Pendahuluan : Industri Minyak Sawit Riau Berkelanjutan
Kegiatan logging (HPH) yang massif sebelum tahun 1985 di provinsi Riau, telah menyebakan deforestasi dan alih fungsi hutan menjadi non hutan, degradasi ekonomi dan ekologi, meninggalkan daerah-daerah kritis, terbelakang, miskin dan kota mati (ghost town). Sementara industri migas yang dikuasai oleh investor asing bersifat eksklusif, menguras habis sumber daya alam dan kurang bermanfaat bagi masyarakat Riau.
Kejayaan kayu bulat dan migas Riau tersebut sudah berakhir. Kontribusi sektor migas dan kayu bulat dalam perekonomian Riau mengalami penurunan drastis. Kini provinsi Riau harus menghijaukan kembali ekonomi dan ekologi yang terdegradasi pada masa kegiatan logging dan migas. Mentransformasi ekonomi dari berbasis sumber daya tak terbaharui (non renewable economy) kepada sumber daya terbaharui (renewable economy). Merubah perekonomian Riau yang sebelumnya eksklusif (hanya dinikmati elite tertentu) kepada perekonomian yang inklusif dimana rakyat banyak menjadi pelaku dan penikmat hasil pembangunan.
Mengembangkan kegiatan ekonomi hijau untuk menyerap kembali karbondioksida yang di emisi pada masa logging dan migas. Menghasilkan energi terbarukan untuk mengganti energi tak terbaharui (energi fosil).
Kehadiran perkebunan sawit di Riau menghijaukan kembali ekonomi dan ekologi Riau yang telah terdegradasi pada masa sebelumnya. Kebun sawit di Riau yang baru dikembangkan sejak tahun 1985 secara bertahap menghijaukan kembali ekonomi dan ekologi Riau. Dengan kebun sawit, Riau sudah mempersiapkan minyak/energi terbarukan dari minyak sawit (biodiesel) dan biomas sawit (biopremium, biolistrik, biogas) pengganti energi fosil yang makin habis. Industri sawit Riau menghasilkan energi terbarukan sekaligus membersihkan udara Riau (menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen).
Perkebunan kelapa sawit yang berkembang pada hampir semua kabupaten di provinsi Riau merupakan bagian penting dari proses transformasi pembangunan. Kontribusi ekspor minyak sawit makin besar dan bertumbuh cepat dalam neraca perdagangan provinsi Riau dan akan menggantikan peran migas dan logging. Kontribusinya makin meluas baik dalam penghasil devisa, percepatan pembangunan daerah, penciptaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan pedesaan, peningkatan pendapatan petani, penciptaan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan maupun dalam pelestarian lingkungan hidup.
Buku Industri Minyak Sawit Riau Berkelanjutan : Menghijaukan Kembali Ekonomi dan Ekologi Riau ini diterbitkan GAPKI Riau untuk menginformasikan bagaimana peran strategis industri minyak sawit dalam pembangunan Riau. Buku ini terdiri atas enam bagian yakni, Bagian Pertama (Transformasi Provinsi Riau : Perekonomian dari Tak Berkelanjutan ke Berkelanjutan), Bagian Kedua (Industri Minyak Sawit dalam Perekonomian Riau), Bagian Ketiga (Industri Minyak Sawit dalam Pembangunan Sosial dan Pedesaan Riau), Bagian Keempat (Kontribusi Industri Minyak Sawit dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Riau), Bagian Kelima (Sistem Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Riau) dan Bagian Keenam (Industri Minyak Sawit Riau Menuju 2030).
Dalam menuju masa depan, provinsi Riau berpeluang bahkan diproyeksikan menjadi sentra industri hilir minyak sawit terbesar di Kawasan Barat Indonesia, bahkan di Kawasan Asean. Melalui percepatan peningkatan produktivitas dan hilirisasi ke oleofood, oleokimia, biofuel, Riau akan berubah dari lumbung energi “di bawah tanah” menjadi lumbung energi “di atas tanah” secara berkelanjutan. Percepatan hilirisasi di kawasan industri/pelabuhan Dumai, akan makin mendekatkan provinsi Riau menjadi pusat industri dan perdagangan minyak sawit dan produk turunannya terbesar di Asia. Hal ini lah masa depan Riau yang perlu direbut oleh sinergitas masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah ke depan.
Kami berharap Buku ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat umum khususnya masyarakat Riau. Saran konstruktif untuk menyempurnakan Buku ini ke depan kami sambut dengan tangan terbuka.