Minyak sawit memiliki potensi menyediakan sumber energi baru dan terbarukan yang sangat besar. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan dengan maksimal oleh Indonesia, mengingat besarnya ketergantungan Indonesia terhadap minyak fosil yang bersumber dari impor. Susunan rantai karbon yang dimiliki oleh minyak sawit memiliki kemiripan dengan rantai karbon minyak fosil. Namun, asam lemak yang terkandung dalam minyak sawit “terkontaminasi” dengan karbondioksida pada salah satu ujung molekulnya. Untuk menghasilkan biofuel yang menyerupai susunan hidrokarbon bahan bakar fosil, maka diperlukan katalis yang akan menghilangkan karbondioksida dan mengganti oksigen dengan hidrogen.
Sehingga pengolahan minyak sawit dan minyak inti sawit yang ditambahkan dengan katalis akan menghasilkan produk biohidrokarbon dapat mensubstitusi minyak fosil, seperti green diesel/diesel sawit mensubstitusi solar/diesel fosil, green gasoline/bensin sawit mensubtitusi bensin fosil dan green avtur/avtur sawit mensubstitusi avtur fosil. Berbeda dengan biodiesel/FAME yang juga berbasis minyak sawit, produk biohidrokarbon bersifat drop in yang dapat langsung digunakan pada mesin kendaran serta memiliki banyak keunggulan dibandingkan minyak fosil seperti cetane number dan octane number yang lebih tinggi, sulfur content pada green diesel yang lebih rendah serta freezing point yang lebih rendah dan thermal stability yang lebih baik pada green avtur.
Untuk memproduksi biohidrokarbon sawit, diperlukan katalis dalam proses kimiawinya. Tim peneliti dari ITB telah sejak tahun 1982 mulai mengembangkan katalis, namun kerjasama antara ITB dan Pertamina baru mulai berjalan pada tahun 2004. Hasil dari pengujian Katalis PITN 100-2T atau Katalis Merah Putih pertama di Indonesia pada tahun 2010, menunjukkan bahwa katalis tersebut memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan katalis komersial. Sehingga Pertamina resmi memutuskan menggunakan katalis pada proses Hydrotreating baik untuk nafta, kerosin, maupun diesel pada tahun 2012. Selanjutnya, para peneliti ITB juga mengembangkan lebih lanjut katalis untuk kilang-kilang Pertamina di seluruh Indonesia.
Pada pertengahan Juli 2020, Pertamina juga telah melakukan pengujian pada green diesel berbasis sawit dengan menggunakan Katalis Merah Putih. Hasil pengujian tersebut juga menunjukkan performa yang baik pada diesel sawit. Tahun ini juga produksi Katalis Merah Putih skala komersialisasi dilakukan di di holding BUMN PIHC. Dan selanjutnya katalis tersebut akan digunakan untuk memproduksi biohidrokarbon di kilang Pertamina (Co-processing dan Stand-Alone).
Dengan demikian, pengembangan biohidrokarbon sebagai sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia tidak hanya berkontribusi dalam pencapaian ketahanan energi nasional, namun juga membawa manfaat lain seperti penurunan terhadap emisi, peningkatan harga TBS dan CPO sehingga meningkatkan kesejahteraan produsen (khususnya pekebun), menguatkan sawit rakyat hingga menurunkan intensitas kompetisi dan hambatan dagangan (termasuk black campaign) yang diberlakukan oleh negara produsen minyak nabati lain.