Secara umum oleokimia (oleochemical) merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari lemak dan minyak, baik nabati maupun hewani. Oleokimia juga memiliki “nama” lain yakni bio-based chemical karena senyawa kimia tersebut dihasilkan dari makhluk hidup.
Oleokimia merupakan substitut dari senyawa kimia yang berasal dari turunan energi fosil yang populer yang disebut sebagai petrokimia. Oleokimia sebagai bio-based chemical memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan petrokimia. Oleokimia dapat diperbaharui (renewable), dapat terurai secara biologis (biodegradable), dan umumnya tidak mengandung logam berat yang bersifat toxic sehingga lebih ramah lingkungan. Sebaliknya, petrokimia tidak dapat diperbarui (non-renewable), umumnya tidak dapat terurai secara biologis (non-degradable), dan mengandung logam berat yang bersifat toxic sehingga dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Hilirisasi sawit domestik melalui jalur oleokimia kompleks menunjukkan kemajuan signifikan, dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku industri oleokimia domestik dan volume ekspor produk oleokimia yang terus meningkat, meskipun masih pada fase awal dan perlu didorong untuk menghasilkan produk jadi bernilai tambah tinggi dan mensubstitusi produk petrokimia impor.
Saat ini, perhatian masyarakat internasional terhadap berbagai isu lingkungan meningkat dengan pesat. Salah satu isu lingkungan yang cukup disoroti oleh masyarakat internasional berkaitan dengan polusi perairan akibat limbah plastik yang sulit terurai secara alami. Isu lingkungan tersebut telah mempengaruhi preferensi masyarakat internasional yang ditunjukkan dengan penurunan penggunaan/konsumsi produk plastik yang terbuat dari petrokimia (turunan energi fosil).
Perubahan preferensi konsumen tersebut juga turut mempengaruhi pelaku usaha/industri. Berbagai industri pengguna petrokimia (sebagai input produksinya) melakukan penggantian bahan baku dan beralih pada penggunaan oleokimia yang dinilai lebih ramah lingkungan. Peralihan penggunaan bahan baku tersebut akan membuat industri oleokimia berbasis sawit memiliki prospek besar di masa depan.
Industri oleokimia sawit yakni oleokimia yang menggunakan minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO dan Crude Palm Kernel Oil/CPKO) atau palm oil-based oleochemical. Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia juga memiliki potensi yang besar sebagai produsen oleokimia dan/atau produk berbasis oleokimia.
Di sisi lain, Indonesia juga tercatat sebagai importir produk petrokimia dengan tren volume impor yang menunjukkan kecenderungan peningkatan. Produk petrokimia yang diimpor oleh Indonesia mencakup bahan baku, produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finished product). Melalui hilirisasi sawit domestik pada jalur oleokimia (PASPI, 2023), Indonesia berpotensi menghasilkan oleokimia yang menjadi subsitut petrokimia.
Artikel ini akan mendiskusikan strategi dan kebijakan hilirisasi sawit jalur oleokimia kompleks di Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi terkait peluang oleokimia sawit sebagai industri substitusi impor petrokimia dan promosi ekspor bagi Indonesia.
JALUR OLEOKIMIA KOMPLEKS
Secara umum, oleokimia merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari lemak dan minyak, baik bersumber dari tumbuhan (nabati) maupun hewan. Karena dihasilkan dari makhluk hidup, oleokimia juga disebut sebagai bio-based chemical. Dari segi kedalaman hilirisasi, oleokimia dapat dibedakan atas oleokimia dasar (basic oleochemical), turunan oleokimia atau oleokimia antara (intermediate oleochemical), dan produk akhir yang menggunakan oleokimia (oleochemical-based product). Hilirisasi sawit jalur oleokimia kompleks yang sedang berlangsung di Indonesia disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Hilirisasi Sawit Jalur Oleofood Complex

Produk yang tergolong sebagai oleokimia dasar mencakup fatty acid, fatty alcohol, glycerol/gliserin, dan methyl ester. Sementara itu, produk yang tergolong sebagai produk oleokimia antara mencakup seluruh senyawa kimia yang dihasilkan dari pengolahan lanjutan oleokimia dasar seperti asam lemak etoksilat, fatty alkohol etoksilat, monoacylglycerol, soap noodle, dan lainnya. Sedangkan produk yang tergolong sebagai produk akhir oleokimia adalah produk akhir (finish product) yang dikonsumsi oleh konsumen akhir dan menggunakan intermediate oleochemical product sebagai bahan bakunya seperti personal care, cosmetics, coatings, adhesives, elastomers and sealants, surfactants, cleansing agents, emulsifiers, foam boosters, degreasers lubricants, grease and metalworking, dan pharmaceuticals and nutraceuticals, dan lain-lain (Midgley, 2017; Rapilus dan Achmad, 2010; Seng, 2018; Acme-Hardesty, 2021).
Hilirisasi sawit pada jalur oleokimia domestik dapat dilihat dari bagaimana perkembangan penggunaan minyak sawit (CPO, CPKO) pada industri oleokimia domestik. Dalam lima tahun terakhir (Gambar 2), volume minyak sawit yang digunakan industri oleokimia kompleks mengalami peningkatan cepat dari hanya sekitar satu juta ton pada tahun 2018 menjadi sekitar 2.3 juta ton tahun 2023.
Gambar 2. Perkembangan Penggunaan Minyak Sawit pada Industri Oleokimia Kompleks Domestik (Sumber: GAPKI, data diolah PASPI, 2024)

Selain untuk tujuan memenuhi kebutuhan domestik, hasil industri oleokimia juga ditujukan pada ekspor. Volume ekspor produk oleokimia kompleks meningkat setiap tahun (Gambar 3). Dalam periode tahun 2018-2023, volume ekspor meningkat dari 2.7 juta ton menjadi 4.6 juta ton.
Gambar 3. Perkembangan Volume Ekspor Produk Oleokimia Indonesia (Sumber: GAPKI, data diolah PASPI, 2024)

Peningkatan penggunaan minyak sawit pada industri oleokimia domestik dan peningkatan volume ekspor produk oleokimia tersebut menunjukkan bahwa hilirisasi sawit lewat jalur oleokimia kompleks berjalan makin intensif di dalam negeri. Keberhasilan hilirisasi sawit yang cukup signifikan ditunjukkan pada masa Pandemi Covid-19 tahun 2020, dimana terjadi peningkatan penggunaan minyak sawit domestik untuk oleokimia dan ekspor produk oleokimia yang cukup tinggi masing-masing sebesar 61 persen dan 20 persen dibandingkan periode sebelumnya. Di masa Pandemi Covid-19, industri domestik banyak menggunakan oleokimia sawit sebagai bahan baku untuk memproduksi produk toiletries (sabun, deterjen) dan higienitas (hand sanitizer, disinfektan) (PASPI Monitor, 2020b) untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor (PASPI Monitor, 2020a).
Strategi dan Kebijakan
Hilirisasi sawit domestik melalui jalur oleokimia kompleks secara teoritis (Sipayung, 2018; PASPI Monitor, 2024) dapat dilakukan dengan strategi Promosi Ekspor (PE) dan Substitusi Impor (SI). Strategi PE merupakan hilirisasi oleokimia kompleks untuk menghasilkan produk setengah jadi (PE-1) maupun produk jadi (PE-2) yang ditujukan untuk pasar ekspor. Kebijakan utama untuk mendukung strategi tersebut adalah pengenaan tarif pungutan ekspor (export levy) yang didesain sedemikian rupa sehingga semakin ke (produk) hilir tarif pungutan ekspornya semakin rendah (PASPI Monitor, 2023b).
Berdasarkan kode perdagangan internasional Harmonized System (HS) produk oleokimia yang diekspor Indonesia saat ini, tampaknya masih didominasi pada fase PE-1 yakni ekspor produk setengah jadi seperti produk oleokimia dasar dan baru sedikit yang sudah masuk fase PE-2 dengan mengekspor produk jadi seperti sabun dan deterjen.
Peluang untuk hilirisasi sawit lewat jalur oleokimia semakin prospektif di masa depan, khususnya sebagai substitusi produk petrokimia yang dinilai tidak sustainable, mengingat masih banyak dan luasnya industri yang menggunakan produk petrokimia. Senyawa kimia petrokimia dinilai terkait dengan sumber emisi GRK utama dunia pada industri hulunya yaitu energi fosil (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2023a), tidak dapat diperbaharui (non-renewable), sulit terurai secara alamiah (non-biodegradable), dan bersifat toxic (Patino, 2005; MPOC, 2021; Acme-Hardesty, 2021).
Di sisi lain, Indonesia masih mengimpor senyawa kimia berbasis petrokimia dengan volume yang cukup besar. Misalnya, volume impor produk dan bahan baku surfaktan berbasis petrokimia yang besar dan trennya menunjukkan peningkatan setiap tahun (Gambar 4).
Gambar 4. Volume Impor Produk Petrokimia yang Dapat Disubstitusi Oleokimia Sawit (Sumber: ITC Trademap, 2024)

Volume impor petrokimia terbesar adalah bahan baku dan produk plastik (petroplastik). Indonesia mengimpor petroplastik dari 934 ribu ton tahun 2001 meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 4.1 juta ton tahun 2022. Demikian juga volume impor produk plastik meningkat dari 108 ribu ton menjadi 1.09 juta ton pada periode yang sama. Meskipun relatif lebih sedikit dibandingkan impor petroplastik dan produk plastik, volume impor petrokimia dan produk surfaktan (berbasis petrokimia) juga menunjukkan tren peningkatan pada periode tersebut.
Impor petrokimia tersebut dapat menjadi peluang bagi industri oleokimia sawit domestik sebagai Substitusi Impor (SI). Dalam konteks industrialisasi sawit domestik, terdapat dua fase substitusi impor yang dapat dikembangkan industri oleokimia (Sipayung, 2018; PASPI Monitor, 2021; PASPI Monitor, 2024). Pengembangan produk antara oleokimia sebagai substitusi impor produk petrokimia antara (SI-1) dan untuk menghasilkan produk jadi oleokimia sebagai substitusi impor produk jadi petrokimia (SI-2).
Pengembangan produk oleokimia sebagai substitusi bahan baku dan/atau produk jadi berbasis petrokimia seperti petroplastik diganti dengan bioplastik atau petrokimia untuk surfaktan diganti oleh biosurfaktan. Substitusi impor yang demikian memberikan manfaat yang luas. Secara ekonomi, substitusi impor tersebut mampu menghemat devisa impor dan menciptakan nilai tambah domestik. Sementara itu, manfaat ekologis yang dihasilkan dari substitusi petrokimia oleh oleokimia adalah mengganti bahan/produk non-renewable, non-degradable, dan toxic menjadi produk yang lebih renewable, biodegradable, dan non-toxic.
Hilirisasi sawit domestik melalui jalur oleokimia juga tidak hanya sebagai substitusi impor saja, tetapi juga untuk promosi ekspor. Produksi oleokimia berbasis sawit untuk menghasilkan produk antara (intermediate product) dan produk jadi (finished product)sebagai komoditas ekspor. Strategi promosi ekspor ini merupakan cara industri oleokimia sawit untuk menyediakan pengganti petrokimia yang lebih renewable, biodegradable, dan non-toxic di pasar internasional. Dengan demikian, manfaat sosial, ekonomi dan ekologi yang dihasilkan oleh industri oleokimia berbasis sawit Indonesia juga dapat dinikmati masyarakat dunia.
Pengembangan industri oleokimia sawit baik untuk substitusi impor maupun promosi ekspor tersebut juga perlu dikombinasikan atau memanfaatkan bioteknologi (Abdelmoez dan Mustafa, 2014; Wang et al., 2020). Perpaduan industri oleokimia dengan bioteknologi akan melahirkan industri oleokimia yang lebih “hijau” dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Hilirisasi sawit domestik melalui jalur oleokimia kompleks menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini tercermin dari meningkatnya penggunaan minyak sawit untuk bahan baku industri oleokimia domestik dan peningkatan volume ekspor produk oleokimia dari tahun ke tahun.
Hilirisasi jalur oleokimia kompleks yang berlangsung umumnya menganut strategi promosi ekspor meskipun masih pada fase awal. Pendalaman industri oleokimia domestik perlu didorong untuk menghasilkan produk jadi bernilai tambah tinggi. Selain strategi promosi ekspor, strategi substitusi impor pada industri oleokimia domestik juga perlu dikembangkan ke depan untuk mensubstitusi produk petrokimia (produk setengah jadi dan produk jadi) impor yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Implikasi Kebijakan
Diperlukan dukungan kebijakan yang komprehensif untuk pengembangan hilirisasi sawit jalur oleokimia kompleks baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun pasar ekspor. Desain kebijakan pungutan ekspor yang telah diimplementasikan saat ini yakni tarif produk akhir (finished product) yang lebih rendah dibandingkan produk antara (intermediate product) maupun bahan baku (raw product) efektif menjadi insentif untuk mendorong hilirisasi sawit untuk ekspor sehingga perlu terus dipertahankan.
Di sisi lain, dibutuhkan juga kebijakan untuk mendorong pengembangan hilirisasi sawit jalur oleokimia kompleks untuk substitusi impor seperti kebijakan peningkatan tarif impor untuk produk petrokimia/petrofosil yang dapat disubstitusi oleh produk oleokimia sawit dan kebijakan insentif pajak (Tax Allowance, Tax Holiday, Superdeduction Tax). Dengan berbagai kebijakan tersebut dapat menjadi insentif untuk pengembangan industri oleokimia kompleks yang diharapkan dapat menciptakan multiplier effect yang lebih besar (pendapatan, penyerapan tenaga kerja, nilai tambah), meningkatkan devisa (promosi ekspor), dan penghematan devisa (substitusi impor).
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam penyusunan artikel diseminasi dan policy brief ini.
Daftar Pustaka
- Abdelmoez W, A Mustafa. 2014. Oleochemical Industry Future Through Biotechnology. Journal of Oleo Science. 63 (6): 545-554.
- Acme Hardesty. 2021. Importance of Oleochemicals and Trends in the Industry.
- Hambali E. 2021. Aspek Pasar Industri Oleokimia Sawit di Dalam dan Luar Negeri. Bogor: IPB Press dan Surfactant and Bioenergy Research Centre.
- ITC Trademap. 2023. Import Petroplastic and Derivatives and Petrochemicals and Surfactant Products by Indonesia. [internet].
- Midgley C. 2017. World Oleochemical Industry. PIPOC Kuala Lumpur: LMC International
- [MPOC] Malaysian Palm Oil Council. 2021. The Development and Prospect of Oleochemicals Industry in The US.
- [PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. 2023. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global. Edisi Keempat. Bogor (ID): PASPI.
- PASPI Monitor. 2020a. Produk Sawit Masih Menjadi Pahlawan Devisa Hingga Mampu Meningkatkan Surplus Neraca Perdagangan di Tengah Pandemi. Palm O’Journal: Analisis Isu Strategis Sawit. 1(25): 167-174.
- PASPI Monitor. 2020b. Produk Berbasis Sawit yang Mampu Menjadi Solusi di Masa Pandemi Covid-19. Palm O’Journal: Analisis Isu Strategis Sawit. 1(29): 199-204.
- PASPI Monitor. 2021. Oleokimia dalam Industri Hilir Sawit Indonesia. Palm O’Journal: Analisis Isu Strategis Sawit. 2(36): 501-506.
- PASPI Monitor. 2023a. Global Warming dan Solusi dari Industri Sawit. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(7): 783-789.
- PASPI Monitor. 2023b. Peranan Kebijakan Pungutan Ekspor Sawit dan BPDPKS dalam Industri Sawit Nasional. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(9).
- PASPI Monitor. 2024. Strategi dan Kebijakan Hilirisasi Sawit Domestik. Artikel Diseminasi dan Policy Brief. 1(13).
- Patino EL. 2005. Oleochemicals Vis -a-vis Petrochemicals.
- Rapillus W, S Ahmad. 2010. The Changing World of Oleochemicals. Palm Oil Development.
- Seng QK 2018. Four Decades in ASEAN: Process Engineering and Innovation in the Oleochemical Industry. Malaysia: Monash University.
- Sipayung T. 2018. Politik Ekonomi Perkelapasawitan. Bogor (ID): Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute.
- Wang L, L Chen, S Yang, X Tan. 2020. Photosynthetic Conversion of Carbon Dioxide to Oleochemicals by Cyanobacteria: Recent Advances and Future Perspectives. Review Frontiers in microbiology.