Jurnal Kelapa Sawit dan Fungsi Ekologi (2023)

Jurnal Kelapa Sawit dan Fungsi Ekologi (2023)

JOURNAL AUTHOR

Dr. ir. tungkot sipayung

Executive Director at PASPI

Dr. Ir. Tungkot Sipayung is a seasoned professional in the palm oil industry with over 23 years of experience. Currently serving as Executive Director of PASPI, he is a recognized leader and expert in the development of agribusiness strategies. Under his leadership, PASPI continues to drive growth, innovation, and sustainability in the industry.

Share

Poin-Poin Utama dalam Isu Sawit dan Fungsi Ekologi

Poin-poin utama dalam isu sawit dan fungsi ekologi yang akan dibahas dalam artikel ini adalah sebagai berikut :

  1. Isu Kelapa Sawit dan Fungsi Ekologi:
    • Isu kelapa sawit dan fungsi ekologi telah menjadi isu lama yang diperdebatkan oleh organisasi dan kelompok anti-sawit nasional dan internasional.
    • Wacana yang diperdebatkan tidak selalu didukung oleh data transparan dan metode penelitian yang jelas.
  2. Karbon Sink dan Produksi Oksigen:
    • Data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki peran sebagai “paru-paru” ekosistem, menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.
    • Penyerapan karbon dan produksi oksigen oleh perkebunan kelapa sawit lebih besar daripada hutan.
  3. Efektivitas Energi Surya dan Produktivitas:
    • Data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki efisiensi fotosintesis yang lebih tinggi, efisiensi konversi radiasi yang lebih tinggi, serta produktivitas biomassa dan bahan kering yang lebih baik daripada hutan.
  4. Fungsi Tata Air:
    • Perbandingan fungsi tata air antara perkebunan kelapa sawit dan hutan menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki peran yang sama dalam konservasi dan hidrologi.
  5. Kebutuhan Air dan Produksi Minyak Sawit:
  6. Dampak Dunia Tanpa Sawit:
    • Simulasi “Dunia Tanpa Sawit” menunjukkan bahwa menghilangkan minyak sawit akan mengakibatkan tambahan deforestasi dan dampak lingkungan yang lebih buruk.
  7. Peran Minyak Sawit dalam Industri dan Keberlanjutan:
    • Industri minyak sawit memiliki peran penting dalam industri makanan, minuman, dan kosmetik.
    • Upaya untuk menjaga keberlanjutan produksi minyak sawit harus dilakukan, bukan menghilangkannya sepenuhnya.
  8. Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit pada Fungsi Ekologi: Data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki fungsi ekologis yang mirip dengan hutan dalam hal penyerapan karbon, produksi oksigen, dan konservasi.
  9. Keberlanjutan dan Keberagaman Tanaman: Dengan mengelola perkebunan kelapa sawit secara bertanggung jawab, termasuk mengikuti standar keberlanjutan, perkebunan sawit dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
  10. Kebijakan dan Konservasi: Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan moratorium dan sertifikasi ISPO untuk memastikan keberlanjutan produksi kelapa sawit di Indonesia.
Daftar Isi

Data Carbon Sink Perkebunan Kelapa Sawit dan Hutan

Tabel 1. Carbon Sink Perkebunan Kelapa Sawit dan Hutan

IndikatorHutan TropisPerkebunan
Kelapa Sawit
Asimilasi kotor (ton CO2/ha/tahun)163.5161.0
Total respirasi (ton CO2/ha/tahun)121.196.5
Asimilasi neto (ton CO2/ha/tahun)42.464.5
Produksi oksigen (O2) (ton O2/ha/tahun)7.0918.70
Sumber: Henson (1999)
  1. Study Henson (1999) menemukan bahwa penyerapan neto karbondioksida dan produksi oksigen menunjukkan bahwa secara netto perkebunan kelapa sawit menyerap karbondiosida sebesar 64.5 ton CO2/ha/tahun dan oksigen yang dihasilkannya sebesar 18.7 ton O2/ha/tahun.
  2. Penyerapan neto karbondioksida (carbon sink) per hektar perkebunan kelapa sawit dipengaruhi beberapa faktor, antara lain fase pertumbuhan/komposisi kelapa sawit dan jumlah populasi pohon kelapa sawit setiap hektar.
  3. Pada fase pertumbuhan dimana laju fotosintesis lebih besar dibandingkan laju respirasi, maka carbon sink makin besar.
  4. Carbon sink positif tercermin dari pertumbuhan dan produksi kelapa sawit (minyak dan biomassa). Sebaliknya jika laju fotosintesis telah sama atau lebih kecil dari laju respirasi, carbon sink-nya nol bahkan negatif.

Data Sawit sebagai Paru-Paru Ekosistem

Sawit dan Fungsi Ekologi
Gambar 1. Perkebunan Sawit sebagai “Paru-Paru” Ekosistem  
  1. Luas perkebunan kelapa sawit dunia tahun 2020 seluas 24 juta hektar (USDA, 2021), maka perkebunan kelapa sawit berkontribusi dalam membersihkan atmosfer bumi dengan cara menyerap karbon dioksida (carbon sink) sekitar 1.5 milyar ton CO2 dari atmosfer bumi.
  2. Perkebunan sawit juga mampu menyegarkan atmosfer bumi melalui pasokan oksigen ke atmosfer bumi dengan volume mencapai sekitar 448.8 juta ton O2.

Data Perbandingan Efektivitas Pemanenan Energi Surya Sawit dan Hutan

Tabel 2. Efektifitas Pemanenan Energi Surya antara Perkebunan Kelapa Sawit dan Hutan Tropis

IndikatorHutan TropisPerkebunan
Kelapa Sawit
Indeks luas daun7.35.6
Efisiensi fotosintesis (%)1.73.2
Efisiensi konversi radiasi (g/mj)0.91.7
Total biomas di area (ton/ha)431.0100.0
Incremental biomas (ton/ha/tahun)5.88.3
Produktivitas bahan kering (ton/ha/tahun)25.736.5
Sumber: Henson (1999), PPKS (2004, 2005)
  1. Efisiensi fotosintesis perkebunan kelapa sawit mencapai 3.2 persen, sedangkan hutan hanya 1.7 persen.
  2. Perkebunan kelapa sawit juga memiliki efisiensi konversi energi radiasi yang lebih tinggi yaitu 1.7 g/mj, sedangkan efisiensi hutan hanya sebesar 0.9 g/mj.
  3. Pada indikator incremental biomass, perkebunan kelapa sawit mencapai nilai sebesar 8.3 ton/ha/tahun, sedangkan hutan hanya mampu mencapai nilai 5.8 ton/ha/tahun.
  4. Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga memiliki produktivitas bahan kering yang lebih baik dari produktivitas hutan. Perkebunan kelapa sawit memiliki produktivitas 36.5 ton/ha/tahun, sedangkan hutan hanya mampu menghasilkan 25.7 ton/ha/tahun bahan kering.

Data Perbandingan Fungsi Tata Air Sawit dan Hutan

Tabel 3.  Perbandingan Fungsi Tata Air antara Perkebunan Kelapa Sawit dan Hutan Tropis

IndikatorHutan TropisPerkebunan
Kelapa Sawit
Evapotranspirasi (mm/tahun)1560-16201610-1750
Cadangan air tanah s/d kedalaman 200 cm (mm)59-72775-739
Penerusan curah hujan ke permukaan tanah (%)8587
Laju infiltrasi lapisan solum 0-40 cm (ml/cm3/menit)30-9010-30
Kelembaban udara (%)90-9385-90
Sumber: Henson (1999), PPKS (2004, 2005)
  1. Jika dibandingkan antara perkebunan kelapa sawit dengan hutan, secara umum perkebunan kelapa sawit memiliki peran yang sama dalam fungsi konservasi dan hidrologis.
  2. Hal ini tercermin dalam indikator evapotranspirasi, cadangan air tanah, penerusan curah hujan, laju infiltrasi dan kelembaban udara.
  3. Perkebunan kelapa sawit yang memiliki siklus produksi yang cukup panjang yakni sekitar 25 tahun (sejak ditanam sampai replanting) berarti fungsi konservasi dan hidrologis tersebut berlangsung setidaknya sampai 25 tahun.

Data Perbandingan Kebutuhan Air Sawit dan Hutan

Sawit dan Fungsi Ekologi
Gambar 2. Perbandingan Kebutuhan Air Kelapa sawit dan Tanaman Hutan (Sumber: Coster, 1938)
  1. Penelitian Coster (1938) yang membandingkan tingkat evapotranspirasi pada beberapa tanaman menyebutkan bahwa kebutuhan air pada kebun kelapa sawit hanya 1,104 mm per tahun.
  2. Besarnya kebutuhan air pada tanaman bambu dan lamtoro lebih besar yang mencapai 3,000 mm per tahun menunjukkan bahwa kedua tanaman hutan ini tergolong sebagai tanaman boros air.
  3. Kemudian disusul oleh tanaman akasia 2,400 mm per tahun, sengon 2,300 mm per tahun,  Pinus dan karet sekitar 1,300 mm per tahun.

Data Minyak Sawit Feeding the World

Figure 1. Palm Oil Feeding the World
Gambar 3. Minyak Sawit Feeding the World (Sumber: USDA)
  • Minyak sawit dikonsumsi pada hampir semua negara dunia baik sebagai bahan pangan (food use) maupun untuk industri (industrial use).
  • Konsumsi minyak sawit per kapita sebagai food use mengalami pertumbuhan setiap tahun dari sekitar 2.2 kg/kapita pada periode tahun 1991-2000 menjadi 2.8 kg/kapita pada periode 2001-2011 (Kojima et al., 2016).
  • Konsumsi minyak nabati (food use) dunia (FAO-OECD, 2020) pada tahun 2019 mencapai 18 kg/kapita dan sekitar 30 persen minyak nabati yang dikonsumsi adalah minyak sawit.

Data Deforestasi Dunia jika Tanpa Sawit

Tabel 4.  Tambahan Deforestasi Dunia Jika “Dunia Tanpa Sawit”

UraianDunia dengan Sawit (S0)Dunia tanpa Sawit (S1)
Luas Areal
Dunia tanpa Sawit (S1)
Tambahan Deforestasi
 Tanaman (juta ha)
Kedelai127.0239.0112
Rapeseed35.565.530
Bunga Matahari 27.652.6  25
Kelapa Sawit24.0
Total214.1357.1 167.0
Produksi minyak nabati (juta ton)191191
Sumber: PASPI Monitor (2021g)
  1. Dunia dengan Sawit (S0) adalah kondisi aktual pada tahun 2020, dimana total luas area keempat tanaman minyak nabati dunia adalah seluas 214.1 juta hektar dengan produksi total minyak nabati sebesar 191 juta ton.
  2. Dunia Tanpa Sawit (S1) adalah kondisi skenario jika minyak sawit tidak ada.
  3. Untuk mencapai produksi minyak nabati dunia sebesar 191 juta ton pada skenario S1, maka masyarakat dunia harus memenuhinya secara proporsional yakni 54 persen dari minyak kedelai, 25 persen dari minyak rapeseed dan 21 persen dari minyak biji bunga matahari.
  4. “Dunia Tanpa Sawit”, masyarakat produsen minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari yang tersebar diberbagai negara harus melakukan tambahan deforestasi seluas 167 juta hektar.

Infografis Sawit dan Fungsi Ekologi

Jurnal Terkait Sawit dan Fungsi Ekologi

Dunia Tanpa Minyak Sawit Lingkungan Lebih Baik Atau Lebih Buruk ? [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 5 Tahun 2022

  • Industri minyak sawit dunia telah menarik perhatian masyarakat selama tiga dekade terakhir.
  • Pertumbuhan produksi minyak sawit yang relatif cepat sering dikaitkan dengan isu lingkungan seperti deforestasi, biodiversity loss, dan emisi.
  • Kampanye “No Palm Oil” dan “Palm Oil Free” serta kebijakan RED II ILUC Uni Eropa bertujuan untuk memphase-out atau menciptakan “Dunia Tanpa Sawit”.
  • Bukti empiris menunjukkan bahwa kondisi “Dunia Tanpa Sawit” justru akan memicu kerusakan lingkungan global yang lebih buruk, termasuk deforestasi dunia yang lebih luas, biodiversity loss dunia yang lebih tinggi, emisi karbon yang lebih tinggi, polutan tanah/air polutan residu yang lebih tinggi, dan eksploitasi sumberdaya air yang lebih besar.
  • Gerakan dan kampanye “No palm Oil” atau “Palm Oil Free” untuk menciptakan kondisi “Dunia Tanpa Sawit” justru merupakan gerakan menuju kerusakan lingkungan global yang lebih buruk.
  • Dalam konteks kelestarian lingkungan hidup, dunia seharusnya tidak menghilangkan minyak sawit, melainkan berfokus pada upaya untuk memastikan produksi minyak sawit yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
  • Peran penting minyak sawit dalam industri makanan, minuman, dan kosmetik, serta kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di negara-negara produsen harus diakui dan dipromosikan.

Perkebunan Kelapa Sawit Bagian “ Paru-Paru” Ekosistem Bumi [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 10 Tahun 2021

  • Kelapa sawit memiliki bentuk morfologi sebagai pohon/tanaman tahunan dan memiliki fungsi pelestarian siklus karbondioksida dan oksigen pada tanaman, yang menjadikannya “paru-paru” ekosistem.
  • Fungsi “paru-paru” pada kelapa sawit dapat menyerap karbon dioksida dari atmosfer planet bumi dan memasok oksigen ke atmosfer bumi, sehingga perkebunan sawit dapat berkontribusi dalam penyerapan emisi karbon untuk meminimalisir terjadinya global warming.
  • Perkebunan kelapa sawit dunia dapat membersihkan atmosfer bumi dengan menyerap 1.5 miliar ton karbon dioksida dan memproduksi sekitar 449 juta ton oksigen, yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas “paru-paru” hutan tropis.
  • Hasil carbon sink perkebunan kelapa sawit dunia disimpan dalam biomassa dengan volume mencapai 1.6 miliar ton atau setara dengan 760 juta ton carbon stock, dan hasil carbon sink kelapa sawit juga dikonversi menjadi minyak sawit (CPO dan PKO) yang akan menghasilkan 86 ton minyak/hektar/siklus tanam.
  • Kelapa sawit mampu berkontribusi untuk menjadi bagian dari feeding the world dan biofueling the world serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat global terhadap berbagai consumer products seperti personal care (kosmetik/make up), produk higenitas hingga produk biolubrikan.
  • Dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem, perkebunan kelapa sawit perlu dikelola secara bertanggung jawab dengan mengikuti standar-standar keberlanjutan yang ditetapkan, seperti RSPO dan ISPO.

Perkebunan Sawit Memiliki Fungsi Ekologis Yang Mirip Dengan Hutan [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 24 Tahun 2021

  • Setiap hektar kebun sawit menyerap 64.5 ton karbon dioksida dan menghasilkan 18.7 ton oksigen per tahun, sementara hutan menyerap 42.4 ton karbon dioksida dan menghasilkan 7.1 ton oksigen per tahun. Hal ini menunjukkan kemampuan perkebunan sawit dalam fungsi penyerapan karbon dioksida dan produksi oksigen lebih unggul daripada hutan.
  • Kebun sawit lebih unggul dalam efisiensi konversi energi radiasi yang lebih tinggi, yaitu 1.7 g/mj dibandingkan dengan hutan yang hanya sebesar 0.9 g/mj. Kebun sawit juga lebih efisien dalam aspek efisiensi fotosintesis, efisiensi konversi energi, incremental biomass dan produktivitas bahan kering. Namun, hutan lebih baik dalam penyimpanan energi (biomass).
  • Perkebunan kelapa sawit memiliki peran yang sama dalam fungsi konservasi dan hidrologis dibandingkan dengan hutan. Siklus produksi yang cukup panjang pada perkebunan kelapa sawit yakni sekitar 25 tahun berarti fungsi konservasi dan hidrologis tersebut berlangsung setidaknya sampai 25 tahun.
  • Dengan memasukkan kelapa sawit sebagai tanaman hutan, dimungkinkan untuk ditanam pada kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) atau Hutan Sosial. Ini dapat menekan isu perkebunan kelapa sawit sebagai penyebab utama deforestasi di Indonesia.

Manfaat Lingkungan Dari Kebun Sawit [Sawit dan Fungsi Ekologi]– Jurnal PASPI Nomor 32 Tahun 2021

  • Pemerintah Indonesia menerbitkan Inpres Moratorium dan sertifikasi ISPO untuk menjamin keberlanjutan kelapa sawit Indonesia.
  • Gagasan untuk mengkategorikan kelapa sawit sebagai tanaman hutan muncul untuk menekan berkembangnya isu deforestasi.
  • Per hektar kebun sawit secara netto menyerap sekitar 64.5 ton karbon dioksida setiap tahun dan menghasilkan oksigen sekitar 18.7 ton, lebih unggul daripada hutan.
  • Kebun sawit lebih unggul dalam efisiensi konversi energi radiasi dan efisiensi fotosintesis. Sedangkan hutan lebih baik dalam penyimpanan energi (biomass). Perkebunan kelapa sawit secara umum memiliki peran yang sama dalam fungsi konservasi dan hidrologis dibandingkan dengan hutan.
  • Siklus produksi perkebunan kelapa sawit yang cukup panjang yakni sekitar 25 tahun berarti fungsi konservasi dan hidrologis tersebut berlangsung setidaknya sampai 25 tahun.
  • Kinerja perkebunan kelapa sawit per hektar lebih unggul daripada hutan dalam tiga aspek, yaitu penyerapan karbon dioksida, memanen energi surya dan fungsi tata air.

Industri Sawit Menyehatkan Kehidupan Ekosistem Planet Bumi [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 41 Tahun 2021

  • Tanaman kelapa sawit dikenal sebagai tanaman ajaib yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat dunia.
  • Perkebunan kelapa sawit hanya terdapat di beberapa negara tropis seperti Indonesia dan Malaysia namun dapat memberikan manfaat global melalui produk 6-F yang diperdagangkan secara internasional.
  • Industri minyak sawit memiliki peran penting dalam menyehatkan kehidupan manusia dan ekosistem planet bumi melalui tiga mekanisme: penyediaan nutrisi dan gizi, produk biosurfaktan, dan peran sebagai “paru-paru” ekosistem planet bumi.
  • Industri sawit tidak hanya menghasilkan produk 6-F tetapi juga memiliki dampak positif yang signifikan pada perekonomian negara-negara produsen.
  • Namun, industri sawit juga memiliki dampak negatif pada lingkungan, termasuk deforestasi, kerusakan habitat, dan konflik sosial.
  • Masyarakat sipil dan pemerintah harus bekerja sama untuk memastikan bahwa industri sawit berkelanjutan dan meminimalkan dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat.
  • Terdapat upaya-upaya pengembangan teknologi dan praktik berkelanjutan dalam industri sawit yang dapat membantu mengatasi dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat.

Multifungsi Ekologis Dari Perkebunan Sawit Indonesia [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 43 Tahun 2021

  • Perkebunan sawit memiliki lima fungsi ekologis penting, antara lain:
    • Fungsi pemanenan energi surya secara biologis.
    • Fungsi pelestarian siklus karbon dan oksigen.
    • Fungsi pelestarian siklus hidrologi.
    • Fungsi konservasi tanah dan air.
    • Fungsi pelestarian plasma nutfah dan multifungsi kelapa sawit secara lintas generasi.
  • Karakteristik perkebunan sawit sebagai parennial plant, memiliki ukuran yang relatif besar dan tinggi, canopy cover mendekati 100 persen dan siklus usia tanaman sekitar 25 tahun, berimplikasi pada fungsi dan manfaat ekologis yang melekat pada perkebunan kelapa sawit juga relatif sama bahkan lebih besar dibandingkan tanaman perkebunan lainnya (timber plantation atau rubber plantation) atau melebihi fungsi ekologis hutan.
  • Meskipun sering dikritik oleh para environmentalist, data menunjukkan bahwa pangsa perkebunan sawit relatif kecil terhadap deforestasi global yang dilakukan oleh seluruh sektor ekonomi.
  • Selain itu, perkebunan sawit memiliki fungsi lingkungan inheren yang mungkin sering diabaikan oleh para pemerhati lingkungan seperti green function dan blue function pada konsep multifungsi pertanian.
  • Multifungsinya perkebunan sawit berhasil melestarikan antar lintas generasi dan memperluas manfaat yang dapat dinikmati lintas generasi baik pada level lokal, nasional maupun global.
  • Dampak ekspansi sawit pada lingkungan seperti deforestasi dan biodiversity loss memang menjadi perhatian para environmentalist, namun perkebunan sawit memiliki lima fungsi ekologis yang penting dan bahkan memiliki manfaat ekologis yang melebihi fungsi hutan.

Peran Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Hutan [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 14 Tahun 2018

  • Kelapa sawit adalah komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.
  • Indonesia memiliki area perkebunan kelapa sawit seluas 12.307.677 hektar dengan produksi minyak kelapa sawit mencapai 35.359.384 ton pada tahun 2017.
  • Meskipun memberikan dampak positif besar bagi perekonomian Indonesia, kelapa sawit menghadapi isu negatif terutama dalam hal deforestasi.
  • Indonesia terus berupaya melawan isu deforestasi dengan gagasan mengkategorikan kelapa sawit sebagai tanaman hutan yang dapat memproduksi oksigen lebih banyak daripada hutan serta berperan penting dalam memanen energi surya dan tata air.
  • Dalam hal produksi oksigen, kelapa sawit mampu memproduksi 18 ton per hektar per tahun, sementara hutan hanya mampu memproduksi 7 ton per hektar per tahun.
  • Perkebunan kelapa sawit juga lebih baik dalam memanfaatkan energi surya dan berperan penting dalam tata air.
  • Meskipun menghadapi isu negatif, kelapa sawit tetap menjadi sumber penghasilan yang penting bagi perekonomian Indonesia.

Proses Reforestasi Dan Perbaikan Ekologi Melalui Perkebunan Sawit Di Provinsi Riau [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 8 Tahun 2017

  • Deforestasi di Provinsi Riau selama periode 1950-2014 mencapai 6,24 juta hektar.
  • Hanya 36 persen dari luas tersebut yang dimanfaatkan oleh kebun sawit, yaitu sekitar 2,29 juta hektar yang digunakan secara langsung dan tidak langsung.
  • Pengembangan perkebunan sawit di Provinsi Riau berasal dari reforestasi, seperti konversi lahan pertanian, lahan terlantar/semak belukar, dan HTI. Sehingga secara netto, kebun sawit Indonesia merupakan reforestasi.
  • Pandangan umum bahwa ekspansi kebun sawit merupakan pemicu deforestasi tidak didukung oleh fakta. Sebaliknya, ekspansi kebun sawit meningkatkan karbon stok lahan/reforestasi yang dikehendaki secara ekologis dan menciptakan pembangunan ekonomi, pembangunan daerah, dan penurunan kemiskinan di Provinsi Riau.
  • Perlu ditekankan bahwa pengembangan perkebunan sawit yang tidak terkendali tetap dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan dan manusia, termasuk deforestasi, konflik lahan, dan kerusakan ekosistem.
  • Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung pengembangan perkebunan sawit yang berkelanjutan dengan memperhatikan faktor sosial, lingkungan, dan ekonomi.
  • Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum diperlukan untuk memastikan bahwa pengembangan perkebunan sawit dilakukan secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan dan hak-hak masyarakat.

Proses Reforestasi Dan Perbaikan Ekologi Melalui Perkebunan Sawit Di Provinsi Kalimantan Timur [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 11 Tahun 2017

  • Kalimantan Timur menjadi sasaran kritikan tajam tentang deforestasi di Indonesia
  • Tekanan semakin diperberat dengan isu biodiversitas dan punahnya species orangutan
  • Tanaman kelapa sawit dikaitkan dengan deforestasi di Kalimantan Timur
  • Data menunjukkan deforestasi di Provinsi Kalimantan Timur mencapai seluas 7,6 juta hektar pada periode 1950-2014
  • Luas perkebunan sawit di Kalimantan Timur adalah 733.000 ha atau sekitar 9,59%
  • Pengembangan perkebunan sawit di Kalimantan Timur sebagian besar berasal dari reforestasi dan konversi lahan pertanian
  • Ekspansi kebun sawit di Kalimantan Timur bukanlah pemicu deforestasi, melainkan meningkatkan karbon stok lahan dan menciptakan pembangunan ekonomi, daerah, dan penurunan kemiskinan

Kebun Sawit Hijaukan Kembali Pulau Borneo [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 12 Tahun 2017

  • Pulau Kalimantan menderita pengurasan sumber daya akibat logging pada masa dan pasca era logging
  • Hasil logging tidak direinvestasikan ke Pulau Kalimantan sehingga menyebabkan eks HPH Kalimantan berubah menjadi puing-puing barak logging, jalan logging, dan daerah terbelakang, miskin, kering, dan mati.
  • Eks HPH yang berubah menjadi semak belukar tanpa penghuni menyebabkan wilayah tersebut disebut sebagai “Kota Hantu”
  • Kehadiran perkebunan kelapa sawit di Kalimantan membantu menghijaukan kembali sosial, ekonomi, dan ekologi wilayah yang rusak akibat logging pada masa sebelumnya.
  • Berkembangnya kebun-kebun sawit menarik perkembangan sektor-sektor ekonomi lain dan memacu pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan.
  • Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis perkebunan kelapa sawit banyak berkembang di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Pulau Sumatera Feeding The World Dan Reforestasi Melalui Kebun Sawit [Sawit dan Fungsi Ekologi] – Jurnal PASPI Nomor 14 Tahun 2017

  • Sumatera memiliki kontribusi terbesar dalam pembangunan perkebunan di Indonesia.
  • Indonesia menempati peringkat pertama dunia pada tanaman sawit dengan pangsa 54%, peringkat kedua pada komoditas karet dengan pangsa 26%, peringkat ketiga pada komoditas coklat dengan pangsa 8%, dan peringkat keempat pada komoditas kopi dengan pangsa 7%.
  • Kelapa sawit, karet, dan kopi merupakan komoditas yang dominan di Pulau Sumatera dengan masing-masing pangsa 63%, 71%, dan 63% dari total luas komoditas tersebut di Indonesia.
  • Kehadiran perkebunan kelapa sawit di Pulau Sumatera telah memperbaiki ekologi, ekonomi, dan sosial di wilayah tersebut serta memacu pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di sejumlah daerah.
  • Fenomena perkebunan sawit di Pulau Sumatera adalah reforestasi dan tidak terbukti sebagai pemicu deforestasi di wilayah tersebut.
  • Sumatera ikut berperan dalam feeding the world melalui produksi dan ekspor komoditas pertanian.
  • Sumatera memiliki karakteristik yang unik dan penting dalam pembangunan sektor perkebunan di Indonesia.

Pertanyaan yang sering ditanyakan seputar Sawit dan Lahan Fungsi Ekologi

Mengapa isu kelapa sawit dan fungsi ekologi diperdebatkan oleh organisasi dan kelompok anti-sawit?

Bagaimana perkebunan kelapa sawit berperan sebagai “paru-paru” ekosistem?

Apa dampak dari produksi minyak sawit terhadap kebutuhan air?

Data menunjukkan bahwa kebutuhan air per hektar pada kebun kelapa sawit lebih rendah dibandingkan dengan tanaman hutan lainnya. Ini menunjukkan efisiensi dalam penggunaan air di perkebunan kelapa sawit.

Apa yang terjadi jika dunia tanpa minyak sawit?

Simulasi “Dunia Tanpa Sawit” menunjukkan bahwa menghilangkan minyak sawit dapat mengakibatkan penambahan deforestasi yang lebih besar dan dampak lingkungan yang lebih buruk. Produksi minyak nabati dari sumber lain akan memerlukan lebih banyak lahan dan berpotensi merusak lingkungan lebih lanjut.

Bagaimana kontribusi minyak sawit pada industri makanan dan kosmetik diakui?

Minyak sawit memiliki peran penting dalam industri makanan, minuman, dan kosmetik. Konsumsi minyak sawit berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat global akan produk-produk ini.

Mengapa industri minyak sawit harus berfokus pada keberlanjutan daripada menghilangkannya?

Industri minyak sawit memiliki peran penting dalam ekonomi dan keberlanjutan. Upaya untuk menjaga produksi minyak sawit yang berkelanjutan dan bertanggung jawab lebih efektif daripada menghapusnya sepenuhnya.

Bagaimana perbandingan fungsi tata air antara perkebunan kelapa sawit dan hutan?

Data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki peran yang sebanding dengan hutan dalam hal fungsi tata air, seperti evapotranspirasi, cadangan air tanah, penerusan curah hujan, dan laju infiltrasi.

Apa dampak dari perkebunan kelapa sawit terhadap produksi energi surya?

Data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki efisiensi fotosintesis yang lebih tinggi dan efisiensi konversi radiasi yang lebih baik daripada hutan. Ini berarti kelapa sawit dapat menjadi sumber energi surya yang lebih efektif.

Bagaimana peran minyak sawit dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat global?

Minyak sawit memiliki kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global akan berbagai produk, termasuk makanan, minuman, dan kosmetik. Dengan keberlanjutan yang tepat, minyak sawit dapat memainkan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan ini.

Share
0 0 votes
Berikan Rating Untuk Artikel Ini
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x