Pendahuluan : Membangun Citra Industri Sawit : Eksistensi Semakin Terbukti di Masa Pandemi Tahun 2020
Tahun 2020 akan tercatat secara khusus dalam sejarah sebagai tahun “new normal” yang merubah kebiasaan seluruh manusia di dunia. Pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun ini menyebabkan banyak kerugian seperti meninggalnya jutaan jiwa hingga resesi ekonomi global yang berimplikasi pada menurunnya kesejahteraan masyarakat dunia.
Dampak pandemi juga turut dirasakan oleh seluruh sektor ekonomi di Indonesia, termasuk industri sawit. Kebijakan dalam rangka pencegahan penyebaran virus seperti kebijakan lockdown maupun social distancing yang diterapkan di beberapa negara importir minyak sawit pada awal pandemi berdampak pada perdagangan minyak sawit dunia. Menurunnya permintaan negara importir akibat terhentinya sementara aktivitas produksi dan konsumsi serta berkurangnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan menjadi faktor penyebab menurunnya kinerja ekspor produk sawit Indonesia sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi neraca perdagangan, mengingat produk tersebut merupakan produk unggulan ekspor Indonesia.
Namun, kekhawatiran tersebut tidak terjadi. Justru sebaliknya, industri sawit membuktikan eksistensinya sebagai industri/sektor ekonomi unggulan di Indonesia yang mampu bertahan di tengah masa pandemi dan resesi ekonomi global. Nilai ekspor produk sawit pada tahun 2020 mencapai USD 22.9 miliar atau sebesar Rp 321.5 triliun, bahkan produk sawit berhasil menjadi kontributor utama mengalahkan devisa ekspor produk migas dan produk pertambangan dalam menciptakan surplus neraca perdagangan tahun 2020.
Besarnya devisa ekspor produk sawit di masa pandemi ini tidak terlepas dari fenomena tren harga CPO yang terus meningkat dan peningkatan permintaan global untuk produk higenitas berbasis oleokimia sawit. Komitmen kuat pemerintah Indonesia dalam mengimplementasi kebijakan mandatori B30 juga menjadi game changing pasar minyak nabati global sehingga turut mempengaruhi tingginya harga CPO yang menguntungkan produsen sawit baik perusahaan perkebunan dan petani sawit rakyat.
Eksistensi industri sawit juga semakin dibuktikan dari kuatnya imunitas perkebunan sawit yang tetap beroperasi dan tidak “merumahkan karyawan” seperti industri lainnya. Hal ini disebabkan karena karakteristik kebun sawit yang berada di pelosok jauh dari pusat kota, rasio man-land dan man space yang rendah seperti telah menerapkan physical distancing serta menggunakan sumberdaya lokal. Dengan imunitas perkebunan sawit yang tinggi tersebut berdampak pada tidak terlalu berpengaruhnya pandemi terhadap kesejahteraan masyarakat perkebunan di pedesaan. Pandemi juga menjadi sumber inspirasi untuk menciptakan inovasi produk sawit yang dapat digunakan seperti handsanizer, biodisinfektan maupun penelitian terkait dengan kandungan mikronutrien sawit yang bermanfaat sebagai imun booster yang diharapkan dapat ditindaklanjuti untuk menghasilkan produk kesehatan.
Selain “berkah” yang dirasakan di tahun 2020, industri sawit juga semakin dihadapkan oleh dinamika perdagangan yang semakin intensif seperti kebijakan perdagangan negara importir dan black campaign yang mendiskriminasikan minyak sawit. Sementara itu, black campaign yang menyerang sawit juga cukup masif dan intensif pada tahun 2020 yang menggunakan isu lingkungan terkait deforestasi, isu kesehatan dengan rekomendasi larangan konsumsi asam lemak jenuh yang dikaitkan dengan pandemi serta isu sosial seperti tenaga kerja anak hingga eksploitasi buruh wanita.
Paparan diatas merupakan sinopsis isu dan kebijakan terkait industri sawit nasional baik pada level regional, nasional dan global yang terjadi pada tahun 2020. Isu dan kebijakan sawit tersebut terus dimonitoring oleh PASPI dan ditulisan dengan format tulisan ilmiah populer yang dimuat dalam website palmoilina.asia sebagai bagian dari upaya yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membangun citra industri sawit nasional. Kami juga menghimpun tulisan populer menjadi sebuah buku dengan judul “Membangun Citra Industri Sawit Nasional: Eksistensi Semakin Terbukti Di Masa Pandemi Tahun 2020”. Diharapkan buku ini bermanfaat menjadi bahan edukasi, promosi positif sekaligus meng-counter kampanye hitam berbasis data dan fakta