui fotosintesis yang dilakukan kelapa sawit, karbondioksida yang ada di atmosfer bumi diserap tanaman kelapa sawit. Lewat metabolisme tanaman tersebut, karbon dioksida dipecah menjadi karbon dan oksigen. Karbon demikian diproses dan diubah menjadi tubuh tanaman kelapa sawit (akar, batang, daun dan lain-lain) serta minyak untuk kebutuhan manusia. Sedangkan oksigen untuk kehidupan manusia, yang kita hirup saat menarik nafas.
Setiap hektar kebun sawit menyerap sekitar 161 ton karbondioksida setiap tahun dan menghasilkan oksigen sekitar 18,7 ton. Semakin besar produksi kebun sawit semakin banyak karbondioksida yang diserap kelapa sawit dari udara bumi dan semakin banyak pula oksigen yang dihasilkan ke udara bumi untuk keberlangsungan hidup manusia.
Dari uraian- uraian tersebut membuktikan bahwa kontribusi industri sawit apabila ditinjau dari aspek lingkungannya juga mempunyai banyak nilai positif terutama dalam hal keberlangsungan kehidupan umat manusia. Dapat kita bayangkan bagaimana apabila industri sawit atau bahkan tanaman sawit tidak ada? Bisa jadi manusia yang semakin hari semakin banyak kekurangan oksigen. Sehingga kita patut mensyukuri tanaman yang satu ini.
Kesimpulan
Dewasa ini, banyak sekali tantangan- tantangan yang perlu dihadapi dunia terkhusus Indonesia kedepannya seperti menurunkan angka kemiskinan, percepatan pembangunan daerah pedesaan dan pelosok yang masih tertinggal jauh, ketimpangan sosial, mengatasi pengangguran, peningkatan pendapatan, stabilisasi dan penyehatan neraca pembayaran, kemandirian energi, dan lain sebagainya.
Untuk melengkapi atau membersamai dunia yang semakin modern dan penuh tantangan tersebut, kita juga perlu peningkatan SDM yang cukup memadai sehingga kita dapat memanfaatkan segala Sumber Daya Alam ( SDA) yang disediakan oleh bumi, tidak terkecuali Pohon sawit dengan industrinya.
Industri minyak sawit nasional merupakan industri strategis dalam perekonomian makro, pembangunan ekonomi daerah, pengurangan kemiskinan, dan pengurangan emisi GHG. Dalam perekonomian makro, industri minyak sawit berperan cukup strategis yakni sebagai penghasil devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, membangun kedaulatan energi, ekonomi kerakyatan, serta dalam penyerapan lapangan kerja guna meminimalisir angka pengangguran.
Dalam pembangunan ekonomi daerah, industri minyak sawit berperan cukup strategis membangun daerah pinggiran atau pelosok yang bahkan belum tersentuh menjadi pusat pertumbuhan baru dan memacu pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Peningkatan produksi CPO dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan di daerah sentra – sentra sawit. Industri minyak sawit juga industri yang sangat strategis dalam pengurangan angka kemiskinan yang ada. Selain itu, industri minyak sawit juga bagian penting dalam penurunan emisi GHG baik Secara nasional maupun global yakni melalui pengurangan emisi GHG (dengan pergantian solar menjadi biodiesel sawit) serta kontribusi dari faktor lingkungan yang paling penting yaitu penyerapan kembali CO2 oleh tanaman kelapa sawit dari atmosfer bumi.
Bermanfaat
Makasih mastang
Bermanfaat
Makasih nahira
Bermanfaat
Makasih nurmala
Bermanfaat
Makasih wafik
Nice
Makasihh raidatul
Wowww
Makasih masnaa
Bermanfaat
Makasih ucan
Bermanfaat
Makasih arman
Bermanfaat
Makasih ratna
Bermanfaat
Makasih fatur
Bermanfaat
Makasih fatur
Bermanfaat
Makasih hamsiah
Wow bermanfaat
Makasih kak sabar
Bermanfaat
Makasih kak arya
Bermanfaat
Makasih kak
Bermanfaat nda bagus
Makasih kak
Bermanfaat
Makasih kak
Bermanfaat
Makasih kak
Bermanfaat
Makasih mamat
Bermanfaat
Makasih kamal
Sangat bagus
Makasih lasakka
Nice waww
Makasih ritawa
Bermanfaat
Makasih muslim
Bermanfaat
Makasih muhaimin
Bermanfaat
Makasih alifin
Bermanfaat
Makasih saldi
Bermanfaat
Makasih kakak tarisah
Bagus nak keren bahasanya
Makasih kak masna
Mantap
Makasih kak adi
Bagus artikelnya
Makasih kak salman
Keren sekali sodara
Makasih kak aldi imran
Mantap2
Semangat
Sangat bermanfaat