Pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia belum juga menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir dalam jangka pendek. Bahkan di beberapa negara, seperti Indonesia, kurva penambahan kasus positif Covid-19 terus meningkat dengan rata-rata penambahan jumlah kasus per hari sebanyak 4 ribu kasus. Namun, kita semua harus berjuang agar tetap dapat menjalankan aktivitas ekonomi dan sosial secara normal, dengan menerima keberadaan virus Corona sebagai bagian dari kehidupan. Salah satu upaya beradaptasi dengan pandemi dan Covid-19 adalah dengan melaksanakan protokoler kesehatan, diantaranya adalah menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta menjaga kebersihan/higenitas tubuh.
Kontribusi industri sawit di tengah pandemi semakin terlihat dengan turut serta menjadi bagian dari solusi untuk “mengendalikan dan mengatasi” Covid-19 melalui produk-produk berbasis sawit yang dihasilkan oleh industri hilir. Pada produk pangan dan kesehatan, selain multiguna dapat diaplikasikan pada seluruh produk makanan yang banyak ditemukan di supermarket, minyak sawit juga kaya akan vitamin A dan vitamin E bahkan kandungannya lebih besar dibandingkan sumber pangan lain. Kandungan vitamin A (setara retinol) yang terdapat dalam minyak sawit mentah (CPO) mencapai 6700 μg, sedangkan kandungan vitamin E dalam minyak sawit mencapai 1.172 ppm. Kandungan asam laurik yang terdapat dalam minyak inti sawit juga dapat menjaga dan modulate sistem imun. Selain menjadi “pabrik biologis” vitamin A dan E serta kaya akan asam lauric yang mampu meningkatkan sistem, minyak sawit juga mengandung asam palmitat yang berperan dalam memberikan perlindungan terhadap paru-paru yang sangat dibutuhkan pada kondisi pandemi seperti sekarang.
Sementara itu pada produk higenitas, industri sawit juga mampu menghasilkan produk personal care (sabun, shampo), deterjen, hand sanitizer dan biodisinfektan yang bermanfaat untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sebagai salah satu upaya pencegahan dari penularan virus Corona, sekaligus juga lebih ramah lingkungan karena dapat dengan mudah terurai di alam (biodegradable). Penerapan protokoler kesehatan dan kebiasaan baru di masa pandemi seperti rajin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handsanitizer serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan, juga berdampak pada peningkatan produk biosurfaktan (oleokimia) berbasis sawit sebagai bahan baku produk higenitas. Hal tersebut terkonfirmasi dari data penyerapan oleokimia sawit baik di pasar domestik dan dunia melalui kinerja ekspor mengalami peningkatan pada tahun 2020.