Resume
Produksi dan konsumsi petroplastik dunia telah menyebabkan akumulasi sampah plastik yang mengancam kelestarian ekosistem global. Menanggapi krisis lingkungan ini, transformasi menuju era bioplastik menjadi imperatif. Penelitian inovatif yang didukung oleh Program Grant Riset Sawit (GRS) dari BPDP(KS) telah berhasil mengembangkan bioplastik berbasis biomassa sawit. Bioplastik ini menawarkan karakteristik yang lebih renewable, biodegradable, dan sustainable dibandingkan dengan petroplastik, menjadikannya alternatif yang menjanjikan. Untuk mempercepat adopsi bioplastik sawit di Indonesia, diperlukan integrasi kebijakan nasional yang komprehensif, meliputi mandatori bioplastik sawit dan kebijakan import levy petroplastik. Langkah-langkah ini krusial untuk mengurangi ketergantungan pada petroplastik dan mendorong pengembangan industri bioplastik domestik yang berkelanjutan.
Bioplastik merupakan solusi krusial dalam menghadapi krisis lingkungan global yang diakibatkan oleh peningkatan produksi dan konsumsi petroplastik. Sejak tahun 1950, produksi petroplastik global telah melonjak drastis dari sekitar 2 juta ton menjadi 475 juta ton pada tahun 2022. Peningkatan eksponensial ini, meskipun didominasi oleh lima negara produsen teratas seperti China, Amerika Serikat, India, Uni Eropa, dan Jepang, juga melibatkan Indonesia sebagai konsumen petroplastik yang signifikan dengan volume impor yang terus meningkat. Ketergantungan pada petroplastik menimbulkan masalah serius karena sifatnya yang non-renewable, berasal dari turunan energi fosil, serta menghasilkan emisi karbon dioksida yang besar selama proses produksinya.
Lebih lanjut, petroplastik memiliki sifat non-biodegradable, membutuhkan waktu lebih dari 450 tahun untuk terurai secara alami. Akibatnya, sampah petroplastik terus terakumulasi, mencemari perairan, lautan, dan tanah di seluruh dunia. Diperkirakan 50-70 triliun sampah petroplastik mencemari perairan global dan diproyeksikan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2040. Upaya daur ulang petroplastik belum menjadi solusi efektif, mengingat sekitar 85 persen konsumsi petroplastik dunia setiap tahun berakhir sebagai sampah. Oleh karena itu, urgensi untuk mengembangkan plastik yang mudah terurai secara alamiah (biodegradable) dan dapat diperbarui (renewable) menjadi sangat tinggi. Pengembangan bioplastik yang renewable, biodegradable, dan rendah emisi adalah jawaban atas tantangan ini, menjadikannya pengganti (substitusi) yang vital bagi petroplastik.
Apa Saja Keunggulan Bioplastik Sawit dalam Rantai Pasok Hulu-Hilir?
Bioplastik berbasis biomassa sawit menawarkan sejumlah keunggulan signifikan yang menjadikannya alternatif superior dibandingkan petroplastik, terutama dalam konteks rantai pasok hulu-hilir yang berkelanjutan. Keunggulan utama terletak pada ketersediaan bahan baku yang melimpah dan sifatnya yang renewable. Biomassa sawit, yang mencakup tandan kosong, cangkang, serat, batang, dan pelepah kelapa sawit, memiliki potensi produksi bahan kering sekitar 80.1 hingga 95.9 ton per hektar per tahun. Dengan luas kebun sawit dunia yang mencapai sekitar 27.4 juta hektar pada tahun 2024, potensi biomassa sawit global diperkirakan mencapai 2.16 hingga 2.6 miliar ton bahan kering setiap tahun. Ketersediaan bahan baku ini sepanjang tahun dan dalam jumlah besar, serta sifatnya sebagai joint product dari minyak sawit, menjadikan bioplastik sawit memiliki keunggulan biaya yang kompetitif (low cost).
Selain itu, bioplastik sawit memiliki jejak karbon yang jauh lebih rendah, bahkan mendekati nol emisi karbon (zero atau low carbon), dibandingkan dengan petroplastik. Penggunaan bioplastik dapat menghemat emisi karbon sekitar 30-70 persen dibandingkan emisi petroplastik. Jika 65.8 persen konsumsi petroplastik diganti dengan bioplastik, diperkirakan akan menurunkan emisi gas rumah kaca global sekitar 241-316 ribu ton CO2 eq. Keunggulan lingkungan lainnya adalah sifat biodegradabilitas bioplastik sawit. Jika petroplastik memerlukan sekitar 500 tahun untuk terdegradasi, bioplastik hanya memerlukan beberapa hari hingga beberapa bulan untuk terurai secara alami, tergantung jenisnya. Sebagai contoh, bioplastik golongan Thermoplastic Starch (TPS) memerlukan waktu degradasi sekitar 72-726 hari, Polyhydroxyalkanoates (PHA, PHB, dan PHV) sekitar 15-280 hari, Polylactic (PLA) sekitar 28-98 hari, Cellulose-Based Polymers sekitar 14-154 hari, dan Protein-Based Polymers hanya sekitar 36-50 hari.
Keunggulan lain yang penting adalah tidak adanya food-fuel trade-off karena bahan baku biomassa sawit tidak bersaing dengan kebutuhan pangan. Biomassa sawit merupakan green feedstock dan sumber daya yang dapat diperbarui, menjadikannya bagian integral dari konsep circular economy. Berbagai riset inovasi di bawah program Grant Riset Sawit (GRS) telah membuktikan bahwa pengolahan biomassa sawit dapat menghasilkan berbagai jenis bioplastik seperti Polybutylene Succinate (PBS), Polylactic Acid (PLA), Polyhydroxyalkanoates (PHA), dan Polyhydroxybutyrate (PHB). Polimer terbarukan ini dapat menjadi substitusi petroplastik seperti Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), dan Polystyrene (PS).
Inovasi Teknologi apa yang Mendukung Pengembangan Bioplastik Sawit?
Pengembangan bioplastik sawit didukung oleh serangkaian inovasi teknologi yang signifikan, terutama melalui program Grant Riset Sawit (GRS) yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Inovasi-inovasi ini berfokus pada pemanfaatan biomassa sawit sebagai bahan baku utama untuk produksi polimer terbarukan yang dapat menggantikan petroplastik. Beberapa terobosan teknologi kunci meliputi:
- Pemanfaatan Berbagai Komponen Biomassa Sawit: Riset telah menunjukkan bahwa berbagai bagian biomassa sawit, seperti tandan kosong (empty fruit bunch), cangkang (oil palm kernell shell), serat (oil palm mesocarp fibre), batang kelapa sawit (oil palm trunk), dan pelepah sawit (oil palm fronds), dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku. Komponen-komponen ini kaya akan selulosa, hemiselulosa, dan lignin, menjadikannya sangat potensial untuk produksi bioplastik.
- Produksi Asam Laktat dari Selulosa: Salah satu inovasi penting adalah kemampuan menghasilkan asam laktat dari selulosa yang terkandung dalam tandan kosong sawit. Asam laktat ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan Poli Asam Laktat (PLA), sejenis polimer biodegradable yang dapat menjadi alternatif pengganti polimer konvensional seperti Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), dan Polystyrene (PS).
- Pengembangan Berbagai Jenis Bioplastik: Melalui program GRS, berbagai penelitian telah berhasil memproduksi beragam jenis bioplastik dari biomassa sawit. Ini termasuk Polybutylene Succinate (PBS), Polylactic Acid (PLA), Polyhydroxyalkanoates (PHA), dan Polyhydroxybutyrate (PHB). Keberhasilan ini menunjukkan fleksibilitas biomassa sawit dalam menghasilkan bioplastik dengan karakteristik yang berbeda untuk berbagai aplikasi.
- Riset Terkait Degradasi Bioplastik: Studi inovatif juga telah dilakukan untuk mengukur waktu degradasi berbagai jenis bioplastik, memberikan data penting mengenai sifat biodegradabilitas produk yang dihasilkan. Misalnya, bioplastik golongan Thermoplastic Starch (TPS) memerlukan waktu degradasi sekitar 72-726 hari, Polyhydroxyalkanoates (PHA, PHB, dan PHV) sekitar 15-280 hari, Polylactic (PLA) sekitar 28-98 hari, Cellulose-Based Polymers sekitar 14-154 hari, dan Protein-Based Polymers hanya sekitar 36-50 hari. Informasi ini krusial untuk pengembangan bioplastik yang sesuai dengan kebutuhan end-of-life produk.
Inovasi-inovasi ini tidak hanya membuktikan kelayakan teknis bioplastik sawit sebagai substitusi petroplastik, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan industri bioplastik yang lebih efisien dan berkelanjutan di masa depan.
Bagaimana Model Bisnis dan Kebijakan yang Memfasilitasi Bioplastik Sawit?
Transformasi dari era petroplastik menuju era bioplastik sawit memerlukan dukungan model bisnis dan kerangka kebijakan yang kuat dan terintegrasi. Indonesia, sebagai salah satu konsumen petroplastik terbesar, menghadapi tantangan serius dalam mengatasi akumulasi sampah plastik yang mencapai 6.8 juta ton setiap tahun. Target ambisius pemerintah Indonesia untuk mencapai nol polusi petroplastik pada tahun 2040 tidak akan tercapai tanpa kebijakan nasional yang komprehensif untuk menggantikan petroplastik dengan bioplastik.
Salah satu pilar utama dalam memfasilitasi transisi ini adalah dukungan riset dan inovasi. Program Grant Riset Sawit (GRS) yang diinisiasi oleh BPDPKS telah berperan penting dalam menghasilkan berbagai inovasi yang diperlukan untuk memproduksi bioplastik dari biomassa sawit selama sepuluh tahun terakhir. Namun, inovasi saja tidak cukup; diperlukan kebijakan strategis untuk mempercepat transformasi dari impor petroplastik ke bioplastik sawit yang diproduksi di dalam negeri. Dua kebijakan strategis yang diusulkan adalah:
- Kebijakan Mandatori Bioplastik Domestik: Kebijakan ini mewajibkan produsen plastik domestik untuk mencampur petroplastik dengan bioplastik sawit dengan tingkat pencampuran (blending rate) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan pasar domestik yang stabil bagi bioplastik sawit dan secara bertahap mengurangi ketergantungan pada petroplastik.
- Kebijakan Pungutan Impor (Import Levy) Petroplastik: Kebijakan ini akan mengenakan tarif pungutan yang berbeda untuk bahan baku dan produk jadi petroplastik, dengan tarif yang lebih tinggi untuk produk jadi. Tujuan dari import levy ini adalah untuk mengurangi impor petroplastik sekaligus menciptakan insentif bagi pertumbuhan industri bioplastik sawit di dalam negeri. Dana yang terkumpul dari pungutan impor ini dapat dialokasikan kembali untuk membiayai riset dan inovasi bioplastik sawit domestik, serta memberikan insentif investasi bagi industri bioplastik sawit.
Pengalaman Indonesia dalam keberhasilan implementasi mandatori biodiesel, yang berhasil menggantikan solar fosil dengan biodiesel sawit, dapat menjadi model bagi mandatori bioplastik sawit. Integrasi kebijakan mandatori bioplastik dan import levy petroplastik yang progresif akan memungkinkan Indonesia untuk mengakhiri era petroplastik yang tidak berkelanjutan dan memasuki era bioplastik yang renewable, biodegradable, dan sustainable. Kebijakan ini juga sejalan dengan upaya global untuk mengurangi polusi plastik dan mendorong circular economy.
Apa Tantangan dan Peluang ke Depan?
Transisi menuju bioplastik sawit sebagai substitusi petroplastik menawarkan peluang besar namun juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Mengidentifikasi dan memahami tantangan ini sangat penting untuk merumuskan strategi yang efektif dalam mempercepat adopsi bioplastik di Indonesia dan secara global.
Tantangan
- Skalabilitas Produksi: Meskipun potensi biomassa sawit melimpah, tantangan utama adalah bagaimana meningkatkan skala produksi bioplastik dari skala laboratorium atau pilot menjadi skala industri yang mampu memenuhi permintaan pasar yang besar. Ini melibatkan investasi signifikan dalam infrastruktur, teknologi, dan pengembangan kapasitas produksi.
- Biaya Produksi: Saat ini, biaya produksi bioplastik masih cenderung lebih tinggi dibandingkan petroplastik, terutama karena skala produksi yang belum masif dan teknologi yang masih terus berkembang. Diperlukan inovasi lebih lanjut untuk mengurangi biaya produksi agar bioplastik sawit dapat bersaing secara ekonomis di pasar.
- Standardisasi dan Sertifikasi: Kurangnya standar dan sertifikasi yang seragam untuk bioplastik dapat menjadi hambatan bagi adopsi yang lebih luas. Konsumen dan industri membutuhkan jaminan kualitas, biodegradabilitas, dan keberlanjutan produk bioplastik.
- Edukasi dan Kesadaran Pasar: Masyarakat dan industri masih kurang familiar dengan manfaat dan karakteristik bioplastik. Diperlukan upaya edukasi yang masif untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong permintaan terhadap produk bioplastik.
- Riset dan Pengembangan (R&D) Lanjutan: Meskipun telah ada inovasi signifikan, masih banyak research gaps yang perlu diisi, terutama dalam pengembangan bioplastik dengan sifat mekanik yang lebih baik, ketahanan yang lebih tinggi, dan aplikasi yang lebih beragam. Penelitian tentang end-of-life bioplastik dalam berbagai kondisi lingkungan juga perlu diperdalam.
Peluang
- Potensi Pasar yang Besar: Dengan meningkatnya kesadaran global akan isu lingkungan dan tekanan regulasi untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, pasar untuk bioplastik terus berkembang. Ini menciptakan peluang besar bagi industri bioplastik sawit untuk tumbuh dan berkembang.
- Dukungan Kebijakan: Kebijakan pemerintah, seperti mandatori bioplastik dan import levy petroplastik, dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri bioplastik domestik. Insentif fiskal dan non-fiskal juga dapat mempercepat investasi di sektor ini.
- Pemanfaatan Limbah Sawit: Industri kelapa sawit menghasilkan biomassa dalam jumlah besar yang seringkali dianggap sebagai limbah. Pemanfaatan biomassa ini untuk produksi bioplastik tidak hanya menambah nilai ekonomi tetapi juga berkontribusi pada pengelolaan limbah yang lebih baik dan circular economy.
- Inovasi Berkelanjutan: Kemajuan dalam bioteknologi dan ilmu material terus membuka peluang baru untuk mengembangkan bioplastik dengan karakteristik yang lebih unggul dan aplikasi yang lebih luas. Kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah dapat mempercepat inovasi ini.
- Pencitraan Positif: Dengan memproduksi bioplastik yang sustainable dan biodegradable, Indonesia dapat meningkatkan citra positifnya di mata dunia sebagai negara yang berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan ekonomi hijau. Ini juga dapat membuka peluang ekspor untuk produk bioplastik sawit.
Dengan mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang yang tersedia, bioplastik sawit memiliki potensi besar untuk menjadi solusi transformatif dalam mengurangi ketergantungan pada petroplastik dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
Kesimpulan
Akumulasi sampah petroplastik yang masif akibat produksi dan konsumsi global telah menimbulkan ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem. Oleh karena itu, transisi menuju era bioplastik menjadi sebuah keharusan mendesak. Biomassa sawit, dengan kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang melimpah, menawarkan potensi besar sebagai bahan baku utama dalam produksi bioplastik.
Bioplastik berbasis biomassa sawit memiliki keunggulan signifikan, termasuk sifatnya yang renewable, biodegradable, dan sustainable, menjadikannya alternatif yang sangat relevan untuk menggantikan petroplastik. Inovasi teknologi yang didukung oleh program riset seperti Grant Riset Sawit (GRS) telah berhasil mengembangkan berbagai jenis bioplastik dari biomassa sawit, membuktikan kelayakan teknis dan potensi lingkungannya.
Untuk mempercepat transformasi ini di Indonesia, integrasi dua kebijakan nasional sangat krusial: kebijakan mandatori bioplastik sawit dan kebijakan import levy petroplastik. Kebijakan mandatori akan menciptakan pasar domestik yang stabil, sementara import levy akan mengurangi ketergantungan pada petroplastik impor dan menyediakan dana untuk riset, inovasi, serta insentif investasi di industri bioplastik domestik. Dengan demikian, Indonesia dapat mengakhiri era petroplastik yang tidak berkelanjutan dan melangkah menuju era bioplastik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam penyusunan artikel jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
- [USDA] United States Department of Agriculture. 2025. Oilseed: World Market and Trend December Annual Report. https://apps.fas.usda.gov
- [WWF] World Wildlife Fund Australia. 2021. The Lifecycle of Plastics. [artikel]. https://wwf.org.au/blogs/the-lifecycle-of-plastics/
- Agen Pickering-Emulsion (Nirsurfaktan) Kemasan Pangan Aktif dan Bahan
- Ashok A, Abhijith R, Rejeesh CR. 2018. Material Characterization of Starch Derived Biodegradable Plastics and Its Mechanical Property Estimation. Materials Today Proceedlings. 5(1): 2163-2170. http://dx.doi.org/10.1016/j.matpr.2017.09.214
- Bioplastics. Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. Copyright #2015 John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved. DOI: 10.1002/0471238961.koe0000.
- Costa A, Encarnaçã T, Tavares R, Bom TT, Mateus A. 2023. Bioplastics: Innovation for Green Transition. Polymers. 15(3):517. https://doi.org/10.3390/polym15030517
- Dina SF, Ginting TP, Hutajulu PE, Indriati L, Sitinjak M, Saragih G, Fernandez BR, Pratikha RS, Silalahi M. 2024. Aplikasi Biodegradable Polimer Sintetik pada Pembuatan Paperbag dari Pulp Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Kemasan Pembibitan. Grant Riset Sawit 2024: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Hariz HB, Zaidi SAS, Luthfi AAI, Bukhari NA, Sajab MS, Markom M, Harun S, Tan JP, Ding GT, Abdul PM. 2023. Succinic Acid Production from Oil Palm Biomass: A Prospective Plastic Pollution Solution. Fermentation. 9(1): 46. https://doi.org/10.3390/fermentation9010046
- Isroi, Cifriadi A, Saptohadi A, Panji T. 2018. Produksi Bioplastik Berbasis Glyserol dari Minyak Sawit dan Nano-Selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Grant Riset Sawit 2018: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Isroi, Rahman A, Syamsu K. 2019. Produksi Bioplastik dari Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit. Grant Riset Sawit 2019: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- ITC Trademap. 2025. Volume and Value Import of Petrochemicals by Indonesia. https://www.trademap.org/
- Jabeen N, Majid I, Nayik GA. 2015. Bioplastics and Food Packaging: A Review. Cogent Food & Agriculture. 1(1). https://doi.org/10.1080/23311932.2015.1117749
- Lackner M. 2015. Bioplastics – Biobased Plastics as Renewable and/or Biodegradable Alternatives to Petroplastics. Dalam buku Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology Edition 6, Chapter Bioplastics. Wiley Publisher. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/0471238961.koe00006
- Makertihartha IGBN, Subagjo, Laniwati M, Rasrenda CB, Ulfah M, Winoto HP, Budiyanto, Mukti R, Kadja GMT, Fadhli. 2021. Pengembangan Proses Perengkahan Minyak Sawit Menjadi Biobtx. Grant Riset Sawit 2021: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Masruchin N, Burhani D. 2022. Pengembangan Nanoselulosa dari Serat Pulp Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
- Ng FY, Yew FK, Basiron Y, Sundram K. 2011. A Renewable Future Driven with Malaysian Palm Oil- based Green Technology. Journal of Oil Palm & The Environment. 2:1-7.
- PASPI Monitor. 2025. Keunggulan dan Inovasi Pemanfaatan Biomassa Sawit: Merubah ”Limbah” menjadi ”Emas”. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 5(3): 21-32. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/pemanfaatan-biomassa-sawit/
- Setyaningsih D, Farobie O, Muna N. 2020. Monodiasil Gliserol Dari PFAD dan Gliserol Sawit sebagai Antistatis dalam Material Biokomposit. Grant Riset Sawit 2020: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Shafqat A, Tahir A, Mahmood A, Tabinda AB, Yasar A, Pugazhendhi A. 2020. A Review on Environmental Significance Carbon Footprints of Starch Based Bioplastic: Substitute of Conventional Plastics. Biocatalysis and Agricultural Biotechnology. 27. https://doi.org/10.1016/j.bcab.2020.101540
- Sitompul J, Wibowo A, Rasrendra CB, Pramudita D. 2015. Pengembangan Proses dan Produksi Biomatrial dari TKS (Tandan Kosong Sawit) untuk Bahan Pembungkus yang Ramah Lingkungan. Grant Riset Sawit 2015: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Spierling S, Knüpffer E, Behnsen H, Mudersbach, M, Krieg H, Springer S, Albrecht S, Herrmann C, Endres HJ. 2018. Bio-Based Plastics – A Review of Environmental, Social and Economic Impact Assessments. Journal of Cleaner Production. 185: 476–491. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.03.014
- Stanton L. 2022. 100 Ocean Plastic Pollution Statistics & Facts. [artikel]. https://www.hepper.com/%20marine-ocean-plastic-pollution-statistics
- Superhidrofobik Aerogel Penyerap Minyak. Grant Riset Sawit 2022: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Zheng J, Suh S. 2019. Strategies to Reduce the Global Carbon Footprint of Plastics. Nature Climate Change. 9: 374–378. https://www.nature.com/articles/s41558-019-0459-z