TLDR
Industri Sawit Indonesia memiliki peran strategis dalam pengendalian emisi gas rumah kaca (GRK) global melalui tiga jalur utama. Pertama, perkebunan sawit berfungsi sebagai carbon sink yang mampu menyerap CO₂ dari atmosfer Bumi hingga 1.086 juta ton CO₂ per tahun pada 2025. Kedua, adopsi teknologi dan praktik tata kelola yang baik seperti methane capture, Good Agricultural Practices (GAP), dan penggunaan biofertilizer dapat menurunkan emisi dari proses produksi minyak sawit secara signifikan. Ketiga, pemanfaatan bioenergi dan biomaterial sawit sebagai substitusi energi fosil telah berkontribusi terhadap pengurangan emisi hingga 41,46 juta ton CO₂ eq pada tahun 2025. Artikel ini menguraikan bagaimana Industri Sawit Indonesia dapat menjadi bagian penting dari solusi global dalam mitigasi perubahan iklim melalui mekanisme penyerapan karbon, penurunan emisi produksi, dan substitusi energi fosil.
Industri Sawit Indonesia memiliki posisi strategis dalam upaya global mengendalikan emisi gas rumah kaca (GRK) yang terus meningkat. Data terkini dari World Meteorological Organization (2025) menunjukkan bahwa konsentrasi gas karbon dioksida (CO₂) di atmosfer Bumi pada tahun 2024 telah mencapai rekor tertinggi yakni 423,9 ppm. Konsentrasi gas CO₂ tersebut meningkat sekitar 3,5 ppm dari tahun 2023, menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi gas CO₂ di atmosfer Bumi masih tetap berlanjut sejak era pra-industri.
Menurut PASPI (2023), konsentrasi CO₂ pada atmosfer Bumi telah meningkat dari 280 ppmv (part per million volume) pada 1800-an menjadi 353 ppmv pada tahun 1990 dan terus meningkat mencapai 407 ppmv pada tahun 2018 (IEA, 2013, 2016, 2019). Peningkatan konsentrasi CO₂ di atmosfer Bumi sangat berkaitan erat dengan terjadinya perubahan iklim global (global climate change) dan pemanasan global (global warming), mengingat emisi CO₂ mendominasi emisi GRK (Olivier et al., 2022).
Berbagai studi empiris (IEA, 2016; Olivier et al., 2022) mengungkapkan bahwa sektor energi fosil merupakan kontributor utama emisi GRK global. Dari sekitar 58,8 Gt CO₂ eq emisi GRK global, sekitar 73 persen disumbang dari energi fosil (PASPI, 2023). Sama halnya dengan di level global, energi fosil juga menjadi kontributor emisi GRK terbesar di Indonesia. Dari total emisi nasional sebesar 1,34 Gt CO₂ eq tahun 2010, sektor energi menyumbang sekitar 34 persen (Pemerintah Republik Indonesia, 2016).
Untuk mencegah kerusakan ekosistem planet Bumi lebih lanjut, semua negara, sektor, industri, perusahaan, rumah tangga, dan individu perlu mengambil bagian untuk mengendalikan konsentrasi emisi GRK. Dua hal yang harus dilakukan secara simultan yakni mencegah peningkatan emisi GRK ke atmosfer Bumi dan mengurangi konsentrasi GRK di atmosfer Bumi. Artikel ini mendiskusikan kontribusi Industri Sawit Indonesia dalam berperan secara simultan mengurangi konsentrasi GRK atmosfer Bumi dan sekaligus mengurangi emisi GRK ke atmosfer Bumi.
Daftar Isi
Perkebunan Sawit sebagai Carbon Sink
Secara alamiah, proses fotosintesis pada perkebunan sawit merupakan proses pemanenan energi surya dengan menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer Bumi dan kemudian menyimpannya dalam biomassa tanaman sawit. Melalui proses fotosintesis, energi matahari dan karbon dioksida diubah menjadi minyak sawit, biomassa, dan sebagian disimpan dalam bentuk karbon stok organik lahan.
Berdasarkan studi Henson (1999) dan Murphy (2024), perkebunan sawit menyerap CO₂ melalui fotosintesis dari atmosfer Bumi sebesar 161 ton CO₂ per hektar per tahun dan menggunakan kembali (respirasi) sebesar 96,5 ton CO₂ per hektar, sehingga net carbon sink kebun sawit sebesar 64,5 ton CO₂ per hektar per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan sawit berpotensi menjadi Net Carbon Sink (NCS) karena dapat mengurangi konsentrasi CO₂ dari atmosfer Bumi (PASPI Monitor, 2023).
Tabel 1. Neraca Karbon pada Fotosintesis, Respirasi, dan Carbon Sink pada Perkebunan Sawit
| Indikator | Kebun Sawit | Hutan Tropis |
|---|---|---|
| Asimilasi kotor (ton CO₂/ha/tahun) | 161,0 | 163,5 |
| Total respirasi (ton CO₂/ha/tahun) | 96,5 | 121,1 |
| Asimilasi netto (ton CO₂/ha/tahun) | 64,5 | 42,4 |
| Produksi oksigen (ton O₂/ha/tahun) | 18,70 | 7,09 |
Sumber: Henson (1999); Murphy (2024)
Kemampuan carbon sink pada perkebunan sawit bahkan dapat lebih besar dibandingkan dengan hutan (PASPI Monitor, 2023). Temuan serupa ditunjukkan pada studi Uning et al. (2020) yang mengungkapkan bahwa sawit menyerap emisi sebesar 64 ton CO₂ per hektar per tahun atau lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan hutan yang hanya sebesar 32 ton CO₂ per hektar per tahun. Studi Santosa et al. (2023) juga mengungkapkan kemampuan penyerapan karbon dioksida pada tanaman sawit (51,9 Mg CO₂ eq per hektar per tahun) lebih tinggi dibandingkan hutan (51,1 Mg CO₂ eq/hektar/tahun). Hal ini dapat dipahami mengingat hutan tropis dipenuhi tumbuhan yang sudah dewasa, dimana laju fotosintesis telah mendekati sama dengan laju respirasi (Soemarwoto, 1992).
Dengan asumsi net carbon sink kebun sawit sebesar 64,5 ton CO₂ per hektar per tahun, kebun sawit Indonesia mampu mengurangi konsentrasi karbon dioksida di atmosfer Bumi. Volume CO₂ di atmosfer Bumi yang diserap perkebunan sawit tergantung pada luas areal. Dengan luas kebun sawit Indonesia pada tahun 1980 sebesar 294,5 ribu hektar, volume CO₂ yang diserap sebesar 19 juta ton CO₂ per tahun. Seiring dengan peningkatan luas kebun sawit Indonesia menjadi 16,8 juta hektar tahun 2025, maka volume CO₂ yang diserap juga mengalami peningkatan menjadi 1.086 juta ton CO₂ per tahun.
Perkebunan sawit juga berperan dalam penyimpanan karbon melalui proses biosquestrasi. Karbon yang diserap kebun sawit diubah menjadi stok karbon organik (PASPI, 2023). Studi Chan (2002) menghitung besarnya biomassa dan stok karbon (above ground biomass) hasil carbon sequestration pada perkebunan sawit yakni berkisar 5,8 ton per hektar (pada tanaman belum menghasilkan) hingga 45,3 ton per hektar (pada umur tanaman 20-24 tahun) atau rata-rata sebesar 30 ton karbon per hektar.
Studi Kusumawati et al. (2021) menemukan bahwa perkebunan sawit berumur satu tahun mengandung karbon stok sebesar 43,5 ton per hektar dan perkebunan sawit yang berumur 28 tahun memiliki karbon stok sebesar 74,7 ton per hektar. Studi Khasanah (2019) juga mengungkapkan bahwa rata-rata stok karbon pada biomassa di atas tanah pada perkebunan sawit Indonesia mencapai 40 ton per hektar. Berbagai studi tersebut menunjukkan besarnya potensi karbon stok pada perkebunan sawit yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Penurunan Emisi dari Produksi Minyak Sawit
Meskipun perkebunan sawit memiliki kemampuan carbon sink dan carbon stock, proses produksi minyak sawit juga menghasilkan emisi (PASPI Monitor, 2023). Menurut studi Mathews dan Ardiyanto (2015), kontribusi emisi terbesar pada tahap proses produksi kebun sawit hingga ke CPO Mill bersumber dari POME (62 persen), pupuk (31,5 persen), dan penggunaan energi fosil (5,1 persen).
Perbaikan teknologi dan manajemen pada perkebunan sawit dan PKS menjadi area penting untuk menurunkan emisi dari produksi minyak sawit (PASPI, 2023). Kombinasi adopsi kultur teknis sesuai Good Agricultural Practices (GAP), penggunaan teknologi methane capture, dan pemanfaatan bioenergi berbasis biomassa dapat menurunkan emisi GRK pada produksi minyak sawit (Seng et al., 2021; Vincenza, 2021).
Teknologi Pengolahan POME
Air limbah POME dengan kolam terbuka, dimana gas metana dan gas rumah kaca lainnya terlepas langsung ke atmosfer, merupakan sumber emisi terbesar di PKS. Oleh karena itu, pengolahan POME menjadi strategi penting untuk menurunkan emisi pada produksi minyak sawit. Salah satu teknologi pengolahan POME adalah dengan adopsi teknologi methane capture, dimana teknologi tersebut mampu menangkap emisi metana (CH₄) dan mengolahnya menjadi biogas/biomethane.
Aplikasi teknologi methane capture untuk pengolahan POME dapat menurunkan emisi GRK sangat signifikan mencapai 66 hingga 90 persen (Mathews dan Ardiyanto, 2015; Nisa dan Wijayanti, 2023). Saat ini sebagian kebun sawit telah mengadopsi teknologi methane capture sehingga perlu lebih diperluas ke depan.
Untuk mendorong perluasan pengolahan POME, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP/BPDPKS) melalui Grant Riset Sawit (GRS) menghasilkan berbagai riset inovasi. Riset inovasi tersebut mengembangkan teknologi pengolahan POME menjadi biogas/biometana sebagai sumber bahan bakar mesin maupun alat transportasi sekitar perkebunan dan PKS. Inovasi teknologi pengolahan POME menjadi biogas yang dihasilkan oleh program GRS antara lain teknologi Anaerobic Fluidized Reactor (Budhijanto et al., 2015; 2018) dan teknologi pemurnian biogas (Raksajati et al., 2020; 2021).
Riset inovasi GRS terbaru juga tersedia untuk memperbaiki proses produksi dan mutu biogas berbasis POME agar semakin ekonomis dan ramah lingkungan. Beberapa inovasi yang dimaksud seperti pengembangan material membran untuk pemisahan CO₂ dari biogas POME sehingga dapat menghasilkan biogas yang lebih berkualitas dengan nilai kalor yang lebih tinggi (Gunawan et al., 2022; 2023). Riset Irvan et al. (2022; 2023) juga mengembangkan biogas yang lebih berkualitas dan produk lain (biometana dan asam format) yang dapat dimanfaatkan oleh industri lain.
Inovasi Teknologi Pupuk
Inovasi teknologi pupuk dapat menurunkan emisi pupuk sekaligus meningkatkan produktivitas minyak. Inovasi teknologi Controlled Release Fertilizer dapat menurunkan emisi pupuk hingga 50 persen (Sikora et al., 2020; IFA, 2022). Demikian juga, substitusi pupuk anorganik dengan biofertilizer dapat menurunkan emisi GRK dari pupuk tanpa mempengaruhi produktivitas tanaman (Sun et al., 2021; Hidayat et al., 2023).
Penggunaan varietas unggul (replanting), pemanfaatan biochar berbasis biomassa sawit, substitusi energi fosil dengan biofuel sawit, dan optimasi lokasi PKS dan hilirisasi di kawasan pedesaan juga dapat meminimumkan emisi di sektor hulu sawit (Sipayung, 2025).
Dengan perbaikan teknologi dan manajemen tersebut, emisi GRK yang dihasilkan dari proses produksi minyak sawit akan makin menurun secara signifikan. Jika digabungkan dengan net carbon sink hasil fotosintesis pada kebun sawit, akan menghasilkan net carbon sink yang lebih besar. Dengan pencapaian tersebut, perkebunan sawit berpotensi dapat berpartisipasi dalam perdagangan karbon.
Pemanfaatan Produk Sawit untuk Substitusi Energi Fosil
Minyak sawit dan biomassa yang dihasilkan dari kebun sawit selanjutnya diolah oleh industri hilir sawit untuk menghasilkan berbagai produk, diantaranya produk oleokimia dan turunannya (oleochemical complex) dan bioenergi/biofuel (biofuel/bioenergy complex). Penggunaan bioenergi/biofuel dan biomaterial sawit yang relatif hemat karbon dapat mengganti energi fosil dan material berbasis fosil untuk mengurangi emisi GRK dari penggunaan produk berbasis energi fosil.
Program Mandatori Biodiesel
Diantara produk biofuel/bioenergi berbasis sawit yang potensial menjadi substitut energi fosil, biodiesel sawit menjadi salah satu produk yang sudah digunakan secara meluas di Indonesia. Penggunaan biodiesel sawit telah terbukti berkontribusi dalam penurunan emisi. Biodiesel merupakan pengganti solar fosil yang dapat menghemat emisi antara 30-70 persen (Mathews dan Ardiyanto, 2015).
Pengalaman Indonesia dengan implementasi program mandatori biodiesel sawit (Bxx) telah berhasil menghemat emisi yang lebih besar. Dengan peningkatan intensitas program mandatori biodiesel yakni dari B5 ke B40, berdampak pada penghematan emisi GRK Indonesia yang meningkat signifikan dari hanya sekitar 2,4 juta ton CO₂ eq tahun 2015 menjadi 35,58 juta ton CO₂ eq tahun 2024. Dan diperkirakan penghematan emisi GRK mengalami peningkatan menjadi 41,46 juta ton CO₂ eq tahun 2025 (PASPI Monitor, 2025).
Penghematan emisi GRK akibat mandatori B40 tersebut mampu menyumbang 48 persen dari realisasi penurunan emisi dari sektor energi baru dan terbarukan sebesar 74,73 juta ton CO₂ eq pada tahun 2024 (ESDM, 2025).
Diversifikasi Produk Bioenergi
Pengurangan emisi sektor energi ke depan masih sangat potensial seiring dengan pengembangan jalur hilirisasi biofuel/bioenergi sawit. Pengembangan dan pemanfaatan bensin sawit (green gasoline) untuk mensubstitusi bensin fosil dan avtur berbasis minyak sawit atau produk turunan sawit (Sustainable Aviation Fuel/SAF) untuk mensubstitusi avtur fosil (PASPI Monitor, 2025) berpotensi menurunkan emisi GRK lebih besar.
Pengembangan dan pemanfaatan bioenergi/biofuel berbasis biomassa sawit untuk substitusi energi fosil akan semakin berkontribusi lebih besar dalam penurunan emisi GRK di atmosfer Bumi. Untuk memperbesar dan memperluas skala penggunaan biofuel/bioenergi berbasis biomassa sawit, BPDP(KS) melalui program GRS telah mengakomodir berbagai riset inovasi.
Riset inovasi pemanfaatan cangkang sawit menjadi biocoal (Karelius et al., 2020) dan tandan kosong kelapa sawit menjadi biopellet (Haryanto et al., 2020) untuk mensubstitusi batu bara telah dikembangkan. Inovasi bioenergi berbasis biomassa sawit juga dikembangkan dalam bentuk Bio-Crude Oil (BCO) dari pemanfaatan tandan kosong dan cangkang sawit (Bindar et al. 2015; 2018; 2019), Bio-Oil dari pemanfaatan pelepah sawit (Raksodewanto et al., 2015), dan bioethanol dari tandan kosong (Gozan et al., 2024). Riset Santoso (2018, 2019) juga memanfaatkan biomassa sawit untuk mensintesis dimetil eter (DME) sebagai alternatif substitusi parsial LPG.
Produk Oleokimia dan Biomaterial
Selain di sektor energi, produk turunan sawit melalui jalur hilirisasi oleochemical complex dan jalur hilirisasi biomass-biomaterial complex juga berpotensi menghasilkan produk yang dapat mensubstitusi produk petrokimia dan turunan yang boros emisi. Misalnya produk biosurfaktan (termasuk toiletries, kosmetik), biolubrikan, bioplastik merupakan alternatif pengganti yang relatif lebih ramah lingkungan, biodegradable, dan hemat emisi dibandingkan produk surfaktan, lubrikan, dan plastik berbasis petrokimia/fosil.
Implikasi Kebijakan dan Peluang Perdagangan Karbon
Kemampuan Industri Sawit Indonesia dalam menyerap karbon dan mengurangi emisi memiliki implikasi penting terhadap kebijakan iklim nasional dan global. Indonesia telah menetapkan target dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dan Net Zero Emission (NZE) yang memerlukan kontribusi dari berbagai sektor, termasuk perkebunan sawit (PASPI Monitor, 2023).
Dengan total emisi nasional sebesar 1,34 Gt CO₂ eq tahun 2010 dan proyeksi peningkatan menjadi 2,86 Gt CO₂ eq pada tahun 2030 tanpa upaya signifikan (Pemerintah Republik Indonesia, 2016), peran Industri Sawit Indonesia menjadi semakin strategis. Kontribusi penyerapan karbon sebesar 1.086 juta ton CO₂ per tahun dan pengurangan emisi melalui substitusi energi fosil sebesar 41,46 juta ton CO₂ eq tahun 2025 menunjukkan potensi besar industri sawit dalam mencapai target NDC dan NZE Indonesia.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berperan penting dalam mendukung transformasi ini melalui program Grant Riset Sawit (GRS) yang menghasilkan berbagai inovasi teknologi untuk menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi produksi. Dukungan kebijakan, insentif, dan skema pembiayaan yang tepat akan mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor perkebunan sawit.
Potensi carbon sink perkebunan sawit juga membuka peluang partisipasi dalam skema perdagangan karbon global. Dengan perbaikan teknologi dan manajemen yang menurunkan emisi produksi menuju nol, perkebunan sawit dapat menjadi net carbon sink yang lebih besar dan memiliki nilai ekonomi tambahan melalui kredit karbon. Namun, hal ini memerlukan sistem verifikasi dan sertifikasi karbon yang kredibel serta pengakuan internasional terhadap kontribusi perkebunan sawit dalam mitigasi perubahan iklim.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meskipun Industri Sawit Indonesia memiliki potensi besar dalam pengendalian emisi GRK, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, adopsi teknologi ramah lingkungan seperti methane capture dan Controlled Release Fertilizer memerlukan investasi awal yang cukup besar. Banyak petani sawit skala kecil menghadapi kendala finansial untuk mengadopsi teknologi ini.
Kedua, verifikasi dan sertifikasi carbon sink memerlukan metodologi yang standar dan kredibel. Sistem monitoring, reporting, dan verification (MRV) yang akurat diperlukan untuk memastikan klaim penyerapan karbon dapat dipertanggungjawabkan dan diakui dalam skema perdagangan karbon internasional.
Ketiga, perlu peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola teknologi baru dan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Program pelatihan dan pendampingan teknis kepada petani dan pengelola perkebunan menjadi kunci keberhasilan implementasi teknologi ramah lingkungan.
Di sisi lain, terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan. Pertama, pengembangan pasar bioenergi dan biomaterial sawit terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya transisi energi. Permintaan terhadap biodiesel, Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan produk berbasis sawit lainnya diperkirakan akan terus meningkat.
Kedua, kolaborasi riset lintas sektor antara pemerintah, industri, dan lembaga penelitian dapat mempercepat inovasi teknologi dan menurunkan biaya implementasi. Program GRS yang telah berjalan dapat diperluas cakupannya untuk menjangkau lebih banyak aspek dalam rantai nilai industri sawit.
Ketiga, peluang ekspor produk bioenergi sawit ke negara-negara yang memiliki target penurunan emisi ambisius dapat menjadi sumber devisa baru bagi Indonesia. Dengan kualitas dan standar yang tepat, produk bioenergi Indonesia dapat bersaing di pasar global.
Kesimpulan
Pemanasan global dan perubahan iklim dunia disebabkan akibat peningkatan emisi GRK di atmosfer Bumi. Untuk mencegah kerusakan ekosistem planet Bumi lebih lanjut, semua negara, sektor, industri, perusahaan, rumah tangga, dan individu perlu mengambil bagian untuk mengendalikan konsentrasi emisi GRK tersebut.
Industri Sawit Indonesia dapat menjadi bagian penting dalam pengendalian emisi GRK global melalui tiga jalur utama. Pertama, perkebunan sawit memiliki kemampuan menyerap CO₂ (carbon sink) di atmosfer Bumi yakni dari 19 juta ton CO₂ per tahun menjadi 1.086 juta ton CO₂ per tahun selama periode 1980-2025. Pengurangan konsentrasi emisi CO₂ tersebut masih potensial dilakukan dengan peningkatan produktivitas kebun sawit maupun perluasan kebun sawit.
Kedua, perbaikan tata kelola dan manajemen kebun dan PKS untuk mengurangi emisi GRK ke atmosfer Bumi. Perbaikan tata kelola yang dimaksud seperti adopsi Good Agricultural Practices (GAP), penggunaan teknologi pengelolaan POME (methane capture dan lainnya), serta penggunaan bioenergi dan biofertilizer berbasis biomassa sawit dapat menurunkan emisi GRK dari produksi minyak sawit.
Ketiga, penggunaan bioenergi/biofuel dan biomaterial sawit yang rendah karbon untuk mengganti energi fosil dan material berbasis fosil dapat mengurangi emisi GRK ke atmosfer Bumi. Pengurangan emisi melalui jalur ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan atau perluasan penggunaan bioenergi/biofuel dan biomaterial sawit sebagai substitut produk berbasis energi fosil.
Untuk memaksimalkan kontribusi Industri Sawit Indonesia dalam pengendalian emisi GRK global, diperlukan dukungan kebijakan yang tepat, investasi dalam riset dan pengembangan teknologi, serta kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga penelitian. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, Industri Sawit Indonesia dapat menjadi model bagi sektor pertanian lainnya dalam berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim global.
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam penyusunan artikel jurnal ini.
Daftar Pustaka
- Ariyanto T, Cahyono RB, Prasetyo I, Prasetya A. 2020. Karbon Nanopori (Nanoporous Carbon) dari Biomassa Kelapa Sawit untuk Pemurnian Biogas. Grant Riset Sawit 2020: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Bindar Y, Rasrendra CB, Irawan A. 2015. Pengembangan Teknologi Produksi Minyak Mentah Nabati Pirolisis (Bio-Crude Oil) Berbahan Baku Biomassa Tandan Kosong dan Pelepah Sawit. Grant Riset Sawit 2015: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Bindar Y, Zunita M, Irawan A. 2018. Pengembangan Teknologi Produksi Minyak Mentah Pirolisis Biomassa (Bio-Crude Oil), Bioa-Char, dan Bio-Pyrolysis Gas Berbahan Baku Limbah Biomassa Sawit. Grant Riset Sawit 2019. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Bindar Y, Zunita M, Irawan A. 2019. Pengembangan Teknologi Produksi Minyak Mentah Nabati Pirolisis (Bio-Crude Oil) Berbahan Baku Limbah Biomassa Sawit. Grant Riset Sawit 2019: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Chan CK. 2002. Oil Palm Carbon Sequestration and Carbon Accounting: Our Global Strength. Presented at MPOA Seminar 2002: R&D for competitive edge in the Malaysian oil palm industry. Kuala Lumpur: Malaysian Palm Oil Association (MPOA).
- Ditjenbun Kementerian Pertanian RI. 2024. Buku Statistik Perkebunan 2023-2025 Jilid 1. https://share.google/r2LXho8hTdUV9Xgvu
- [ESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia. 2025. Arah dan Kebijakan Bioenergi untuk Ketahanan Energi Menyongsong Indonesia Emas 2045. Materi Paparan pada Seminar Peluang dan Tantangan Industri Bioenergi Menyongsong Indonesia Emas 2045 yang diselenggarakan APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia) pada tanggal 17 Juli 2025 di Jakarta.
- Gozan M, et.al. 2023. Pengembangan Distilasi dan Ekstraksi Furfural Berbasis Hidrolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit pada Skala Pilot. Grant Riset Sawit 2023: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Gozan M, Muryanto, Sudiyani Y, Darmawan MA. 2024. Delignifikasi dan Produksi Furfural secara Simultan pada Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Pelarut Eutektik Terner Baru. Grant Riset Sawit 2024: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Gunawan T, Widiastuti N, Fansuri H, Prasetyoko D, Nurherdiana SD. 2022. Pengembangan Mixed Matrix Membrane Berbasis Karbon Tertemplat Zeolit (KTZ) untuk Proses Pemisahan CO2 dari Biogas Palm Oil Mill Effluent (POME). Grant Riset Sawit 2022: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Gunawan T, Widiastuti N, Fansuri H, Prasetyoko D, Nurherdiana SD. 2023. Pengembangan Mixed MatrixMembrane Berbasis Karbon Tertemplat Zeolit (KTZ) untuk Proses Pemisahan CO2 dari Biogas Palm Oil Mill Effluent (POME). Grant Riset Sawit 2023: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Haryanto A, Triyono DA, Iryani W, Hidayat M, Telaumbanua, Amrul. 2020. Black Pellet Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Proses Gasifikasi: Peningkatan Mutu
- Biomassa Melalui Torefaksi Comb (Counter Flow Multi Baffle) Pyrolyzer. Grant Riset Sawit 2020: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Henson I. 1999. Comparative Ecophysiology of Palm Oil and Tropical Rainforest. Oil Palm and Environment: A Malaysian Perspective. Kuala Lumpur (MY): Malaysian Oil Palm Brower Council.
- Hidayat F, Yudhistira, Sapalina F, Pane RDP, Listia E, Amalia R, Winarna. 2023. Aplikasi Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 31(2): 96-107.
- [IEA] International Energy Agency. 2013. Emission from Fuel Combustion. https://doi.org/10.1787/co2_fuel-2013-en
- [IEA] International Energy Agency. 2016. Emission from Fuel Combustion. https://doi.org/10.1787/co2_fuel-2016-en
- [IEA] International Energy Agency. 2019. Emission from Fuel Combustion. https://iea.blob.core.windows.net/assets/eb3b2e8d-28e0-47fd-a8ba-160f7ed42bc3/CO2_Emissions_from_Fuel_Combustion_2019_Highlights.pdf
- [IFA] International Fertilizer Association. 2022. Reducing Emissions From Fertilizer Use. https://www.fertilizer.org/key-priorities/fertilizer-use/emissions-reduction/#:~:text=In%20September%202022%2C%20IFA%20released,2%2C%20is%20the%20main%20objective
- [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge (UK): Cambridge University Press. https://www.ipcc.ch/site/assets/uploads/2018/02/ar4-wg1-frontmatter-1.pdf
- Karelius, Nyahu, Dirgantara M. 2020. Kombinasi Densifikasi-Torefaksi untuk Meningkatkan Nilai Kalori Cangkang Sawit sebagai Bahan Bakar Alternatif. Grant Riset Sawit 2020: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Khasanah NM, V Noordwijk, H Ningsih, S Rahayu. 2019. Carbon Neutral? No Change in Mineral Soil Carbon Stock Under Oil Palm Plantations Derived from Forest or Non-Forest in Indonesia. Agriculture, Ecosystems and Environment. 211: 195–206.
- Kusumawati SA, Yahya S, Hariyadi, Mulatsih S, Istina IN. 2021. The Dynamic of Carbon Dioxide (CO2) Emission and Land Coverage on Intercropping System on Oil Palm Replanting Area. Journal of Oil Palm Research. 33(2): 267-277.
- Mathews J, Ardiyanto A. 2015. Estimation Of Greenhouse Gas Emissions for Palm Oil Biodiesel Production: A Review And Case Study Within The Council Directives 2009/28/Ec Of The European Parliament. Journal of Oil Palm, Environment & Health. 6:25-41. https://www.jopeh.com.my/index.php/jopecommon/article/view/95/128
- Murphy DJ. 2024. Carbon Sequestration by Tropical Trees and Crops: A Case Study of Oil Palm. Agriculture. 14(7): 1133. https://doi.org/10.3390/agriculture14071133
- Nisa JK, Wijayanti P. 2023. Methane Emissions Reduction from Palm Oil Mill Effluent through a Biogas Plant (Case Study: Tungkal Ulu Biogas Plant, Jambi). Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 11(1). https://doi.org/10.14710/jwl.11.1.%p
- Olivier JGJ, Schure KM, Peters JAHW. 2022. Trends in Global CO2 and Total Greenhouse Gas Emissions: 2021 Summary Report. https://www.pbl.nl/sites/default/files/downloads/pbl-2022-trends-in-global-co2-and_total-greenhouse-gas-emissions-2021-summary-report_4758.pdf
- [PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. 2023. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global. Edisi Keempat. Bogor (ID): PASPI.
- PASPI Monitor. 2021. Palm Oil Industry Will Become A Net Carbon Sink. Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(47): 575-580
- PASPI Monitor. 2023a. COP-28 Dubai Summit, Emisi Energi Fosil, dan Bioenergi Sawit. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(14): 833-840. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/emisi-energi-fosil-bioenergi/
- PASPI Monitor. 2023b. Keunggulan Perkebunan Sawit dalam Carbon Sink dan Produk Minyak Hemat Emisi. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(15): 841-848. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/sawit-dalam-carbon-sink/
- PASPI Monitor. 2023c. Carbon Trading dan Potensi Perkebunan Sawit Indonesia. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(10): 807-814. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/carbon-trading-sawit/
- PASPI Monitor. 2023d. Kebijakan Nationally Determined Contribution (NDC) dan Net Zero Emissions (NZE) Indonesia serta Tiga Jalur Kontribusi Industri Sawit. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(2). https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/kebijakan-ndc-dan-nze/
- PASPI Monitor. 2023e. Peran Strategis Kebijakan Mandatori Biodiesel Sawit dalam Ekonomi Indonesia. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(3). https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/strategis-kebijakan-mandatori/
- PASPI Monitor. 2024a. Hilirisasi Sawit Domestik Jalur Biofuel Complex untuk Substitusi Impor Fossil Fuel. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(14). https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/jalur-biofuel-complex-sawit/
- PASPI Monitor. 2024b. Menikmati dan Menanggung Biaya Bersama Mandatori Biodiesel Domestik. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(20). https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/mandatori-biodiesel-evaluasi/
- PASPI Monitor. 2025a. Inovasi Diversifikasi Bioenergi Berbasis Sawit untuk Substitusi Energi Fosil. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 5(2): 9-20. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/bioenergi-berbasis-sawit/
- PASPI Monitor. 2025b. Keunggulan dan Inovasi Pemanfaatan Biomassa Sawit: Merubah ”Limbah” menjadi ”Emas”. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 5(3): 21-32. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/pemanfaatan-biomassa-sawit/
- PASPI Monitor. 2025c. Bioplastik Sawit sebagai Substitusi Petroplastik. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 5(4): 33-38. https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/bioplastik-sawit-petroplastik/
- PASPI Monitor. 2025d. Pengembangan SAF Sawit Untuk Langit yang Lebih Hijau. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 2(8). https://palmoilina.asia/jurnal-kelapa-sawit/jalur-biofuel-complex-sawit/
- PASPI Monitor. 2025e. Infografis – Multimanfaat Pengembangan Biodiesel Bagi Indonesia Tahun 2008 – 2024. https://palmoilina.asia/berita-sawit/multimanfaat-pengembangan-biodiesel/
- Pemerintah Republik Indonesia. 2016. First Nationally Determined Contribution. https://unfccc.int/sites/default/files/NDC/2022-06/First%20NDC%20Indonesia_submitted%20to%20UNFCCC%20Set_November%20%202016.pdf
- Raksodewanto A, KismantoA, Solikhah MD, Peryoga Y, Wijono A, Riza, Widjatmoko KS, Nurayadi AP, Sumbogo SD, Adiarso, Dwiratna B, Nasiri SJA. 2015. Pengembangan Industri Bahan Bakar Minyak Berbahan Baku Biomassa dari Perkebunan Kelapa Sawit. Grant Riset Sawit 2015: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Santoso H. 2018. Konversi Limbah Padat Sawit menjadi Metanol dan Dimetil-Eter Melalui Proses Gasifikasi. Grant Riset Sawit 2018: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
- Santoso H. 2019. Konversi Limbah Padat Sawit menjadi Metanol dan Dimetil-Eter Melalui Proses Gasifikasi. Grant Riset Sawit 2019: Ringkasan Penelitian. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
- Seng QK, J Tamahrajah. 2021. My Say: The Palm Oil Industry Can Be Net-Zero Carbon by 2040. Edge Malaysia Weekly. https://www.theedgemarkets.com/article/my-say-palm-oil-industry-can-be-netzero-carbon-2040
- Sikora J, Niemiec M, Szelag-Sikora A, Gródek-Szostak Z, Kubon M, Komorowska M. 2020. The Impact of a Controlled-Release Fertilizer on Greenhouse Gas Emissions and the Efficiency of the Production of Chinese Cabbage. Energies. 13(8): 2063. https://doi.org/10.3390/en13082063
- Sipayung T. 2025. Industri Sawit dalam Membangun Ekonomi Hijau. Materi Paparan pada Seminar 2ND Indonesia Palm Oil Research and Innovation Conference and Expo yang diselenggarakan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) pada tanggal 2 Oktober 2025 di Jakarta.
- Sun H, Zhang Y, Yang Y, Chen Y, Jeyakumar P, Shao Q, Zhou Y, Ma M, Zhu R, Qian Q, Fan Y, Xiang S, Zhai N, Li Y, Zhao Q, Wang H. Effect of Biofertilizer and Wheat Straw Biochar Application on Nitrous Oxide Emission and Ammonia Volatilization from Paddy Soil. Environmental Pollution. 15(275). https://doi.org/10.1016/j.envpol.2021.116640
- Vincenza M. 2021. The Environmental Impacts of Palm Oil and Main Alternative Oils. Euro- Mediterranean Centre on Climate Change (CMCC)
- World Meteorological Organization. 2025. Carbon Dioxide Levels Increase by Record Amount to New Highs in 2024. https://wmo.int/news/media-centre/carbon-dioxide-levels-increase-record-amount-new-highs-2024