![11a. Sawit Inklusif scaled Perkebunan Sawit Inklusif [Infografis 2024] 11a. Sawit Inklusif scaled](https://palmoilina.asia/wp-content/uploads/2024/05/11a.-Sawit-Inklusif-scaled.webp)
Sejak tahun 1980-an, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, baik dalam konteks pembangunan pertanian maupun pengembangan wilayah melalui program transmigrasi yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia, bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah pedesaan. Pengembangan kebun sawit di Indonesia difokuskan pada wilayah pedesaan (ruralisasi) memberikan dorongan signifikan (big push) bagi ekonomi pedesaan.
Perkebunan Sawit Inklusif Mengembangkan Kegiatan Ekonomi Non Sawit
Pertumbuhan perkebunan sawit di kawasan pedesaan tersebut juga menarik tumbuh berkembangnya kegiatan ekonomi yang menyediakan agroinput, jasa, dan kebutuhan masyarakat yang bekerja di perkebunan sawit (Rifin, 2011; PASPI, 2023). Berbagai usaha perdagangan agroinput (pupuk, pestisida, alat-alat perkebunan), jasa transportasi TBS/CPO, jasa perbankan, kegiatan perdagangan sembako dan peralatan rumah tangga, jasa kuliner (warung makan, restauran), berkembang pesat di kawasan pedesaan seiring dengan perkembangan perkebunan sawit di kawasan tersebut. Perkembangan perkebunan sawit beserta kegiatan ekonomi terkait dengan perkebunan sawit tersebut menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan pedesaan.
Transaksi Sawit dengan Masyarakat Desa yang Sangat Besar
Selain menggerakkan roda perekonomian di daerah pedesaan, perkebunan sawit juga memiliki potensi untuk menarik sektor ekonomi pedesaan dan perkotaan. Menurut data BPS (2022), nilai transaksi antara masyarakat perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat pedesaan mencapai sekitar Rp 153 triliun per tahun. Angka tersebut mencakup nilai transaksi sebesar Rp 98 triliun per tahun dengan petani tanaman pangan, Rp 28 triliun per tahun dengan peternak, dan Rp 27 triliun per tahun dengan masyarakat perikanan atau nelayan.
Sawit Sebagai Lokomotif Ekonomi Desa dan Kota
Peranan perkebunan sawit dalam penurunan kemiskinan di Indonesia juga telah banyak ditunjukkan berbagai studi empiris. Goenadi (2008) mengungkapkan bahwa lebih dari 6 juta orang yang terlibat dalam perkebunan kelapa sawit Indonesia keluar dari kemiskinan. Senada dengan studi tersebut, Edwards (2019) juga memperkirakan bahwa sekitar 2.6 juta masyarakat Indonesia terangkat dari kemiskinan. Riset Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2019) juga mengungkapkan sekitar 1.3 juta penduduk pedesaan dan 10 juta penduduk Indonesia berhasil keluar dari kemiskinan melalui pertumbuhan industri sawit sejak tahun 2000.