Back to Top
Rating & Comment

Perkebunan Sawit Membangun Daerah Nasional

Bagikan Berita
Perkebunan Sawit dan Kemajuan Ekonomi scaled

sawit membangun ekonomi di daerah terpencil dan pelosok dengan memberikan dampak pada infrastruktur, peningkatan ekonomi lokal, serta penurunan angka kemiskinan, sehingga sawit memiliki peran strategis dalam pemerataan pembangunan nasional.

Akibat maraknya kegiatan penebangan hutan secara besar-besaran pada tahun 1960-1990 di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (Forest Watch Indonesia, 2001), banyak lahan yang kini menjadi terdegradasi. Lahan-lahan bekas penebangan hutan (HPH) ini umumnya ditumbuhi semak belukar, terdapat sisa-sisa eks logging yang sudah tak berpenghuni, akses jalan yang sulit karena merupakan bekas jalur logging, bekas pelabuhan untuk kayu, serta aktivitas ekonomi yang sepenuhnya terhenti. Wilayah bekas aktivitas penebangan hutan dan pertambangan sering kali menjadi contoh nyata dari lahan terdegradasi. Dalam ilmu ekonomi regional, wilayah seperti ini sering disebut sebagai “ghost town“. 

Lahan terdegradasi inilah yang menjadi sumber utama dikembangkannya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hal ini juga dibuktikan dalam studi Gunarso et al. (2013), yang menunjukkan bahwa sebagian besar area perkebunan kelapa sawit di Indonesia berasal dari lahan terdegradasi. Perkebunan kelapa sawit telah membuktikan diri sebagai salah satu sektor yang mampu membawa perubahan besar bagi perekonomian daerah terpencil, terisolir, dan tertinggal, termasuk kawasan bekas lahan logging atau ex-logging. 

Dalam menggerakkan perekonomian masyarakat, perkebunan sawit menjadi motor penggerak utama transformasi ekonomi di daerah tersebut melalui investasi pembangunan kebun perusahaan (inti) dan kebun masyarakat (plasma). Selain membangun kebun inti dan plasma, investasi tersebut juga membangun infrastruktur penting di daerah-daerah yang sebelumnya sulit diakses, seperti jalan, kantor, perumahan, serta fasilitas umum/sosial bagi pekerja. Fasilitas ini tidak hanya mendukung operasional perusahaan, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kehadiran perkebunan sawit juga turut menarik sector ekonomi lainnya seperti untuk berkembang di daerah tersebut seperti perdagangan, jasa angkutan, sector HoReCa, perbankan, dan kebutuhan masyarakat yang bekerja di perkebunan sawit.

Studi PASPI (2022) mengungkapkan bahwa desa-desa sawit mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa non-sawit. Indikator nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan bahwa terjadi kemajuan ekonomi secara signifikan di desa sawit dari tahun 2016 hingga 2021. Selain itu, kabupaten-kabupaten dengan sentra sawit mencatatkan kenaikan PDRB yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten non-sawit. Grafik menunjukkan bahwa sejak 2010 hingga 2020, kontribusi perkebunan sawit terhadap PDRB terus meningkat, data tersebut memperkuat posisi sektor sawit sebagai tulang punggung ekonomi di daerah sentra sawit.

Perkebunan sawit juga berdampak langsung pada penurunan kemiskinan di kabupaten sentra sawit.  Penelitian Edwards (2019) telah menujukkan bahwa tingkat kemiskinan di wilayah sentra sawit menurun lebih cepat dibandingkan wilayah non-sawit.

Perkebunan sawit telah menjadi lokomotif utama pembangunan ekonomi di daerah terpencil dan pelosok. Dengan memberikan dampak pada infrastruktur, peningkatan ekonomi lokal, serta penurunan angka kemiskinan, sektor ini memiliki peran strategis dalam pemerataan pembangunan nasional.

Bagikan Berita
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x