Logo PASPI Indonesia 2023 | W-BG

Mitos vs Fakta Industri Sawit

12 Isu Sawit dalam Pemanasan Global, Perubahan Iklim dan Emisi Gas Rumah Kaca (2024)

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Share

Pemanasan global (global warming) merupakan isu yang paling mengemuka dalam abad ini. Dampak pemanasan global yang sangat luas telah mengundang perhatian masyarakat global. Namun, terdapat persepsi yang salah bahwa pemanasan global disebabkan oleh industri kelapa sawit. Artikel ini akan membahas tentang isu sawit dalam pemanasan global, perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca, serta fakta-faktanya.

Isu sawit dalam pemanasan global

Materi Isu Sawit dalam Pemanasan Global, Perubahan Iklim dan Emisi GRK

  1. Mitos 6-01 Pemanasan global (global warming) disebabkan oleh pembangunan perkebunan kelapa sawit
  2. Mitos 6-02 Perubahan iklim global disebabkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit
  3. Mitos 6-03 Sektor perkebunan kelapa sawit merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca global
  4. Mitos 6-04 Emisi GRK global meningkat pesat sejak awal pembangunan perkebunan kelapa sawit dunia
  5. Mitos 6-05 Indonesia termasuk negara terbesar emitter GRK global
  6. Mitos 6-06 Emisi Land Use, Land Use Change and Forestry (LULUCF) sangat besar kontribusinya dalam emisi GRK global
  7. Mitos 6-07 Perkebunan kelapa sawit merupakan sumber utama emisi GRK global dari sektor pertanian
  8. Mitos 6-08 Emisi minyak sawit paling besar dibandingkan emisi minyak nabati lainnya
  9. Mitos 6-09 Perkebunan kelapa sawit secara neto bukan penyerap karbon
  10. Mitos 6-10 Kemampuan emission saving pada biodiesel sawit lebih rendah dibandingkan biodiesel nabati lain
  11. Mitos 6-11 Industri sawit global bukan menjadi solusi untuk pencapaian Net Carbon Sink (NCS)
  12. Mitos 6-41 Pengembangan biodiesel sawit kontradiktif dengan upaya penurunan emisi di Indonesia

Mitos 6-01

Pemanasan global (global warming) disebabkan oleh pembangunan perkebunan kelapa sawit

Pemanasan global (global warming) merupakan isu yang paling mengemuka dalam abad ini. Dampak pemanasan global yang sangat luas telah mengundang perhatian masyarakat global.

Pemanasan global disebabkan karena meningkatnya intensitas efek gas rumah kaca (greenhouse intensity effect) pada atmosfer bumi. Secara alamiah, atmosfer bumi diisi Gas Rumah Kaca-GRK (Greenhouse Gasses-GHG) terutama uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), methane (CH4), dan nitrogen (N2) dengan konsentrasi alamiah tertentu. Fungsi gas rumah kaca tersebut untuk membentuk mekanisme efek rumah kaca (natural greenhouse effect) pada atmosfer bumi sebagai mekanisme alamiah dalam melindungi dan memelihara temperatur atmosfer bumi agar nyaman untuk kehidupan.

Melalui mekanisme alamiah efek gas rumah kaca tersebut, sebagian energi panas yang dipancarkan matahari terperangkap dalam atmosfer bumi dan sebagian lagi dipantulkan ke luar angkasa (Gambar 1). Tanpa mekanisme efek rumah kaca alamiah tersebut, semua energi panas matahari dipantulkan ke luar angkasa sehingga temperatur atmosfer bumi akan sangat dingin (tidak nyaman untuk kehidupan).

Gambar 1 : Mekanisme Efek Gas Rumah Kaca Dalam Fenomena Pemanasan Global/Global Warming (Sumber: US Global Change Research Program)

Mekanisme Efek Gas Rumah Kaca Dalam Fenomena Pemanasan Global Global Warming
Mekanisme Efek Gas Rumah Kaca Dalam Fenomena Pemanasan Global/Global Warming (Sumber: US Global Change Research Program)

Peningkatan intensitas efek rumah kaca alamiah tersebut terjadi ketika konsentrasi emisi GRK pada atmosfer bumi meningkat di atas konsentrasi alamiah nya. Penyebabnya adalah peningkatan emisi GRK yang bersumber dari aktivitas manusia di bumi dan munculnya gas-gas buatan manusia seperti golongan Chlorofluorocarbon (CFC) dan halogen (human enhanced greenhouse effect).

Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC (1991) mengungkapkan bahwa konsentrasi emisi GRK di atmosfer bumi mengalami peningkatan dalam periode pre-industri (1800-an) hingga saat ini. Menurut IPCC (1991) konsentrasi CO2 pada atmosfer bumi telah meningkat dari 280 ppmv (part per million volume) pada 1800-an menjadi 353 ppmv pada tahun 1990. Konsentrasi CO2 pada atmosfer bumi tahun 2005 meningkat mencapai 379 ppmv kemudian mengalami kenaikan menjadi 396 ppmv tahun 2013, dan 399 ppmv tahun 2015, kemudian terus meningkat menjadi 407 ppmv pada tahun 2018 (IEA, 2013, 2016, 2019). Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan bahwa tingkat konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer bumi pada Mei 2022 telah meningkat menjadi 417.6 ppmv.

Sementara itu pada periode tahun 1800-an hingga 1990, konsentrasi GRK lainnya juga meningkat yakni CH4 dari 0.8 ppmv menjadi 1.72 ppmv, N2O dari 288 ppbv (part per billion volume) menjadi 310 ppbv, dan CFC dari nol menjadi 280-484 pptv (part per trillion volume).

Senada dengan studi di atas, Olivier et al. (2022) juga menunjukkan peningkatan emisi GRK (setara CO2) pada atmosfer bumi dari 32.9 Gt CO2 eq tahun 1990 menjadi 49.8 Gt CO2 eq tahun 2020 (Gambar 2).

Gambar 2 : Perkembangan Emisi Gas-Gas Rumah Kaca Global pada Atmosfer Bumi (Sumber: Olivier et al., 2022)

Perkembangan Emisi Gas Gas Rumah Kaca Global pada Atmosfer Bumi
Perkembangan Emisi Gas-Gas Rumah Kaca Global pada Atmosfer Bumi (Sumber: Olivier et al., 2022)

Selama periode tahun 1990-2020, peningkatan emisi terbesar disumbang oleh emisi gas CO2 yang meningkat dari 22.7 Gt CO2 menjadi 49.8 Gt CO2. Kemudian gas CH4 yang juga meningkat dari 6,196 Mt CO2 eq menjadi 7,732 Mt CO2 eq, gas N2O meningkat dari 2,329 Mt CO2 eq menjadi 2,958 Mt CO2 eq, dan F-gas meningkat dari 352 Mt CO2 eq menjadi 1,328 Mt CO2 eq.

Dengan meningkatnya intensitas konsentrasi GRK menyebabkan radiasi/panas sinar matahari yang terperangkap pada atmosfer bumi menjadi lebih besar dari alamiahnya sehingga meningkatkan temperatur udara bumi menjadi lebih panas (Soemarwoto, 1992). Peningkatan temperatur atmosfer bumi tersebut kemudian dikenal sebagai pemanasan global (global warming).

Uraian di atas menegaskan bahwa pemanasan global bukan disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit. Peningkatan konsentrasi GRK pada atmosfer bumi yang bersumber dari kegiatan masyarakat dunia sejak era pra-industri (tahun 1800-an) hingga sekarang, telah meningkatkan intensitas efek rumah kaca pada atmosfer bumi sehingga panas matahari semakin banyak terperangkap dan hal inilah merupakan penyebab pemanasan global.

Referensi

  • Olivier JGJ, Schure KM, Peters JAHW. 2022. Trends in Global CO2 and Total Greenhouse Gas Emissions: 2021 Summary Report.
  • Soemarwoto O. 1992. Indonesia dalam Kamcah Isu Lingkungan Global. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • US Global Change Research Program. tt. Human Influence on the Greenhouse Effect.

Mitos 6-02

Mitos 6-03

Mitos 6-04

Mitos 6-05

Mitos 6-06

Mitos 6-07

Mitos 6-08

Mitos 6-09

Mitos 6-10

Mitos 6-11

Mitos 6-41

Share
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x