GHG (Greenhouse Gases) Emission atau Efek Gas Rumah Kaca adalah emisi gas yang dapat menyimpan panas di atmosfer bumi dan memainkan peran penting dalam perubahan iklim global. Artikel ini memberikan gambaran tentang emisi dan penghapusan utama gas rumah kaca ke dan dari atmosfer serta dampaknya terhadap pemanasan global. Beberapa gas rumah kaca utama yang dibahas dalam artikel ini adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), oksida nitrat (N2O), dan gas-gas fluorida. Artikel ini juga membahas faktor-faktor utama yang mempengaruhi dampak gas rumah kaca pada perubahan iklim, yaitu kelimpahan gas-gas rumah kaca di atmosfer, masa bertahannya gas-gas tersebut di atmosfer, dan seberapa efektif gas-gas tersebut mempengaruhi atmosfer.
Apa itu Greenhouse Gases (GHG) ?
Efek rumah kaca adalah fenomena di mana gas-gas ini memerangkap panas di atmosfer bumi dan menyebabkan kenaikan suhu global. Efek rumah kaca ini adalah proses alami yang penting bagi kehidupan di bumi karena menjaga suhu bumi tetap hangat dan layak huni bagi berbagai bentuk kehidupan.
Namun, aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer, terutama melalui pembakaran bahan bakar fosil, pertanian intensif, dan proses industri. Akibatnya, atmosfer bumi menjadi lebih panas, menyebabkan perubahan iklim global yang signifikan, seperti peningkatan suhu rata-rata, pencairan es, dan naiknya permukaan laut.
Gas-Gas Penyebab Efek Gas Rumah Kaca
Ada empat emisi gas yang menyebabkan efek gas rumah kaca, gas-gas tersebut antara lain :
Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang paling banyak terlibat dalam aktivitas manusia. Gas ini masuk ke atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, gas alam, dan minyak), sampah padat, pohon-pohon, dan material biologis lainnya, serta melalui reaksi kimia tertentu (seperti produksi semen). Karbon dioksida juga dihapus dari atmosfer (atau “disimpan”) saat diserap oleh tanaman sebagai bagian dari siklus karbon biologis. Karbon dioksida memegang peran penting dalam proses perubahan iklim karena konsentrasinya yang tinggi di atmosfer dan masa bertahannya yang lama.
Metana (CH4)
Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak. Emisi metana juga berasal dari ternak dan praktik pertanian lainnya, penggunaan lahan, dan pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah. Meskipun konsentrasi metana di atmosfera lebih rendah daripada karbon dioksida, gas ini jauh lebih efektif dalam menangkap radiasi dan berkontribusi lebih banyak pada pemanasan global jika diukur berdasarkan beratnya.

Oksida Nitrat (N2O)
Oksida nitrat dilepaskan selama aktivitas pertanian, penggunaan lahan, industri, dan pembakaran bahan bakar. Sama seperti metana, meskipun konsentrasinya lebih rendah daripada karbon dioksida, oksida nitrat memiliki potensi pemanasan global yang tinggi.
Gas-Gas Fluorida
Hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), sulfur hexafluoride (SF6), dan nitrogen trifluoride (NF3) adalah contoh gas-gas fluorida. Gas-gas ini adalah gas rumah kaca sintetis yang kuat dan biasanya digunakan dalam berbagai aplikasi dan proses rumah tangga, komersial, dan industri. Meskipun jumlah emisi gas-gas fluorida lebih kecil dibandingkan gas rumah kaca lainnya, namun mereka memiliki potensi pemanasan global yang sangat tinggi karena daya serap panas yang kuat.
Dampak Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perubahan Iklim
Pengaruh dari setiap gas rumah kaca terhadap perubahan iklim tergantung pada tiga faktor utama:
Konsentrasi Gas-Gas Rumah Kaca di Atmosfer Bumi
Kelimpahan atau konsentrasi adalah jumlah gas-gas rumah kaca tertentu di udara. Semakin tinggi emisi gas-gas rumah kaca, semakin tinggi konsentrasi gas-gas ini di atmosfer. Konsentrasi gas rumah kaca diukur dalam bagian per juta, bagian per miliar, dan bahkan bagian per triliun. Semakin tinggi konsentrasi, semakin besar dampaknya terhadap perubahan iklim.
Masa Bertahannya Gas-Gas Rumah Kaca di Atmosfer
Setiap gas rumah kaca memiliki waktu bertahan yang berbeda di atmosfer, mulai dari beberapa tahun hingga ribuan tahun. Semua gas ini tetap di atmosfer dalam waktu yang cukup lama sehingga memiliki efek yang luas dan terdistribusi merata di seluruh dunia, tanpa memandang sumber emisi.
Efek Gas Rumah Kaca pada Atmosfer
Setiap gas rumah kaca memiliki Global Warming Potential (GWP) yang dikembangkan untuk memungkinkan perbandingan dampak pemanasan global dari gas-gas yang berbeda. GWP adalah ukuran seberapa banyak energi yang akan diserap oleh emisi 1 ton gas selama periode waktu tertentu, biasanya 100 tahun, dibandingkan dengan emisi 1 ton karbon dioksida (CO2). Gas dengan GWP yang lebih tinggi menyerap lebih banyak energi per ton yang dipancarkan daripada gas dengan GWP yang lebih rendah, dan dengan demikian lebih berkontribusi pada pemanasan bumi.
Langkah Strategis Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah dengan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Banyak strategi untuk mengurangi emisi CO2 dari energi bersifat menyeluruh dan berlaku untuk rumah, bisnis, industri, dan transportasi.
Beberapa contoh strategi pengurangan emisi CO2 meliputi:
Efisiensi Energi
Meningkatkan isolasi bangunan, menggunakan kendaraan yang lebih hemat bahan bakar, dan menggunakan peralatan listrik yang lebih efisien adalah beberapa cara untuk mengurangi konsumsi energi dan dengan demikian emisi CO2.
Beralih Bahan Bakar Energi
Menggunakan bahan bakar energi dari sumber-sumber terbarukan dan menggunakan bahan bakar dengan kandungan karbon yang lebih rendah adalah cara untuk mengurangi emisi karbon. Bahan bakar biodiesel sawit merupakan salah satu solusi terbaik yang dimiliki masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia.

Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS)
Penangkapan dan penyimpanan karbon adalah serangkaian teknologi yang dapat secara potensial sangat mengurangi emisi CO2 dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas, proses industri, dan sumber-sumber stasioner CO2 lainnya. Misalnya, proyek CCS dapat menangkap CO2 dari cerobong asap pabrik batu bara sebelum masuk ke atmosfer, mengangkut CO2 melalui pipa, dan menyuntikkan CO2 ke dalam lapisan bumi yang dipilih dengan hati-hati dan cocok, seperti lahan minyak yang ditinggalkan di dekatnya, di mana gas ini disimpan dengan aman.
Mengurangi Emisi Metana dan Oksida Nitrat
Untuk mengurangi emisi metana dan oksida nitrat, beberapa langkah dapat diambil berdasarkan beberapa sektor:
Pertanian
Mempraktikkan pertanian berkelanjutan dan mengadopsi teknologi yang lebih efisien dapat membantu mengurangi emisi metana dan oksida nitrat dari peternakan dan praktik pertanian lainnya. Salah satu contoh pertanian yang berhasil melakukan praktik ini adalah industri kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit merupakan tanaman nabati yang memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan semua jenis tanaman minyak nabati.
Industri
Upaya untuk mengurangi emisi metana dari industri dapat melibatkan peningkatan teknologi kontrol polusi dan peralatan yang lebih baik.