Indonesia merupakan negara yang kaya akan komoditas sawit. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia sebagai negara eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), total nilai ekspor kelapa sawit dari Indonesia mencapai US$17,36 miliar pada 2020, yang mana angka tersebut memberikan kontribusi sebesar 53,46% dari total nilai ekspor kelapa sawit global yang mencapai US$ 32,48 miliar pada 2020.
Sawit yang dihasilkan tidak hanya untuk diekspor, tetapi juga untuk dikonsumsi dalam negeri. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan, total konsumsi minyak sawit di pasar domestik pada April 2022 mengalami peningkatan sebesar 16% dibandingkan pada Maret 2022 yaitu sebesar 1,75 juta ton dari 1,5 juta ton. Konsumsi paling besar di dalam negeri adalah konsumsi untuk pangan sebesar 812 ribu ton pada April 2022, yang mana jumlah tersebut naik 27,8% dari bulan sebelumnya yang sebesar 635 ribu ton.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengkonsumsi minyak sawit akan memicu kolesterol yang akan berakibat pada penyakit jantung dan penyakit berbahaya lainnya. Faktanya tidak demikian, konsumsi minyak sawit sebagai bahan pangan memperbaiki kolesterol tubuh yakni meningkatkan kolesterol baik (HDL), menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida serta mengurangi deposisi lemak tubuh. Tidak hanya itu, Konsumsi minyak sawit juga tidak mempengaruhi laju sekresi insulin maupun kadar glukosa darah sehingga tidak menyebabkan diabetes.
Kandungan dari minyak sawit banyak memberikan manfaat bagi kesehatan bagi manusia. Minyak sawit sebagai minyak makan yang aman telah lama diakui dan dinikmati oleh masyarakat. Minyak sawit dikonsumsi secara meluas sebagai minyak goreng, margarin, shortening, baik pada level rumah tangga maupun minyak untuk industri pangan. Tetapi, masih ada saja rumor yang mengatakan bahwa minyak sawit berpotensi memicu kanker. Hal ini digulirkan Eropa dengan tujuan menghambat laju minyak sawit ke pasar Eropa. Bentuk-bentuk kampanye hitam yang seperti ini sudah dilakukan Barat sejak lama. Negara-negara Barat yang selama ini dikenal memiliki citra yang bebas dan adil dalam promotor perdagangan, kenyataannya sering melakukan cara-cara yang tidak adil hanya untuk melindungi produk mereka yang kalah bersaing.
Berbagai hasil riset penelitian di dalam maupun di luar negeri telah membuktikan bahwa minyak sawit bermanfaat dalam menekan perkembangan sel kanker. Salah satunya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI dan Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuktikan bahwa pemberian minyak sawit dapat mengendalikan dan menghambat perkembangan (berat dan volume) tumor. Hal ini disebabkan karena minyak sawit mengandung zat antioksidan seperti karoten (Vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (Vitamin E).
Adanya kandungan Vitamin A dan Vitamin E dalam minyak sawit yang mana masing-masing memiliki kandungan Vitamin A sekitar 569 ppm dan Vitamin E sekitar 1367 ppm. Untuk setiap volume yang sama, kandungan Vitamin A minyak sawit lebih tinggi dari kandungan Vitamin A dari bahan-bahan makanan yang dianggap sebagai sumber Vitamin A seperti jeruk, wortel, pisang dan lain-lain. Begitupun juga dengan Vitamin E, yang cukup tinggi dan tertinggi dibandingkan dengan minyak nabati lain termasuk lemak hewan.
Kandungan Vitamin A dan Vitamin E dalam minyak sawit, menjadikan perkebunan sawit berpotensi menjadi “lumbung” terbesar yang menghasilkan Vitamin A dan E. Berdasarkan Angka Kebutuhan Gizi, kebutuhan setiap orang terhadap Vitamin A sekitar 3000 IU/hari dan Vitamin E sebanyak 15 mg/hari. Dengan jumlah penduduk 270 juta orang, maka Indonesia memerlukan 86.5 ton vitamin A dan 1458 ton vitamin E setiap tahunnya. Di sisi lain, kebutuhan Vitamin A dan E Indonesia setiap tahun juga terus meningkat sehingga menyebabkan harus mengimpor. Nilai impor Vitamin A dan E mengalami peningkatan dari USD 8.6 juta menjadi USD 52 juta atau meningkat lebih 6 kali lipat dalam periode yang sama. Kondisi ini tentu saja berdampak pada neraca perdagangan Indonesia.
Perlunya sebuah strategi ampuh untuk mengatasi peningkatan nilai impor dan kebutuhan Vitamin A dan Vitamin E. Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti Vitamin A dan E impor dengan memanen Vitamin A dan E dari perkebunan sawit Indonesia. Diperlukannya pengembangan teknologi pemanenan Vitamin A dan E dari proses pengolahan minyak sawit, perkebunan sawit Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga berpotensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat global secara luas.
Komoditas sawit berperan dalam menyehatkan kehidupan manusia di planet bumi. Tiga cara sawit menyehatkan kehidupan di planet bumi yakni melalui gizi/nutrisi minyak sawit (dari dalam tubuh manusia), oleokimia/biosurfaktan sawit dan jasa “paru-paru” dari perkebunan sawit (dari luar tubuh manusia dan penyehatan lingkungan fisik). Dengan perannya sebagai penyedia jasa “paru-paru”, perkebunan sawit mampu menyehatkan kehidupan di planet bumi melalui penyerapan kembali emisi CO2 dari atmosfer bumi yang selanjutnya karbon tersebut akan disimpan (carbon stock) dan menghasilkan oksigen ke atmosfer bumi.
Manfaat minyak sawit lainnya adalah mengurangi stress oksidatif. Radikal bebas adalah senyawa yang sangat reaktif yang terbentuk di tubuh sebagai akibat dari faktor-faktor seperti stres, pola makan yang buruk, atau paparan polutan dan pestisida. Radikal bebas dapat menumpuk di tubuh dari waktu ke waktu, menyebabkan stres oksidatif, peradangan, kerusakan sel dan bahkan penyakit kronis. Nah, antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas berbahaya untuk mencegah kerusakan sel. Antioksidan ini dapat diperoleh pada minyak kelapa sawit. Tapi, perlu diketahui kalau untuk untuk benar-benar menghilangkan stres oksidatif, kamu perlu memadukan minyak kelapa sawit dengan diet seimbang serta banyak makanan antioksidan tinggi lainnya, seperti kunyit, jahe, coklat hitam, dan kacang pecan.
Meski banyak manfaat kelapa sawit yang kerap diolah menjadi minyak, tetapi berbagai studi juga menyebutkan bahwa minyak kelapa sawit diduga menjadi penyebab naiknya kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Hal tersebut dapat terjadi karena minyak kelapa sawit memiliki kandungan lemak jenuh yang cukup tinggi.
Ketika jumlah kolesterol jahat (LDL) di dalam tubuh terlalu banyak, dapat terjadi penumpukan lemak di pembuluh darah yang bisa menghambat aliran darah ke organ-organ tubuh, misalnya otak atau jantung. Kondisi ini akan meningkatkan risiko terjadinya stroke atau penyakit jantung. Oleh karena itu, Anda dianjurkan untuk membatasi konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, termasuk minyak sawit. Selain itu, Anda tidak dianjurkan untuk memanaskan minyak kelapa sawit berulang kali.
Proses ini akan merusak kandungan antioksidan dan meningkatkan kadar lemak jenuh di dalamnya. Dengan begitu, risiko Anda untuk terkena penyakit jantung dapat meningkat. Meski demikian, penggunaan minyak kelapa sawit untuk keperluan memasak aman digunakan selama kadarnya sesuai dan tidak berlebihan. lebih jauh manfaat kelapa sawit untuk kesehatan dan jumlah asupannya yang tepat. Terlebih, jika Anda memiliki kondisi medis tertentu, seperti kolesterol tinggi atau penyakit jantung.
Banyaknya mitos yang bertebaran mengenai minyak sawit yang menyebabkan kolesterol atau dapat memicu kanker. Yang mana itu semua hanya adalah bentuk kampanye hitam yang sudah dilakukan Eropa sejak lama untuk menghambat laju minyak sawit ke pasar Eropa. Pada faktanya, minyak sawit memiliki segelintir manfaat bagi tubuh manusia, diantaranya menurunkan kadar kolesterol, tidak menyebabkan diabetes, menekan perkembangan sel kanker, mengandung Vitamin A dan E yang berguna bagi tubuh, menyehatkan kehidupan di planet bumi, mengurangi stress oksidatif, dan masih banyak manfaat lainnya.
kerenn
Maaciii alip 🙂
Gokill bil
kerennn nabila
Mantappp
Keren bil
Kerennn
kerennn
Menarik banget keren
keren bilaaa
tulisannya menarik dan informatif, keep it up nabila!