Resume
Minyak sawit termasuk dalam Top-3 minyak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat Amerika Utara (setelah minyak kedelai dan minyak rapeseed) dengan pangsa sekitar 15 persen. Untuk memenuhi konsumsi tersebut, kawasan tersebut memperoleh minyak sawit melalui produksi dan impor. Di sisi lain, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke kawasan Amerika Utara juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Melalui ekspor tersebut, Indonesia dapat membagi manfaat minyak sawit kepada masyarakat kawasan Amerika Utara yakni berupa minyak sawit yang ketersediaan volume yang besar (availability) dengan harga yang lebih terjangkau (affordable) serta relatif lebih sustainable (hemat lahan, hemat emisi, minim biodiversity loss, dan hemat air).
PENDAHULUAN
Kawasan Amerika Utara yakni USA, Kanada, dan Meksiko merupakan kawasan produsen sekaligus konsumen utama dua minyak nabati utama yakni minyak kedelai (USA) dan minyak rapeseed atau minyak kanola (Kanada, USA). Kedua minyak nabati utama dunia tersebut umumnya merupakan pesaing minyak sawit di pasar minyak nabati dunia.
Berbeda dengan kawasan negara-negara maju lainnya, kawasan Amerika Utara (mencakup USA dan Kanada) mengkonsumsi minyak sawit dengan tren yang cenderung meningkat seiring dengan peningkatan volume konsumsi minyak nabati di kawasan tersebut. Tampaknya minyak sawit, minyak kedelai, dan minyak rapeseed di kawasan Amerika Utara memiliki segmen penggunaan masing-masing.
Minyak sawit merupakan minyak nabati ketiga yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di kawasan Amerika Utara, setelah minyak kedelai dan minyak rapeseed. Minyak kedelai yang banyak diproduksi USA dan minyak rapeseed yang banyak diproduksi di Kanada, menjadi dua minyak nabati utama kawasan Amerika Utara.
Tulisan ini akan mendiskusikan perkembangan pola konsumsi empat minyak nabati utama dunia dan peran minyak sawit dalam konsumsi minyak nabati di kawasan Amerika Utara. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi terkait berbagai manfaat yang dapat dinikmati kawasan Amerika Utara dengan mengkonsumsi minyak sawit.
POLA KONSUMSI MINYAK NABATI AMERIKA UTARA
Konsumsi empat minyak nabati utama dunia (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari) di kawasan Amerika Utara menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data USDA (2024), volume total konsumsi empat minyak nabati tersebut di kawasan Amerika Utara meningkat dari hanya sekitar 14.1 juta ton tahun 2010 meningkat menjadi sekitar 23.8 juta ton tahun 2023 (Gambar 1).
Gambar 1. Perkembangan Konsumsi Top-4 Minyak Nabati Dunia di Kawasan Amerika Utara (Sumber: USDA, 2024)

Konsumsi keempat minyak nabati tersebut masih mengalami peningkatan selama periode tahun 2010-2023. Dalam total konsumsi empat minyak nabati utama kawasan Amerika Utara, minyak kedelai merupakan minyak nabati utama. Konsumsi minyak kedelai meningkat dari sekitar 9 juta ton menjadi 14 juta ton. Meskipun volumenya meningkat, namun pangsa minyak kedelai cenderung menurun. Pangsa minyak kedelai tahun 2010 masih sekitar 64 persen dan mengalami penurunan menjadi sekitar 60 persen tahun 2023, atau rata-rata pangsa sekitar 62 persen selama periode tersebut. Minyak nabati yang pangsanya meningkat selama periode tersebut adalah minyak rapeseed yakni dari sekitar 19 persen menjadi 23 persen. Sedangkan pangsa minyak bunga matahari relatif stabil yakni sekitar 1.78 persen.
Hal yang menarik adalah pertumbuhan konsumsi minyak sawit di Kawasan Amerika Utara yang mengalami peningkatan dari hanya sekitar 1.9 juta ton menjadi sekitar 3.5 juta ton atau meningkat sebesar 84 persen selama periode tersebut. Meskipun berfluktuasi, namun pangsa minyak sawit relatif stagnan yakni sekitar 15 persen.
Penggunaan minyak sawit di kawasan Amerika Utara terutama untuk industri pangan. Industri pangan multinational yang berada di kawasan tersebut seperti Nestlé, Kellogg, Mars, Wrigley, dan lainnya yang merupakan industri pengguna minyak sawit. Industri pengguna minyak sawit lainnya adalah industri personal care (khususnya shampo, sabun, detergen, kosmetik/toiletries) dan industri cleaning product.
Hubungan keempat minyak nabati di pasar kawasan Amerika bersifat komplementer hingga subsitusi (Morgan, 1993; Parcell, 201; Kojima et al., 2016; Cui dan Martin, 2017). Pada segmen pasar tertentu, minyak sawit digunakan melalui pencampuran dengan minyak nabati/bahan lain (komplementer). Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga salah satu minyak nabati, maka minyak sawit menjadi produk substitut. Konsumsi minyak sawit akan meningkat jika harga minyak kedelai meningkat (Tandra et al., 2022).
Kawasan Amerika Utara juga menghasilkan minyak sawit seperti Honduras, Guatemala, Meksiko, dan Kosta Rika. Produksi minyak sawit kawasan Amerika Utara juga mengalami peningkatan dari sekitar 0.8 juta ton menjadi sekitar 2 juta ton dalam periode 2010-2023 (Gambar 2). Namun konsumsi minyak sawit kawasan Amerika Utara yang lebih besar dan bertumbuh lebih cepat, berdampak pada produksi minyak sawit di kawasan tersebut tidak mencukupi kebutuhan/konsumsi domestik sehingga sebagian harus bersumber dari impor. Hal yang menarik produksi minyak sawit kawasan Amerika Utara mengalami pertumbuhan yang cukup pesat setelah tahun 2012, bahkan volume produksinya sudah lebih besar dibandingkan volume minyak sawit yang diimpor.
Gambar 2. Perkembangan Konsumsi, Produksi, dan Impor Minyak Sawit di Kawasan Amerika Utara (Sumber: USDA, 2024)

Indonesia merupakan salah satu negara eksportir minyak sawit ke kawasan Amerika Utara. Volume ekspor minyak sawit Indonesia ke kawasan tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Gambar 3). Volume ekspor minyak sawit Indonesia ke kawasan Amerika Utara tahun 2010 hanya sekitar 54 ribu ton dan kemudian meningkat cepat menjadi hampir 2 juta ton pada tahun 2023. Tumbuh berkembangnya industri pangan serta industri personal care dan cleaning product di kawasan tersebut menjadi salah satu variabel dalam peningkatan ekspor minyak sawit dari Indonesia.
Gambar 3. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Kawasan Amerika Utara (Sumber: ITC Trademap, 2024)

MANFAAT MINYAK SAWIT YANG DAPAT DINIKMATI MASYARAKAT AMERIKA UTARA
Setiap minyak nabati memiliki keunggulan dan keterbatasan masing masing. Tidak ada yang sempurna apalagi dilihat dari segi sustainability ekonomi, sosial maupun ekologi. Secara relatif, minyak sawit sawit memiliki berbagai keunggulan manfaat dari aspek ketersediaan yang besar dan stabil (availability) dan harga yang relatif kompetitif (affordability) serta relatif sustainable. Sama seperti negara importir minyak sawit lainnya (PASPI Monitor, 2024c), keunggulan tersebut juga dapat dinikmati oleh masyarakat Amerika Utara.
Pertama, minyak sawit dihasilkan dari perkebunan sawit yang produktivitas minyak per hektar sekitar 8-10 kali lipat dari produktivitas minyak nabati lainnya (minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari). Rata-rata produktivitas kelapa sawit (CPO+CPKO) mencapai 4.3 ton per hektar. Sementara itu, produktivitas tanaman rapeseed, bunga matahari, dan kedelai dalam menghasilkan minyaknya berturut-turut hanya sebesar 0.7 ton per hektar, 0.52 ton per hektar, dan 0.45 ton per hektar. Artinya untuk menghasilkan minyak nabati, minyak sawit jauh lebih efisien menggunakan lahan (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021a).
Kedua, minyak sawit memiliki volume relatif besar bahkan yang terbesar dalam pasar minyak nabati dunia. Produksi minyak sawit dunia meningkat cepat dan telah melampaui produksi minyak kedelai dunia (PASPI, 2023). Pangsa produksi minyak sawit dalam total produksi empat minyak nabati utama dunia meningkat dari 28 persen tahun 1980 menjadi 43 persen tahun 2023 (USDA, 2024). Ketersediaan minyak sawit dalam volume yang relatif besar, sesuai untuk memenuhi kebutuhan industri yang umumnya menuntut economic of scale/size tertentu.
Ketiga, pasokan minyak sawit relatif stabil dari bulan ke bulan sepanjang tahun. Minyak sawit (CPO dan PKO) diproduksi dari pohon kelapa sawit setelah berumur 4 tahun. Dengan komposisi tanaman yang ideal, tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan minyak dengan volume yang stabil setiap bulan sepanjang tahun hingga pohon berumur 25 tahun. Stabilitas pasokan minyak sawit yang demikian memberi kepastian penyediaan minyak sawit yang diperlukan industri-industri pengguna.
Keempat, minyak sawit merupakan bahan baku yang penggunaanya sangat luas untuk produk oleofood complex misalnya minyak goreng, margarin, shortening, chocolate, mie, biskuit, roti maupun produk pangan lainnya, maupun untuk produk personal care (termasuk toiletries, kosmetik, make up, produk kebersihan, lubrikan, dll) dan produk biofuel (PASPI, 2023). Komposisi minyak asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh yang seimbang, memberikan ruang yang luas dan fleksibel untuk digunakan bersama-sama dengan minyak nabati lain.
Kelima, harga minyak sawit yang jauh lebih murah dibandingkan harga minyak nabati lainnya jelas mencerminkan bahwa minyak sawit lebih affordable dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak sawit lebih terjangkau untuk dimanfaatkan industri pangan dunia yang konsumen akhirnya umumnya berpendapatan menengah ke atas. Minyak sawit juga lebih affordable bagi masyarakat dunia yang berpendapatan menengah ke bawah (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021b, 2024b).
Harga minyak sawit yang relatif murah menempatkan minyak sawit berperan sebagai buffer kenaikan harga berlebihan dari minyak nabati yang lebih mahal. Hal ini terkonfirmasi dari berbagai studi empiris (Kojima et al., 2016; Cui dan Martin, 2017; Tandra et al., 2022) yang mengungkapkan bahwa jika terjadi kenaikan harga minyak kedelai, minyak rapeseed, atau minyak bunga matahari akan disertai dengan peningkatan konsumsi minyak sawit sehingga dapat meredam kenaikan harga yang berlebihan dari ketiga minyak nabati.
Keenam, secara relatif minyak sawit ternyata relatif lebih sustainable dibandingkan minyak nabati lain (PASPI Monitor, 2024a). Ungkapan ini mungkin mengagetkan pembaca. Berdasarkan luas areal dan produktivitas minyak nabati dunia, secara implisit telah menunjukkan bagaimana intensitas deforestasi antar minyak nabati utama dunia. Dengan asumsi bahwa semua ekspansi minyak nabati dunia merupakan suatu deforestasi (masa lalu atau masa kini), dengan indeks deforestasi minyak sawit sebagai benchmark, maka indeks deforestasi minyak kedelai mencapai 956 persen, indeks deforestasi minyak rapeseed 614 persen, dan indeks deforestasi minyak bunga matahari mencapai 827 persen.
Hal yang menarik juga dari studi Beyer et al. (2020) serta Beyer dan Rademacher (2021) yang mengukur indikator jejak (footprint) Species Richness Loss (SRL) per liter minyak nabati yang dihasilkan sebagai ukuran biodiversity loss. Dengan menggunakan SRL minyak sawit sebagai pembanding (benchmark), studi tersebut mengungkapkan bahwa biodiversity loss dari minyak sawit, secara relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak kedelai, minyak rapeseed maupun minyak bunga matahari (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021d, 2023b). Studi tersebut juga menemukan bahwa pada level ekosistem global, kebun sawit dunia adalah penghasil minyak nabati paling rendah emisinya dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021e, 2023a).
Selain isu deforestasi, biodiversitas, dan emisi karbon, isu penggunaan air dalam proses produksi minyak nabati juga sering dikritisi masyarakat. Penggunaan air pada kelapa sawit dinilai boros dan tidak ramah lingkungan. Perbandingan kebutuhan air pada minyak nabati juga dapat diketahui melalui indikator “water footprint” yang mengukur total volume air (freshwater) yang digunakan komoditas pertanian untuk memproduksi suatu produk. Diantara tanaman minyak nabati (Mekonnen dan Hoekstra, 2010; Safitri et al., 2018), dengan water footprint terbesar adalah bunga matahari (3,366 m3/ton), kemudian disusul oleh rapeseed (2,271 m3/ton), dan kedelai (2,145 m3/ton). Sementara itu, water footprint pada sawit hanya sebesar 1,098 m3/ton, atau paling rendah dibandingkan tanaman minyak nabati utama dunia (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021c).
Kesimpulan
Pola konsumsi minyak nabati utama di kawasan Amerika Utara dari pangsa yang terbesar sampai terkecil adalah minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak sawit, dan minyak bunga matahari. Pangsa minyak sawit cenderung stagnan sekitar 15 persen.
Kawasan Amerika Utara juga merupakan produsen minyak sawit. Meskipun produksi minyak sawit kawasan Amerika Utara terus meningkat namun impor minyak sawit kawasan Amerika Utara masih terus meningkat untuk memenuhi konsumsi domestik. Di sisi lain. volume ekspor minyak sawit Indonesia ke kawasan Amerika Utara juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal ini perlu menjadi perhatian Indonesia untuk meningkatkan pangsa minyak sawit di kawasan tersebut sehingga makin banyak masyarakat ikut menikmati manfaat sawit. Setidaknya empat manfaat minyak sawit yang dapat dinikmati masyarakat kawasan Amerika Utara yakni keterjaminan atas ketersediaan volume yang besar (availability) dengan harga yang lebih terjangkau (affordable) serta relatif lebih sustainable (hemat lahan, hemat emisi, minim biodiversity loss, dan hemat air).
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam penyusunan artikel jurnal ini.
Daftar Pustaka (LINK)
- Beyer RM, AP Durán, TT Rademacher, P Martin, C Tayleur, SE Brooks, D Coomes, PF Donald, FJ Sanderson. 2020. The Environmental Impacts of Palm Oil and Its Alternatives. Environmental Science bioRxiv.
- Beyer RM, Rademacher T. 2021. Species Richness and Carbon Footprints of Vegetable Oils: Can High Yields Outweigh Palm Oil’s Environmental Impact? Sustainability. 13: 1813.
- Cui J, Martin JI. 2017. Impact of US Biodiesel Mandates on World Vegetable Oil Market. Energy Economics. 65: 148-160.
- ITC Trademap. 2024. Indonesia’s Palm Oil Products Exports.
- Koh LP, Wilcove DS. 2008. Is Oil Palm Agriculture Really Destroying Tropical Biodiversity? Conservation Letters. 1(2): 60–64.
- Kojima Y, Parcell J, Cain J. 2016. A Global Demand Analysis of Vegetable Oils for Food Use and Industrial Use.
- Makonnen MM, Hoekstra. 2010. The Green, Blue and Grey Water Footprint of Crops and Derived Crop Products. Hydrology and Earth System Sciences. 15: 1577-1600.
- Morgan N. 1993. World Vegetables Oil Consumption Expands and Diversifies. Food Review. 16(2). DOI: 10.22004/ag.econ.266114
- Parcell J, Kojima Y, Roach A, Cain W. 2018. Global Edible Vegetable Oil Market Trends. Journal of Scientific and Technical Research. 2(1): 2282-2291.
- [PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. 2023. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global. Edisi Keempat. Bogor (ID): PASPI.
- PASPI Monitor. 2021a. Minyak Sawit adalah Minyak Nabati yang Paling “Berminyak” di Dunia. Palm Oil Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(9): 327-332.
- PASPI Monitor. 2021b. Minyak Sawit adalah Minyak Nabati yang Membantu Penduduk Miskin (Pro-Poor). Palm Oil Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(5): 377-382.
- PASPI Monitor. 2021c. Palm Oil Plantation: Save Water and Conserve Groundwater. Palm Oil Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(27): 445-450.
- PASPI Monitor. 2021d. Biodiversity loss to Produce Palm Oil is Higher Than Other Vegetable Oils, Isn’t True?. Palm Oil Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(45): 563-568.
- PASPI Monitor. 2021e. Carbon Emissions in Oil Palm Plantation Versus Other Vegetable Oil Plantations. Palm Oil Journal Analysis of Palm Oil Strategic Issues. 2(46): 570-574.
- PASPI Monitor. 2023a. Global Warming dan Solusi dari Industri Sawit. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(7): 783-789.
- PASPI Monitor. 2023b. Pelestarian Biodiversitas dan Biodiversitas Kebun Sawit di Indonesia. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(9): 799-806.
- PASPI Monitor. 2024a. Sawit Anugerah Tuhan Untuk Masyarakat Dunia. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(26): 917-922.
- PASPI Monitor. 2024b. Minyak Sawit untuk India: Menghemat Devisa Impor dan Pro-Poor. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(29): 937-942.
- PASPI Monitor. 2024c. Kontribusi Minyak Sawit dalam Minyak Nabati China dan Isu Sustainability. Journal of Analysis Palm Oil Strategic Issues. 4(30): 944-950.
- Safitri L, Kautsar HV, Purboseno S, Suryanti S, Wulandari RK. 2018. Model Analisis Water Footprint TBS Sawit untuk Optimalisasi Produksi dan Early Warning System Kekeringan Perkebunan Kelapa Sawit. Dipublikasikan pada Laporan Grant Riset Sawit BPDPKS tahun 2018.
- Tandra H, Suroso AI, Syukat Y, Najib M. 2022. Palm Oil Import Demand in North America Countries. Agribisnis. 19(3).
- [USDA] United States Department of Agriculture. 2024. Oilseed: World Market and Trend December Annual Report.