Back to Top
Rating & Comment

INDUSTRI SAWIT LOKOMOTIF EKONOMI-COVID INDONESIA DI MASA PANDEMI DAN NEW NORMAL

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Bagikan Jurnal
CITE THIS JOURNAL ARTICLE

Perkebunan sawit sebagai ujung tombak dari industri minyak sawit, telah terbukti merupakan lokomotif ekonomi yang inklusif. Perkembangan perkebunan sawit menghasilkan multiplier effect atau menciptakan manfaat yang lebih besar baik dalam bentuk output, pendapatan, nilai tambah dan penciptaan kesempatan kerja, bukan hanya pada perkebunan kelapa sawit tetapi juga dalam perekonomian nasional secara keseluruhan. Penelitian Rifin (2011) mengungkapkan bahwa peningkatan produksi minyak sawit di perkebunan sawit akan menghasilkan multiplier effect (output, pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah) pada sepuluh sektor-sektor pedesaan di luar perkebunan kelapa sawit (rural non-farm economy.

Bukti lainnya juga dapat ditunjukkan dengan adanya perkebunan sawit di suatu daerah pelosok akan menghasilkan dampak dan mendorong lahirnya sektor-sektor baru sehingga mengubah daerah pelosok yang sepi, terbelakang menjadi pusat ekonomi baru sebagai suatu agropolitan (kota-kota baru pertanian). Menurut Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja (2014), hinga periode tahun 2013 setidaknya ada 50 kawasan pedesaan terbelakang/terisolir telah berkembang menjadi kawasan pertumbuhan baru dengan basis sentra produksi minyak sawit. Hal tersebut juga terkonfirmasi oleh studi World Growth (2011) yang mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah bagian penting dari pembangunan pedesaan

Eksistensi industri sawit sebagai lokomotif ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 juga terjaga. Hal ini dikarenakan industri sawit secara alamiah memiliki imunitas yang tinggi seperti letaknya di pelosok, natural physical distancing dan menghasilkan produk yang dibutuhkan di masa pandemi sehingga operasional industri baik dari sektor hulu hingga hilir tetap berlanjut. Sehingga tidak adanya PHK di industri sawit, produksi minyak sawit tetap stabil dan kinerja ekspor yang relatif baik. Nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya secara kumulatif periode Januari-April 2020 telah berhasil menyumbang devisa ekspor dengan nilai mencapai USD 7 miliar. Devisa ekspor produk sawit Indonesia juga turut berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia pada triwulan I-2020.

Ke depan di era New Normal, diperkirakan terjadi peningkatan demand minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku produk hilir seperti produk biosurfaktan serta sumber vitamin dan makanan sehat. Industri sawit juga telah mempersiapkan dirinya agar tetap produktif memenuhi permintaan industri hilir namun tetap menerapkan protokoler kesehatan. Perusahaan perkebunan sawit juga sudah mulai mengimplementasikan paket teknologi Sawit 4.0 dalam operasional kebun dan PKS untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas namun tetap menimalisir interaksi antar pegawai sebagai bentuk adaptasi terhadap Covid-19.Dengan demikian,  besarnya peran industri minyak sawit sebagai lokomotif ekonomi di tengah pandemi Covid-19 maupun pemulihan di era New Normal diharapkan mampu memutar roda perekonomian desa dan daerah melalui multiplier effect yang dihasilkan sehingga dapat menyelamatkan perekonomian nasional di tengah potensi resesi ekonomi dunia akibat outbreak Covid-19.

Bagikan Jurnal
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x