Back to Top
Rating & Comment

KERUGIAN EKONOMI SERANGAN GANODERMA SAWIT DAN ANCAMAN MASA DEPAN INDUSTRI SAWIT NASIONAL

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Bagikan Policy Brief
CITE THIS POLICY BRIEF

Target Indonesia untuk meningkatkan produksi minyak sawit dari sekitar 54 juta ton saat ini menjadi sekitar 100 juta ton pada tahun 2050, berpotensi tidak dapat tercapai jika penyakit ganoderma tidak diatasi secara komprehensif. Menurut para ahli penyakit tanaman, serangan ganoderma pada kebun sawit telah menjadi ancaman nyata kebun sawit dunia, termasuk kebun sawit Indonesia.

Penyakit ganoderma ini yang disebut sebagai “silent killer” sedang mengancam kebun sawit tanpa mengenal lokasi, generasi maupun umur tanaman sawit. Pada fase awal, serangan ganoderma yang tidak kasat mata akan menurunkan produktivitas TBS hingga kemudian mematikan pokok tanaman kelapa sawit secara signifikan pada fase serangan yang parah/akut.

Penurunan produktivitas hingga kematian pokok tanaman kelapa sawit produktif menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian ekonomi yang terjadi tidak hanya pada level perkebunan sawit (on farm) saja tetapi juga akan mengancam industri sawit secara keseluruhan maupun perekonomian Indonesia, mengingat besarnya peran industri hilir sawit domestik dalam devisa ekspor (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2024b) dan perekonomian Indonesia.

Artikel ini akan mendiskusikan seriusnya ancaman serangan ganoderma yang akan mempengaruhi produktivitas, produksi, dan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang perlunya kebijakan nasional pengendalian ganoderma.


KERUGIAN EKONOMI SERANGAN GANODERMA

Aset yang paling berharga dari perkebunan sawit adalah pohon tanaman kelapa sawit itu sendiri. Pohon sawit merupakan “mesin biologis” yang menghasilkan “kue ekonomi” baik berupa produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang kemudian menghasilkan minyak sawit (CPO dan CPKO), biomassa, dan jasa lingkungan (sebagai penyerapan CO2 dan produksi oksigen atau carbon sink and biosequeration) (PASPI Monitor, 2024a).

Secara ekonomi, pohon kelapa sawit merupakan investasi jangka panjang dengan life span atau economic life time selama 25-30 tahun. Sehingga jika performa pohon kelapa sawit di bawah optimal (sub optimal) atau pohon mati, maka akan menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

Berbagai studi empiris mengungkapkan bahwa serangan ganoderma pada kebun sawit dunia menyerang tanaman sawit di setiap generasi, setiap fase umur tanaman sawit dari mulai fase pembibitan, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Muda, Remaja, Dewasa, hingga Tua dengan intensitas mulai dari ringan, sedang, berat, dan mati/tumbang (Asis et al., 2016; Ibrahim et al., 2020; Murphy et al., 2021; Paterson, 2019, 2020; Evizal et al., 2022; Jazuli et al., 2022; Harefa et al., 2023).

Untuk kasus di Indonesia (Paterson, 2019, 2022), ganoderma telah menyerang sentra-sentra kebun sawit baik perkebunan sawit swasta, rakyat, maupun BUMN (PTPN). Semua pulau sentra sawit di Indonesia (dan negara produsen lain) telah terinfeksi ganoderma dengan persentase dan intensitas serangan yang makin kuat ke depan. Pulau Sumatera sebagai sentra utama sawit nasional telah terserang ganoderma dengan intensitas yang berbeda mencapai sekitar 39 persen.

Menurut Paterson (2019) jika tidak ada upaya yang fundamental dalam mengatasi serangan ganoderma pada perkebunan sawit nasional, maka diproyeksikan populasi tanaman kelapa sawit yang terinfeksi makin cepat meluas sehingga menuju tahun 2100 lebih dari 60 persen tanaman kelapa sawit akan terinfeksi ganoderma (Gambar 1). Porsi tanaman kelapa sawit yang tidak terinfeksi ganoderma makin lama makin sedikit.

Proyeksi Serangan Ganoderma pada Perkebunan Sawit Indonesia

Serangan ganoderma tersebut menurunkan produktivitas TBS yang cukup signifikan hingga 50 persen (Asis et al., 2016; Ibrahim et al., 2020; Murphy et al., 2021; Paterson, 2019, 2020; Evizal et al., 2022; Jazuli et al., 2022; Harefa et al., 2023), dimana level penurunan produktivitasnya tergantung dari intensitas serangan ganoderma. Selain itu, umur produktif tanaman kelapa sawit juga semakin pendek bahkan dapat berkurang hingga 50 persen dari umur ekonominya. Potensi produksi tanaman kelapa sawit dalam satu siklus (yang ditunjukkan pergeseran kurva produksi sawit gambar 2) dapat berkurang dari E0 ke E1 hingga ke E3

Skenario Pengurangan Potensi Produksi per Siklus Kebun Sawit yang Terserang Ganoderma

Penurunan produktivitas dan populasi tanaman kelapa sawit akibat serangan ganoderma menimbulkan kerugian ekonomi berupa penurunan pendapatan yang sangat signifikan baik pada kebun sawit rakyat (Harefa et al., 2023) maupun kebun sawit korporasi (Evizal et al., 2022). Studi empiris serupa juga menunjukkan temuan yang sama. Misalnya untuk kondisi pada tahun 2019/2020, penurunan produksi akibat serangan ganoderma diperkirakan menyebabkan kehilangan produksi minyak sawit sekitar 6.5 juta ton. Jika diasumsikan kehilangan minyak sawit tersebut diekspor, maka kerugian ekonomi (opportunity loss) berupa devisa ekspor Indonesia diperkirakan mencapai sekitar Rp 111.8 Triliun (Tabel 1).

Geser ke kanan untuk melihat semua data

Sentra Sawit BSR (%)1 Dengan BSR2) Tanpa BSR3) Loss
Volume Produksi (Juta Ton)
Sumatera
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Papua+Maluku
Indonesia
39
19
30
10
9
19
25.5
19.5
0.1
1.0
0.8
46.8
29.0
22.2
0.1
1.2
0.9
53.4
3.6
2.8
0.0
0.1
0.1
6.5
Protas (Ton/Ha) 3.6 4.0
Volume ekspor (Juta Ton) 34.0 40.5 6.5
Nilai Ekspor (USD Miliar) 39.0 46.5 7.5
Nilai Ekspor
(Rp Triliun; 1USD = Rp 15,000)
585.1 696.9 111.8
Nilai Pungutan Ekspor
(Rp Triliun)
34.7 41.3 6.6
Sumber: 1Paterson (2020); 2Kementerian Pertanian (2022) Ket: 3Elastisitas Serangan BSR (-0.77)

Kerugian ekonomi berupa potensial kehilangan devisa tersebut tanpa disadari juga berarti opportunity loss yang dialami petani sawit, korporasi sawit maupun industri hilir sawit domestik. Kehilangan devisa ekspor sawit tersebut juga mencerminkan opportunity loss penerimaan pemerintah dari bea keluar maupun pungutan ekspor.

Kerugian ekonomi tersebut akan makin besar ke depan jika infeksi ganoderma makin intensif dan makin meluas. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah strategis untuk pengendalian ganoderma pada perkebunan sawit nasional.


KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN GANODERMA

Serangan ganoderma pada perkebunan sawit nasional sebagaimana diungkap di berbagai studi telah meluas secara nasional lintas kabupaten, lintas provinsi, lintas generasi dan umur tanaman kelapa sawit, serta lintas pelaku usaha perkebunan sawit (rakyat dan korporasi). Oleh karena itu, untuk mengendalikannya tidak bisa lagi dilakukan secara parsial atau kasus per kasus melainkan memerlukan kebijakan dan gerakan nasional.

Sayangnya, menurut para ahli ganoderma hingga saat ini belum ditemukan pestisida yang terbukti efektif memberantas penyakit ganoderma tersebut. Oleh karena itu, perlu dibangun metodologi atau protokol nasional untuk mencegah dan memperlambat laju infeksi ganoderma tersebut.

Protokol biosecurity penyebaran ganoderma secara nasional perlu dibangun untuk memperlambat laju infeksi ganoderma dengan melibatkan Balai Penyakit Tanaman Perkebunan, Badan Karantina, dan Lembaga Penelitian terkait (Sipayung, 2024). Kolaborasi ahli-ahli ganoderma dengan ahli-ahli lintas multidisiplin ilmu perlu dilakukan untuk merumuskan metodologi yang dapat mencegah atau memperlambat penularan dan infeksi ganoderma. Dalam jangka panjang riset-inovasi yang menghasilkan benih tanaman sawit yang toleran ganoderma, inovasi lingkungan biofisik tanah yang tercemar ganoderma serta mencari musuh biologis ganoderma sangat diperlukan.

Indonesia berpengalaman dalam mengatasi berbagai penyakit yang serangannya lintas daerah (nasional). Keberhasilan Indonesia mengatasi Covid-19, pemberantasan penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak, penanganan penyakit tanaman dengan metodologi Integrated Pest Management dan lainnya, telah diakui dunia. Hal ini memberikan keyakinan kuat bahwa Indonesia juga akan mampu mengendalikan serangan ganoderma pada tanaman kelapa sawit.


Kesimpulan

Serangan ganoderma pada perkebunan sawit jika tidak dikendalikan secara dini dapat mengancam masa depan industri sawit sebagai industri strategis nasional. Kerugian ekonomi (opportunity loss) akibat infeksi ganoderma pada perkebunan sawit nasional cukup besar baik yang dialami pelaku usaha maupun Indonesia (kehilangan devisa ekspor).

Serangan ganoderma pada perkebunan sawit telah mencapai pada level yang mengkhawatirkan.  Infeksi ganoderma dengan berbagai intensitas yang menyerang perkebunan sawit lintas kabupaten, lintas provinsi, lintas generasi dan umur tanaman, serta lintas pelaku perkebunan diproyeksikan makin meluas dan makin intensif ke depan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dan gerakan nasional sesegera mungkin untuk memperlambat penularan atau pengendalian ganoderma.




DAFTAR PUSTAKA (LINK)

  1. Asis K, Chong KP, Idris AS, Ho CM. 2016. Economic Loss Due to Ganoderma Disease in Oil Palm. World Academy of Science, Engineering and Technology International Journal of Economics and Management Engineering. 10(2): 631-635.
  2. Evizal R, Prasmatiwi FE. 2022. Penyakit Busuk Pangkal Batang dan Performa Produktivitas Kelapa Sawit. Jurnal Agrotropika. 21(1): 47-54.
  3. Harefa T, Lubis Y, Lubis S. 2023. The Impact of Farmers’ Production and Income Due to Ganoderma Boninense Disease on Palm Oil Plants in Bilah Hulu District, Labuhan Batu District – North Sumatra Province. Journal of Tropical Estate Crops. 1(1): 27-30.
  4. Ibrahim MS, Seman IA, Rusli MH, Izzudin A, Komaruddin N, Hashim K, Manaf ZA. 2020. Surveillance of Ganoderma Disease in Oil Palm Planted by Participants of the Smallholders Replanting Incentive Scheme in Malaysia. Journal of Oil Palm Research. 32(2): 237-244.
  5. Jazuli NA, Kamu A, Chong KP, Gabda D, Hassan A, Seman IA, Ho CM. 2022. A Review of Factors Affecting Ganoderma Basal Stem Rot Disease Progress in Oil Palm. Plants. 11(19). https://doi.org/10.3390/plants11192462
  6. Murphy DJ, Goggin K, Paterson RRM. 2021. Oil Palm in the 2020s and Beyond: Challenges and Solutions. CABI Agriculture and Bioscience. 2(39): 1-22.
  7. Paterson RRM. 2019. Ganoderma boninense Disease of Oil Palm to Significantly Reduce Production After 2050 in Sumatra if Projected Climate Change Occurs. Microorganisms. 7(1): 1-24.
  8. Paterson RRM. 2020. Depletion Of Indonesian Oil Palm Plantations Implied from Modeling Oil Palm Mortality and Ganoderma Boninense Rot Under Future Climate. AIMS Environmental Science. 7(5).
  9. [PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. 2023. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global. Edisi Keempat. Bogor (ID): PASPI.
  10. PASPI Monitor. 2024a. “Three In One Product” dari Perkebunan Sawit: Minyak Nabati, Biomassa, dan Jasa Lingkungan. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(16): 849-854.
  11. PASPI Monitor. 2024b. Kontribusi Sawit sebagai Sumber Devisa dan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(19): 869-874.
  12. PASPI Monitor. 2024c. Reinvestasi Dana Sawit pada Riset Inovasi dan Invention-Innovation Gap. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(19).
  13. Sipayung, T. 2024. Kerugian Ekonomi dan Urgensi Kebijakan Nasional Pengendalian Ganoderma pada Perkebunan Sawit. Materi paparan disampaikan pada 2th Roundtable Ganoderma Manajemen, Bogor 5 Maret 2024.
Bagikan Jurnal
5 1 vote
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Anang
Anang
04/10/2024 1:34 PM
Berikan Rating Untuk Artikel Ini :
     

Selamat siang Pak Tungkot, ijin menginformasikan jika kami menemukan solusi utk “membunuh” Ganoderma spp. dalam waktu kurang dari 1 bulan… Kami siap berdiskusi

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x