Resume
Minyak sawit mendominasi konsumsi minyak nabati di kawasan Afrika. Meskipun kawasan Afrika merupakan “tanah leluhur” dan juga memproduksi minyak sawit, namun untuk memenuhi besarnya kebutuhan minyak sawit domestik, Afrika mengimpor minyak sawit terutama dari Indonesia. Di sisi lain, ekspor minyak sawit Indonesia ke Afrika mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Besarnya pangsa impor minyak sawit asal Indonesia didukung dengan proyeksi penguatan ekonomi di masa depan menjadikan kawasan Afrika memiliki potensi besar sebagai emerging market untuk tujuan ekspor minyak sawit Indonesia.
PENDAHULUAN
Kawasan Afrika memiliki keunikan tersendiri dalam industri minyak sawit global. Kawasan Afrika, khususnya Afrika Barat Daya, merupakan tanah leluhur dari tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan oleh dua negara produsen minyak sawit terbesar dunia saat ini yakni Indonesia dan Malaysia (PASPI, 2023; USDA, 2024).
Dalam sejarah perkebunan sawit dunia, Nigeria dan Kongo pernah menjadi negara produsen minyak sawit terbesar dunia pada tahun 1959 dengan pangsa kedua negara mencapai 60 persen dari produksi minyak sawit dunia (Sipayung, 2012). Namun setelah itu, posisi sebagai produsen minyak sawit dunia diambil alih oleh Malaysia hingga tahun 2006 dan kemudian posisi tersebut ditempati Indonesia sejak tahun 2006 hingga saat ini.
Meskipun dari segi produksi minyak sawit Afrika tidak setinggi seperti masa lalu, namun budaya konsumsi minyak sawit sebagai minyak nabati telah terbentuk sejak lama hingga saat ini. Bahkan kawasan Afrika satu-satunya negara di luar Indonesia dan Malaysia yang memiliki pangsa konsumsi minyak sawit terbesar dalam konsumsi minyak nabati. Konsumsi minyak sawit yang tumbuh melampaui produksi domestik, menjadikan kawasan Afrika menjadi kawasan net importir minyak sawit dunia.
Tulisan ini akan mendiskusikan perkembangan pola konsumsi minyak nabati kawasan Afrika. Kemudian diskusi dilanjutkan dengan perkembangan isu-isu sawit di kawasan Afrika.
POLA KONSUMSI MINYAK NABATI AFRIKA
Sebagai daerah asal tanaman kelapa sawit, masyarakat kawasan Afrika sudah lama mengenal tanaman kelapa sawit dan memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan pangan maupun penggunaan lainnya. Jauh sebelum Indonesia dan Malaysia mengenal dan memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan pangan minyak/lemak, masyarakat Afrika telah menggunakan minyak sawit sebagai bahan pangan maupun obat tradisional. Tidak hanya diekstraksi minyaknya, buah sawit matang juga difermentasi untuk menghasilkan wine yang dikonsumsi masyarakat Afrika (Carrere, 2013). Bahkan pada era kolonial Eropa abad ke-18, minyak sawit dari Afrika telah diekspor ke Eropa sebagai bahan pelumas industri dalam produksi pelat timah, penerangan jalan, alat perang, serta menjadi bahan baku semi-padat berlemak untuk pembuatan lilin dan pembuatan sabun.
Budaya atau kebiasaan mengkonsumsi minyak sawit pada masyarakat kawasan Afrika tercermin dari pola konsumsi minyak nabati Afrika. Minyak sawit masih mendominasi konsumsi minyak nabati Afrika (Gambar 1).
Gambar 1. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Afrika (Sumber: USDA, 2024)

Berdasarkan data USDA (2024), dari keempat minyak nabati utama dunia yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari, pangsa minyak sawit adalah terbesar dalam konsumsi minyak nabati Afrika. Dalam periode tahun 2010-2023, pangsa minyak sawit dalam konsumsi Top-4 minyak nabati Afrika mencapai sekitar 70 persen. Kemudian disusul minyak kedelai dengan pangsa sekitar 22 persen. Sisanya (8 persen) merupakan pangsa konsumsi minyak rapeseed dan minyak bunga matahari, dimana pangsa minyak bunga matahari cenderung menurun dan pangsa minyak rapeseed relatif konstan.
Dengan kata lain, minyak nabati utama yang dikonsumsi oleh masyarakat kawasan Afrika adalah minyak sawit. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat Afrika mengkonsumsi minyak sawit masih bertahan hingga saat ini. Sebagian besar minyak sawit di Afrika digunakan untuk memproduksi produk pangan (oleofood complex) dan sisanya untuk kebutuhan industrial yang memproduksi produk kosmetik, toiletries, higenis (oleochemical complex), dan energi (biofuel complex) (Ayodele, 2010; Uzonwanne et al., 2023). Tentunya selain faktor kebiasaan tersebut, harga minyak sawit dunia yang lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya turut mendorong peningkatan konsumsi tersebut.
Di sisi lain, produksi minyak sawit Afrika masih menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun (Gambar 2). Top-10 negara produsen minyak sawit di kawasan Afrika yakni Nigeria, Kongo, Ghana, Pantai Gading, Kamerun, Sierra Leone, Angola, Guinea, Liberia, dan Senegal.
Selama periode tahun 2010-2023, produksi minyak sawit Afrika meningkat dari sekitar 3.6 juta ton menjadi sekitar 5 juta ton. Namun konsumsi minyak sawit domestik meningkat lebih besar yakni dari sekitar 7.9 juta ton menjadi sekitar 11 juta ton pada periode yang sama. Akibatnya impor minyak sawit Afrika meningkat dari sekitar 4.3 juta ton menjadi sekitar 6 juta ton pada periode tersebut. Data di atas menunjukkan bahwa sekitar 50 persen dari konsumsi minyak sawit Afrika dipenuhi dari impor.
Gambar 2. Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Minyak Sawit Kawasan Afrika (Sumber: USDA, 2024)

IMPLIKASI BAGI INDONESIA
Untuk memenuhi kebutuhan minyak sawit domestik, Afrika melakukan impor minyak sawit khususnya dari Indonesia dan Malaysia. Dalam kurun waktu tahun 2010-2023, ekspor Indonesia ke kawasan Afrika menunjukkan peningkatan (Gambar 3). Volume ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2010 mencapai sekitar 1.19 juta ton atau sekitar 27 persen dari impor minyak kawasan Afrika. Kemudian pada tahun 2023, volume ekspor minyak sawit Indonesia meningkat menjadi 3.7 juta ton atau sekitar 61 persen dari volume impor minyak sawit Indonesia.
Gambar 3. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (HS 1511) Indonesia ke Kawasan Afrika

Dalam memenuhi impor minyak sawit Afrika, Indonesia bersaing dengan Malaysia. Dengan melihat perkembangan pangsa minyak sawit Indonesia dalam impor Afrika yang meningkat dari sekitar 27 persen menjadi 61 persen, menunjukkan bahwa daya saing minyak sawit Indonesia di kawasan Afrika makin meningkat dan relatif lebih tinggi dibandingkan pangsa Malaysia.
Pasar Afrika ini perlu menjadi salah satu target pasar minyak sawit Indonesia yang perlu diperkuat ke depan. Kawasan Afrika yang dihuni sekitar 1.37 Miliar orang dengan tingkat GDP sekitar USD 3 Triliun dan didukung dengan kerjasama ekonomi kawasan Afrika “African Continental Free Trade Area” (ACFTA) menjadikan kawasan ini sebagai emerging market yang penting untuk tujuan ekspor minyak sawit Indonesia di masa depan.
Dengan pangsa konsumsi minyak sawit yang cukup besar dalam konsumsi minyak nabati Afrika dan besarnya pangsa minyak sawit Indonesia dalam impor minyak sawit Afrika merupakan indikator penting untuk menjadikan Afrika sebagai sebagai salah satu target pasar yang potensial ke depan. Terlebih dengan proyeksi ke depan, Nigeria dengan penduduk terbesar di kawasan Afrika akan menjadi Top-5 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Proyeksi tersebut dapat menjadikan Nigeria menjadi salah satu pasar tujuan ekspor yang penting bagi Indonesia.
Masyarakat dan negara-negara kawasan Afrika juga memiliki hubungan batin dan historis tersendiri dengan Indonesia. Setidaknya terdapat tiga peristiwa yang mewarnai hubungan Indonesia dengan Afrika. Pertama, Afrika khususnya Afrika Barat Daya merupakan tanah leluhur kelapa sawit yang ada di Indonesia. Kedua, Konferensi Asia-Afrika pertama di Bandung pada tahun 1955 yang melahirkan Gerakan Non-Blok juga turut melahirkan semangat seperjuangan antar negara-negara tersebut. Ketiga, keberhasilan Indonesia swasembada beras yang menurunkan harga beras dunia, yang secara tidak langsung membantu rakyat Afrika untuk memperoleh beras yang lebih murah.
Keempat, keberhasilan Indonesia menjadi produsen minyak sawit terbesar dunia sekaligus menempatkan minyak sawit sebagai minyak nabati terbesar dan termurah dunia, membantu (meningkatkan availability dan affordability) masyarakat Afrika memperoleh minyak nabati yang lebih murah (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021). Meskipun tidak semua masyarakat Afrika mengkonsumsi minyak sawit, kehadiran minyak sawit dunia mencegah kenaikan harga berlebihan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak rapeseed.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kawasan Afrika memiliki potensi besar sebagai emerging market untuk tujuan ekspor minyak sawit Indonesia. Selain berdasarkan indikator teknis (pangsa konsumsi dan pangsa impor), Indonesia dan negara-negara kawasan Afrika juga memiliki sejarah panjang dan hubungan yang kuat yang berpotensi mendukung hubungan perdagangan minyak sawit ke depan. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diplomasi ekonomi/perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara kawasan Afrika perlu diintensifkan ke depan.
Kesimpulan
Konsumsi minyak sawit di kawasan Afrika semakin besar dan terus meningkat. Pangsa konsumsi minyak sawit sekitar sekitar 70 persen dalam konsumsi minyak nabati masyarakat Afrika. Minyak sawit tersebut digunakan untuk memproduksi produk pangan (oleofood complex), produk kosmetik, toiletries, higenis (oleochemical complex), dan energi (biofuel complex).
Meskipun kawasan Afrika merupakan “tanah leluhur” dan produsen minyak sawit, namun kawasan Afrika menjadi net importir minyak sawit. Untuk memenuhi kebutuhan minyak sawit domestik yang terus meningkat, Afrika mengimpor minyak sawit terutama dari Indonesia dan Malaysia.
Ekspor minyak sawit Indonesia ke Afrika mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Pangsa minyak sawit Indonesia dalam impor minyak sawit Afrika juga meningkat dari 27 persen menjadi 61 persen. Besarnya pangsa impor minyak sawit asal Indonesia didukung dengan proyeksi penguatan ekonomi di masa depan menjadikan kawasan Afrika memiliki potensi besar sebagai emerging market untuk tujuan ekspor minyak sawit Indonesia. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diplomasi ekonomi/perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara kawasan Afrika perlu diintensifkan ke depan.
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam penyusunan artikel jurnal ini.
Daftar Pustaka (LINK)
- Ayodele T. 2010. African Case Study: Palm Oil and Economic Development in Nigeria and Ghana; Recommendations for the World Bank’s 2010 Palm Oil Strategy. Initiative for Public Policy Analysis (IPPA).
- Carrere R. 2013. Oil Palm in Africa: Past, Presents and Future Scenarios.
- ITC Trademap. 2024. Indonesia’s Palm Oil Products Exports.
- [PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. 2023. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global. Edisi Keempat. Bogor (ID): PASPI.
- PASPI Monitor. 2021. Minyak Sawit adalah Minyak Nabati yang Membantu Penduduk Miskin (Pro-Poor). Palm Oil Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(5): 377-382.
- Sipayung T. 2012. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. Bogor (ID): IPB Press
- [USDA] United States Department of Agriculture. 2024. Oilseed: World Market and Trend December Annual Report.
- Uzonwanne MC, Ezenekwe U, Nzeribe G. Palm Oil Production for the Food and Cosmetics Industry in Africa: Ethics and Sustainability Implications.